Nazwa Kamila, seorang perempuan cantik yang pernah gagal dalam pernikahannya lantaran ia tidak bisa memiliki keturunan. Keluarga suaminya yang terlalu ikut campur membuat rumah tangganya hancur. Hubungan yang ia pertahankan selama tiga tahun tidak bisa dilanjutkan lagi lantaran suaminya sudah menalaknya tiga kali sekaligus.
Kehilangan seorang istri membuat hidup seorang Rayhan hancur. Ia harus kuat dan bangkit demi kedua buah hatinya yang saat itu usianya masih belum genap dua tahun. Bagaimana pun hidupnya harus tetap berjalan meski saat ini ia bagaikan mayat hidup.
Suatu hari takdir mempertemukan Nazwa dan Rayhan. Akankah mereka berjodoh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamar si kembar
Sebenarnya Anggi tidak ingin memberitahu foto tersebut kepada Omanya. Namun ia takut Oma melarangnya memegang i-pad.
"Sst... tapi jangan rame-rame ya, Oma."
Anggi pun menujukkan foto tersebut. Oma tersenyum saat melihat foto pertama. Namun saat melihat foto kedua Oma menutup mulutnya.
"Ya Allah... Anggi ini tangan mereka?" Lirih Oma.
"Kenapa Mi?" Sahut Opa.
"Sstt... jangan keras-keras Oma, nanti nany malu."
"Oke oke.. " Sahut Oma seraya mengisyaratkan jarinya ke mulut tanda tutup mulut.
Oma akan menanyakannya lebih detail lagi keoada Anggi nanti di rumah.
Rayhan dan Nazwa tertidur hingga sampai ke rumah. Anggi pun membangunkan mereka.
"Papa, bangun. Kita sudah sampai." Anggi menoel lengan Papa.
"Hem... aku ketiduran."
Nazwa pun terbangun karena mendengar suara Anggi. Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
"Ternyata aku tidur. Duh malu-maluin saja." Batinnya.
Tukang kebun menghampiri membantu membawakan tas ke dalam rumah. Rayhan menggendong Anggi dari mobil ke dalam rumah. Di ruang tangan sudah ada Anggun serta tante Aira dan kedua anaknya.
"Kakak.... " Panggil Anggun.
"Dek..."
Papa menurunkan Anggi si sofa. Kakak beradik itu berpelukan melepas rindu.
"Akhirnya kakak boleh pulang ya."
"Iya, dek."
Azmi dan Isma ikut memeluk Anggi.
Nazwa langsung membawa barang-barangnya ke kamar. Ia juga ganti baju.Setelah itu ia kembali lagi dengan membawa baju ganti Anggi.
"Anggi, ayo ganti bajunya dulu."
"Iya nany."
Rayhan pergi ke kamarnya. Kali ini ia tidak bisa langsung meninggalkan rumah orang tuanya. Mungkin ia akan tinggal di situ selama dua atau tiga hari lagi untuk memastikan kesehatan putrinya.
Siang harinya, setelah makan siang Nazwa menemani Anggi dan Anggun beristirahat di kamar mereka. Nazwa tertidur di tempat tidur Anggun sambil memeluknya.
Rayhan yang baru saja bangun tidur segera ke kamar mandi lalu shalat Dhuhur. Setelah itu, ia turun ke bawah untuk makan siang. Kebetulan di dapur ada Mami yang sedang membuat kue untuk Anggi.
"Bang, baru bangun?"
"Iya Mi. "
"Makanannya ada di meja."
"Bikin apa Mi?"
"Getas singkong, Anggi pingin ini."
"Kenapa bukan Bibi yang bikin?"
"Ya nggak pa-pa, mereka waktunya istirahat. Lagi pula Mami nggak bisa tidur."
"Oh, ya sudah Ray makan dulu."
"Ayo Mami barengi."
"Nggak usah, Mi. Lanjutkan saja."
Rayhan pergi ke meja makan. Dan membuka tudung makanan. Ia menyendokkan nasi ke piring lalu mengambil lauk dan sayuran. Ia makan dengan santai.
Setelah selesai makan, Rayhan pergi ke kamar anak-anak untuk melihat mereka. Pelan-pelan Rayhan membuka pintu karena sepertinya mereka sedang tidur. Rayhan mengintip ke dalam. Ia melihat pemandangan indah. Nazwa sedang tidur memeluk Anggun. Namun Rayhan tidak sengaja melihat ke bawah. Rok yang dipakai Nazwa tersingkap. Betis putih mulusnya terlihat.
"Astagfirullah... ceroboh sekali." Lirihnya sambil menutup pintu kembali.
Saat Rayhan berbalik, Mami sudah berdiri di depannya.
"Mami."
"Mereka tidur?"
"I-iya."
"Kenapa kamu seperti melihat hantu."
"Eh itu, nggak pa-pa. Ray balik ke kamar dulu Mi."
"Iya."
Mami pun membuka pintu kamar si kembar. Sekarang Msmi paham kenapa reaksi Rayhan seperti orang ketakutan. Ternyata ia baru saja melihat aurat Nazwa. Mami bersyukur ternyata putranya masih bisa menjaga pandangannya. Mami pun masuk dan membenarkan rok Nazwa. Setelah itu, Mami menutup kembali pintu kamar mereka.
Setelah itu, Mami kembali ke kamarnya. Ternyata Pspi baru saja bangun.
"Mi, kenapa kok kamu senyum-senyum sendiri?"
"Pi, sepertinya cucu kita sangat menyukai Nazwa. Tapi memang Nazwa itu orangnya telaten. Makanya Anggi dan Anggun bisa nempel banget sana dia."
"Mami bilang begini jangan-jangan ada maunya. "
"Maksud Papi?"
"Jangan-jangan Mami mau jodohin Nazwa sama Rayhan?"
"Ish Papi suudzon. Bukan gitu juga maksud Mami. Papi kan tahu seperti apa putra kita. Biar saja mengalir dengan sendirinya. Mami senang aja gitu lihat perkembangan Anggi dan Anggun."
"Tadi Mami lihat apa di I-pad Anggi?"
"Ada deh... "
"Main rahasia sekarang ya, Hem... "
Papi memeluk Mami dari belakang. Mami berusaha untuk melepaskan diri. Namun Papi semakin erat memeluknya.
Malam pun tiba.
Mereka sedang makan malam bersama. Seperti biasa, setelah melayani Anggi dan Anggun, Nazwa pergi ke belakang untuk makan bareng bersama asisten lainnya. Setelah selesai makan, Nazwa membawakan obat untuk Anggi.
"Ayo gi, minum obat dulu."
"Sampai kapan Anggi harus minum obat, Nany? Bosen sekali rasanya."
"Tiga hari lagi ya. Katanya mau sehat terus."
"Ah iya, Anggi mau sehat biar bisa nagih janji sama Papa."
"Uhuk uhuk... " Rayhan tersedak minumannya sendiri.
"Pelan, Pa." Ujar Anggun sambil menepuk punggung Papanya.
"Memangnya Papa janji apa?" Tanya Papa.
Anggi melirik Papanya yang kini pura-pura lupa.
"Papa mau ngajak Anggi dan adek jalan-jalan, sama nany juga."
"Ehem... wah udah bener itu, tagih janjinya gi!" Sahut Om Rifki.
"Yeay jalan-jalan, kalau begitu cepat minum obatmu Kak!" Ujar Anggun dengan bersemangat.
Yang lain hanya bisa mengulum senyum. Sedangkan Nazwa sedikit terkejut mendengar pernyataan Anggi.
Akhirnya jam sudah menunjukkan angka 9. Semua orang kembali ke kamarnya masing-masing. Nazwa mengantar Anggi dan Anggun ke kamarnya. Ia juga menemani mereka sikat gigi dan cuci muka. Setelah itu ia membacakan dongeng sebelum tidur. Tidak butuh waktu lama, si kembar pun sudah terlelap dalam mimpinya. Nazwa membenarkan selimut mereka. Nazwa juga mengecup kening mereka.
"Aku memang belum lama bekerja merawat kalian. Tapi entah kenapa aku sangat menyayangi kalian. Semoga kelak jika kalian sudah besar kalian tidak melupakan aku." Batin Nazwa.
Setelah itu, Nazwa keluar dari kamar mereka. Namun ia dikejutkan dengan sosok yang berdiri di balik dinding kamar si kembar.
"Astaghfirullah.. Pak."
"Hem."
"Anak-anak sudah tidur Pak."
"Iya."
"Mari Pak."
Nazwa membalikkan badan hendak turun ke lantai bawah.
"Tunggu!"
Nazwa menghentikan langkahnya dan bebalik badan lagi.
"Saya Pak?"
"Kakimu sudah sembuh?"
"Su-sudah Pak, alhamdulillah."
Rayhan manggut-manggut tanpa kata.
"Kalau sudah tidak ada perlu, saya permisi Pak."
"Hem."
Nazwa pun segera melangkahkan kakinya dan turun ke bawah. Ia mengusap dadanya karena merasa lega. Bagi Nazwa saat ini berhadapan dengan Rayhan sepertti berhadapan dengan guru BK.
Rayhan membuka pintu kamar anak-anak. Lalu ia mengecup kening mereka.
"Tumbuhlah menjadi wanita kuat nak. Papa akan selalu mengusahakan yang terbaik untuk kalian. Maaf jika Papa belum bisa menjadi Papa yang baik. Tapi Papa janji ke depannya akan lebih memperhatikan kalian."
Rayhan menghela nafas panjang. Pada akhirnya ia tidur di lantai yang menjadi jarak antara tempat tidur Anggi dan Anggun.
Bersambung....
...****************...
terimakasih bunda