( Zona Cinta Manis )
Midea Lestari harus menelan pil pahit ketika difitnah sudah menabrak seorang wanita yang tengah hamil besar hingga tewas. untuk menebus kesalahan yang bukan karena perbuatannya, ia harus mendekam di balik jeruji besi dan merelakan masa depannya.
Satu bulan mendekam dipenjara, akhirnya Dea dibebaskan karena keluarga korban membayar jaminan untuknya. sebagai gantinya Dea terpaksa menikah dengan Shady Hutama, duda tampan yang istrinya tewas dalam kecelakaan itu. Dea menjadi ibu pengganti untuk putri Shady yang bernama Naura.
Bagaimana lika liku kehidupan rumah tangga Shady dan Dea? Apakah Dea bisa meruntuhkan kerasnya hati Shady yang selalu menaruh dendam padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pinkanmiliar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
07 - Obrolan Hangat Berdua
Shady mengetukkan jarinya di meja kerja kebesarannya memikirkan tentang misteri kecelakaan Nola. Semua hal tentang Dea ingin ia percayai. Tapi, ada hal yang harus dia pastikan lebih dulu.
Suara ketukan di pintu ruangannya membuat Shady tersadar. Ia menyahut dan mempersilakan sang asisten masuk.
"Ada apa? Apa kau mendapatkan sesuatu?" tanya Shady yang sudah tahu gelagat Roni.
"Aku yakin Tuan sudah tahu jika di hari kecelakaan itu nyonya Nola melakukan pemotretan di daerah puncak. Dan kita sudah mengkonfirmasinya lewat sang manajer."
"Hmm, lalu?"
Roni menyerahkan sebuah foto keatas meja Shady.
"Apa ini?"
"Aku mendapat informasi yang akurat jika di hari kecelakaan itu keluarga Kalendra mengadakan pertemuan di sebuah villa di puncak."
"Eh?" Shady nampak terkejut.
"Itu berarti memang sepertinya Shezi Kalendra juga ikut datang kesana. Apa yang dikatakan nyonya Dea adalah benar."
Shady nampak terdiam.
"Tuan?" panggil Roni.
"Tetap selidiki semua itu. Kau boleh kembali bekerja."
"Baik, Tuan." Roni membungkukkan badan kemudian keluar dari ruangan bosnya.
Shady mengusap dagunya. "Jadi, semua yang Dea katakan itu benar. Tapi, aku masih belum mendapatkan buktinya. Bagaimana caraku mendapatkan bukti keterlibatan Shezi Kalendra sementara semua akses seakan sudah tertutup rapat?"
Shady mengusap wajahnya kasar. "Tuhan, tolong bantu aku mencari petunjuk dari semua teka teki ini!"
***
Kampus Avicenna,
Seorang dosen muda sedang membaca satu persatu lembar tema penelitian milik mahasiswanya. Matanya tertuju pada satu nama yang membuatnya mengernyitkan dahi.
"Midea Lestari?" Gumamnya.
Dosen muda itu membuka map milik Dea dan membaca isi tema penelitian milik gadis itu. Seulas senyum terbit di bibirnya.
Kemudian ia menekan interkom yang terhubung dengan asistennya.
"Tolong panggilkan mahasiswi bernama Midea Lestari. Suruh dia ke ruangan saya sekarang juga!" Titahnya.
Tak lama sosok Dea sudah duduk dengan sang dosen muda. Dea nampak harap-harap cemas mendengar keputusan dari sang dosen.
"Baiklah, Midea. Setelah saya membaca tema penelitian yang kamu ajukan, saya menyukainya. Saya suka dengan tema yang kamu ambil."
Mata Dea berbinar senang. Ia masih belum bisa berkata-kata selain mengulas senyum manisnya.
"Saya bersedia menjadi dosen pembimbing kamu untuk tugas akhirmu nanti."
"Eh? Be-benarkah, Pak?" Tanya Dea tak percaya.
Pasalnya dosen muda bernama Rasya ini sangat pemilih untuk menjadi dosen pembimbing bagi mahasiswa yang ingin menyusun tugas akhir. Dalam satu semester Rasya hanya membimbing satu atau dua mahasiswa saja. Karena dia juga memiliki kesibukan lain selain menjadi dosen.
"Iya. Selamat ya! Mulai dari sekarang kamu harus persiapkan materinya dengan baik." Rasya mengulurkan tangannya.
Dengan senang hati Dea menyambutnya. "Terima kasih, Pak. Sekali lagi terima kasih."
Dea membungkuk hormat kemudian keluar dari ruangan pria 26 tahun itu. Senyum Dea mengembang lebar sambil memegangi map yang diberikan Rasya.
"Terima kasih, Tuhan. Sekarang aku harus semangat agar bisa cepat lulus dan segera keluar dari rumah keluarga Hutama," gumam Dea dalam hati.
Secara tak sengaja Dea bertabrakan dengan seseorang yang akan memasuki ruangan Rasya. Mahasiswi itu mengaduh kesakitan dan menyalahkan Dea.
"Kamu?! Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya mahasiswi itu ketus yang ternyata adalah Clara.
"Mbak Clara? Aku baru saja menemui Pak Rasya, Mbak."
Clara memicingkan matanya. "Lalu ada apa dengan senyummu itu, hah?! Kenapa senyum-senyum setelah keluar dari ruangan Kak Rasya?"
"Maaf, Mbak. Tidak ada apa-apa. Kalau begitu aku permisi, Mbak."
Tak ingin perasaan bahagianya hancur karena Clara, Dea memilih pergi dari sana. Sementara Clara masih mematung melihat kepergian Dea.
"Ada apa ini?" Rasya ikut keluar karena mendengar keributan di depan ruangannya.
"Kak Rasya!" Wajah Clara langsung sumringah ketika melihat sang dosen muda.
"Aku ingin bertemu dengan kakak!" Clara langsung nyelonong masuk tanpa permisi.
"Kak, ayo makan siang bersama!" Ajak Clara dengan bergelayut manja.
"Ra, sudah berapa kali kubilang jangan kemari tanpa seizinku. Aku disini sedang bekerja. Aku tidak ingin orang-orang berpikiran negatif tentangku." Rasya menepis tangan Clara dengan hati-hati.
"Hah! Lalu kapan kita bisa bertemu? Kakak selalu beralasan sibuk! Aku tidak akan keluar sebelum kakak menyetujui ajakanku!" Clara merengut dengan menyilangkan tangannya.
Rasya memegangi kepalanya. "Iya, baiklah. Tapi jangan lakukan hal seperti ini lagi. Oke? Jika kamu ingin bertemu denganku, kamu bisa memintaku bertemu di kafe atau dimana. Jangan di kampus!"
Clara mengerucutkan bibirnya. "Iya, baiklah Kak. Maafkan jika aku sudah lancang."
Setelahnya Rasya dan Clara keluar dari ruangan dan menuju ke sebuah resto untuk makan siang bersama.
***
Malam harinya, seperti biasa Dea duduk termenung memandangi bulan dan bintang. Di kesunyian malam, Dea merasa sebuah ketenangan di hidupnya yang penuh dengan masalah.
Shady yang melihat Dea duduk sendiri, akhirnya menghampiri gadis itu.
"Apa kau selalu menghabiskan malammu disini?"
Suara Shady membuat Dea terkejut. "Mas Shady? Mas sudah pulang? Apa Mas sudah makan? Atau mau aku siapkan air hangat untuk mandi?"
Shady tersenyum kecil. "Ini sudah hampir larut malam, aku sudah makan tadi di kantor. Kau sendiri kenapa belum tidur?"
Dea menundukkan wajahnya. "Aku hanya menyukai suasana di waktu malam. Rasanya tenang dan membuatku nyaman."
Shady menatap Dea yang sedang menatap langit. "Apa aku boleh bertanya tentang sesuatu?"
"Soal apa, Mas?"
"Saat kau datang ke makam Nola, apa kau menemukan buket bunga disana?" Tanya Shady sedikit ragu.
"Eh? Bagaimana Mas tahu? Buket bunga itu sudah ada disana saat aku datang. Jadi, kemungkinan ada orang yang mengunjungi makam nyonya Nola sebelum aku. Aku pikir itu adalah Mas Shady.
"Aku juga baru mengetahuinya jika ternyata ada orang yang setiap hari menaruh buket bunga disana. Apa mungkin ini ada hubungannya dengan..." Shady tidak melanjutkan kalimatnya.
"Maksud Mas ... Shezi?"
"Aku masih belum tahu, tapi ... sedekat apa kau dengannya dulu? Keluarga Kalendra bukan keluarga biasa. Mereka memiliki kekuasaan dan..."
"Aku tahu. Aku tahu kenapa aku sampai di posisi ini. Aku sudah mendatangi kafe tempatku bekerja dulu, mereka semua bungkam. Lalu aku juga mendatangi rumah Shezi. Aku tidak mendapatkan apapun disana. Aku tidak habis pikir kenapa dia melakukan semua ini padaku." Dea menundukkan wajahnya. Semua kesedihannya kembali menguar. Satu tahun ini adalah tahun yang berat untuknya.
"Aku janji aku akan menemukan pelaku sebenarnya dari kecelakaan itu."
Kalimat Shady membuat Dea menatapnya. Tatapan mata meneduhkan yang membuat Shady terhipnotis.
"Jadi, Mas Shady percaya padaku?" tanya Dea dengan memegangi tangan Shady.
"Aku masih belum sepenuhnya percaya, karena aku belum menemukan buktinya."
Jawaban Shady membuat Dea kembali bersedih. Dea menatap langit malam agar tangisnya tak pecah.
"Kau harus membantuku untuk bisa menemukan kebenaran dibalik kecelakaan itu." Kalimat Shady membuat Dea kembali berbinar.
Sepertinya pria ini memang sangat suka membuat mood Dea naik turun.
"Iya, Mas. Aku akan membantu Mas untuk menemukan buktinya." Dea tersenyum menampakkan deretan giginya.
Malam ini adalah pertama kalinya Shady bicara banyak kepada Dea, begitu juga sebaliknya. Mereka terus melanjutkan obrolan hingga tengah malam. Rasanya waktu tidak menghalangi mereka untuk tetap bercengkerama.
B e r s a m b u n g
dan yg mengirim bunga ke makam nola adalah rasya.
ceritanya bagus