Awalnya Elodie adalah ibu rumah tangga biasa. Istri yang penurut dan ibu yang penuh kasih. Namun sebuah kecelakaan mengubah segalanya.
Sikap dan Perilaku wanita itu berubah 180 derajat. Melupakan segala cinta untuk sang suami dan putra semata wayangnya. Mulai membangkang, berperilaku sesuka hati seingatnya di saat 19 tahun. Namun justru itu memberi warna baru, membuat Grayson menyadari betapa penting istri yang diremehkannya selama ini.
"Mommy."
"Nak, aku bukan mommy kamu."
"Elodie Estelle."
"Grayson Grassel, ayo kita bercerai!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joy Jasmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Gray berdiri di depan sebuah restoran yang tiga hari lalu ia kunjungi ini. Pria itu melihat seorang pria di depan pintu yang menatap sinis padanya. Tapi ia tidak peduli, terus berjalan dengan asisten Al di belakangnya.
Philo mengangkat tangan tepat saat Gray akan masuk. Pria itu menghadang dan memandang Gray dengan datar. "Jika Anda ingin membuat keributan lagi, maka saya tidak akan mengizinkan Anda masuk."
Gray membalas tatapan itu, ia melihat seakan Philo adalah musuh yang harus ia musnahkan. "Aku bisa melaporkan kau pada bos mu karena menghadang tamu. Sekarang singkirkan tanganmu jika tidak ingin kehilangan pekerjaan!"
Philo tak gentar, pria itu tahu pasti siapa bos yang Gray maksud. Elodie pasti tidak akan menyalahkannya jika menghadang Gray yang suka membuat keributan.
"Kau tidak mau dengar apa yang ku katakan?"
Asisten Al yang merasa suasana mulai berubah akhirnya maju ke depan. "Maaf, kami berkunjung ke sini karena ada meeting dengan klien. Sebelumnya kami juga sudah reservasi meja atas nama Bianca Valley."
Philo mengingat nama itu. Dan memang benar ada reservasi atas nama Bianca Valley. Pria itu menatap asisten Al sebelum menurunkan tangannya. "Saya harap bos Anda bisa menjaga sikap!"
Wajah Gray memuram, namun ia memilih untuk mengabaikan Philo dan langsung berjalan masuk, diikuti asisten Al yang mengangguk sopan pada Philo.
Pria itu mendekat pada Gray dan berbicara pelan pada sang tuan. "Tuan, proyek ini sangat penting bagi kita untuk melewati krisis. Jadi saya memohon dengan sangat agar Anda tidak terpancing emosi, apa pun yang terjadi nanti. Karena dari yang saya dengar, tuan George itu banyak bicara tapi tidak mudah dihadapi."
Gray bergeming, selama ini ia selalu bertindak sesuka hati. Kali ini harus berhati-hati tentu tidak menjadi kebiasaannya. Apalagi sejak ia yang memegang GG Group setelah sang ayah tiada, perusahaan jadi berkembang pesat dari sebelum-sebelumnya.
Baru kali ini ia mengalami guncangan yang sedikit merepotkan. Pengkhianatan orang dalam hingga skandal yang memicu opini publik, yang akhirnya membuat kepercayaan para pemegang saham berkurang padanya.
"Shiit!" umpat Gray merasa kepalanya mau pecah. Ditambah masalah rumah tangganya yang di ujung tanduk. Jujur saja, belum pernah dia merasa sefrustasi ini sebelumnya. Pria itu berjalan dengan sedikit linglung.
Namun desain dapur restoran yang menunjukkan proses memasak pada para pembeli, membuat Gray tidak sengaja melirik ke sana. Kedua matanya langsung tertuju pada seorang wanita yang dengan gerakan lihai memegang spatula.
Wanita yang memenuhi pikirannya selama tiga hari ini, terlihat bahagia dengan caranya sendiri. Menyadarinya membuat Gray sedikit tercubit. Karena sudah sangat lama sejak ia melihat senyum Elodie yang setulus itu, bukan senyum paksa yang tiada arti seperti biasanya.
"Tuan." Tatapan dalam Gray terputus saat asisten Al menyadarkannya. Pria itu berbalik dan seorang pria lain sudah berdiri di samping sang asisten.
"Selamat siang, Tuan Grassel," sapa pria itu dengan senyum sembari mengulurkan tangan. Gray menyambut, pria itu juga langsung memberikan senyum profesionalnya.
"Selamat siang, Tuan George. Maaf karena tidak menyambut Anda."
"Tidak perlu berkata seperti itu, saya yang minta maaf karena terlambat hadir."
Keduanya lalu terlibat percakapan sembari mengikuti langkah asisten Al yang menunjukkan jalan. Pria itu dibantu seorang pelayan menuntun Gray dan Felix George ke sebuah ruangan yang terpisah.
Ruangan yang dikhususkan untuk para pelanggan yang ingin meeting, atau menginginkan suasana tenang saat menikmati makanan. Namun ruangan itu berdesain transparan, sehingga mereka masih bisa melihat kondisi hiruk pikuk di luar.
"Saya tidak menyangka. Restoran yang baru buka beberapa hari, sudah seramai ini. Pantas saja putriku yang sangat pemilih sampai merekomendasikannya padaku." Felix George berbicara memecah keheningan setelah mereka memesan makanan.
"Selera putri Anda sangat bagus, Tuan George." Gray tersenyum, sebenarnya ia tidak suka membuang-buang waktu untuk percakapan tidak penting seperti ini. Tapi apa boleh buat, ia tidak bisa sesuka hati lagi sekarang.
Felix menggeleng. "Bukan hanya karena itu, tapi juga karena putriku sangat dekat dengan pamannya. Anda lihat di sana, pria di sana adalah adik ipar saya. Dia datang bersama saya tadi. Perhatikan dandanannya, dia bahkan rela membuat dirinya menjadi seperti itu demi menemui wanita pemilik restoran ini."
Gray dengan malas memandang, namun saat menyadari sesuatu yang janggal ia bahkan sampai menyipitkan mata demi bisa melihat dengan benar.
"Elodie," gumamnya melihat seorang wanita yang duduk berhadapan-hadapan dengan pria yang dimaksud Felix tadi.
"Ada apa? Anda mengenalinya?" tanya Felix saat merasakan aura Gray yang berbeda. Pria itu langsung merubah wajah, ia tersenyum tipis dan menggeleng pelan.
"Tidak, maaf tapi saya tidak mengenali adik ipar Anda."
"Saya akan mengatakan pada Anda, dia adalah aktor terkemuka. Karena itu dia sampai menyamar untuk datang ke tempat publik seperti ini."
"Aktor terkemuka?"
"Benar, adik iparku adalah Axello Alessandro. Dia adalah aktor papan atas."
Gray bereaksi saat mendengar nama itu, sekali lagi ia menatap ke ruangan sebelah yang transparan juga. Tanpa sengaja kedua matanya bertemu dengan kedua mata sang istri. Elodie langsung menoleh, sementara ia tidak. Pria itu tetap menatap dalam hingga asisten Al berdehem untuk menyadarkannya.
"Sepertinya wanita itu adalah cinta pertamanya. Sayangnya dia menikah dengan orang lain, tapi sekarang sepertinya mereka sudah berpisah. Karena itu Axel mulai mendekatinya lagi."
"Belum pisah!"
"Apa?"
"Maksud saya wanita itu belum berpisah dengan suaminya. Tuan George lihat saja, dia masih memakai cincin pernikahan."
"Wah, mata Anda sangat tajam, Tuan Grassel. Saya bahkan tidak bisa melihat jelas wajah wanita itu seperti apa."
"Ngomong-ngomong, maafkan saya karena menyinggung tentang perpisahan. Saya tidak ingat kalau Anda pasti sensitif tentang pembahasan itu," ujar Felix dengan wajah penuh penyesalan.
Gray bergeming, sebenarnya ia sudah menahan perasaannya yang menggebu sedari tadi. Ia ingin memarahi pria yang banyak bicara ini, ia ingin menerobos ke ruangan sebelah, ia ingin langsung menarik sang istri ke dalam dekapannya. Tapi sekarang ia tidak bisa.
"Tuan George, mari kita makan terlebih dahulu. Setelah itu kita lanjutkan pembahasan mengenai pekerjaan." Gray mengalihkan pembicaraan saat makanan yang mereka pesan datang. Felix tersenyum sembari mengangguk, dalam hati ia mencemooh pria yang ia tahu pasti adalah suami dari wanita yang disukai adik iparnya.
.
.
.
"Ngomong-ngomong, terima kasih karena kamu sudah membantuku untuk menyembunyikan identitas dari berita-berita itu." Elodie berkata pada pria di hadapannnya. Wanita itu juga baru tahu dari Clara, bahwa Axel lah yang menekan media untuk mengaburkan potretnya bersama Gray yang viral di media sosial.
Axel tersenyum. "Kalau bersamaku, kau tidak perlu sungkan, Elli."
"Bos, ada yang ingin bertemu dengan Anda. Katanya ada hal gawat yang ingin dia katakan mengenai bos kecil Cedric." Seorang pelayan pria membuka pintu ruangan, Elodie mengernyit. Siapa gerangan yang ingin berbicara padanya itu?
Ia menoleh ke arah ruangan Gray, pria itu tampak masih sibuk dengan makanan dan orang yang bersamanya. "Bukan dia, kan?" batin wanita itu, kemudian berdiri.
"Aku tinggal sebentar ya," ujar Elodie terburu-buru, sementara Axel mengejar di belakang. Namun saat keluar dari pintu ia tidak sengaja menabrak beberapa wanita yang membuat wig yang ia gunakan jatuh.
"Axel?"
"Axello!"
"Axello ada di sini!"
Dalam sekejap suasana menjadi gaduh, Axel terjebak dalam kerumunan hingga mengalihkan atensi sang kakak ipar.
"Ada apa itu? Axel? Tuan Grassel, pembahasan kita dilanjutkan nanti saja!" ujar Felix buru-buru keluar meninggalkan Gray yang memandang kegaduhan itu dengan datar.
.
.
.
Ternyata udah tiga hari enggak up, ya? Perasaan baru dua hari, deh😭🤭