Cahaya Airin, istri yang tak diinginkan oleh suaminya. Rasa sakit hati kala sang suami terus menghinanya membuat air matanya terus berjatuhan.
Hingga suatu hari gadis yang biasa di panggil Aya itu mencoba merubah penampilannya untuk mendapatkan hati suaminya.
Apakah Aya akan berhasil membuat suaminya mencintainya?
Selamat membaca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rima Andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Siang ini Aya masih berada di rumah sakit menemani ayahnya. Ia menyuapi sang ayah dengan telaten. Aya juga menyuruh perawat suruhan Bagaskara untuk beristirahat.
Hendra sedari tadi ingin sekali menanyakan hal yang mengganjal dalam hatinya. Belum sempat Ia bertanya, terdengar ketukan pintu dari kamar rawatnya.
Seseorang yang mengetuk itu pun masuk kedalam ruangan itu. Dan itu membuat Hendra terkejut, karena seseorang itu adalah Bagaskara.
"Selamat siang Hendra, Kau sudah siuman?. Saya turut senang melihatnya. Bagaimana keadaan mu saat ini?," Tanya Bagaskara. Lalu Ia meletakkan 1 keranjang buah di atas nakas.
"Saya sudah membaik Tuan. Terimakasih Anda sudah mau repot-repot untuk datang menjenguk saya," ucap Hendra merasa sungkan.
Hendra belum mengetahui bahwa putrinya kini telah menjadi menantu dari Tuan Bagaskara. Karena Aya belum mengatakannya kepada sang Ayah.
"Mana mungkin saya akan diam saja melihat besan saya kini telah siuman. Ini juga kabar yang menggembirakan bagi saya," ucap Bagaskara.
Hendra berusaha mencerna ucapan dari Tuan Bagaskara. "Apa maksud Anda Tuan?, saya tidak mengerti dengan ucapan Anda. Besan?." Ucap Hendra penuh tanya.
Sedangkan Aya hanya menundukkan kepalanya mendengar percakapan itu. Lalu Ia menatap Papa mertuanya dan menggelengkan kepalanya, seakan memohon agar sang Papa mertuanya tidak mengatakan yang sebenarnya kepada sang ayah.
Namun Bagaskara malah tersenyum menatap wajah Aya. "Nak, biarkan ayahmu tahu hal yang sebenarnya."
Hendra hanya mengerutkan melihat percakapan dan interaksi antara Tuan Bagaskara dan putrinya itu.
"Sebenarnya ada apa ini Tuan, tolong anda jelaskan semuanya."
"Baiklah, saya akan memberi tahu yang sebenarnya terjadi Hendra." Bagaskara menghembuskan nafas sejenak. "Putrimu sekarang sudah menjadi menantu ku, Aya sudah menikah dengan Putraku Bryan Askara," ucap Bagaskara.
Dan itu sukses membuat Hendra tercengang. Bukankah sebelumnya putrinya tidak ingin menikah?. Hendra masih mengingat saat putrinya menangis semalaman waktu itu tanpa sepengetahuan Aya.
Tapi kenapa sekarang tiba-tiba saja putrinya menjadi menantu dari Tuan Bagaskara?. Seketika rasa bersalah merundung hati Hendra.
"Apakah putriku menikah dengan putra Anda karena untuk menebus hutang-hutang saya Tuan?," Tanyanya sedih.
Aya langsung menatap sang ayah dan menggelengkan kepalanya. "Tidak ayah, ini semua karena keinginan Aya sendiri. Dan ayah tahu?, Bryan sangat menyayangi ku, apalagi Papa. Mereka sangat menyayangi putrimu ini ayah," ucap Aya berusaha tersenyum bahagia.
"Benar Hendra, putrimu sudah ku anggap seperti putriku sendiri, kau jangan khawatir. Saya akan menjaga putrimu." Ucap Bagaskara berusaha meyakinkan Hendra.
"Benarkah itu nak?," Tanya Hendra menatap mata putrinya. Ia berusaha mencari kebenaran akan kata-kata sang putri.
Aya pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Benar ayah, Kau tidak perlu khawatir."
"Tapi kenapa dari tadi Kau tidak mengatakannya kepada ayahmu ini?."
"Maaf ayah, Aya hanya takut ayah tidak akan menyetujuinya," ucap Aya menunduk.
Hendra mengusap lembut kepala sang putri seraya berkata "ayah menyetujuinya asalkan Putri ayah bahagia."
"Baguslah kalau kau menyetujuinya Hendra. Saya sudah merenovasi rumah milik mu agar Kau lebih nyaman nantinya. Saya juga menyiapkan perawat untuk merawat mu nanti. Dan saya tidak akan melarang Aya untuk berkunjung ke rumah mu setiap saat," ucap Bagaskara membuat Aya dan ayahnya terkejut.
"Tapi Tuan, saya tidak membutuhkan semua itu. Melihat putri saya bahagia saja, itu sudah lebih dari cukup." Ucap Hendra.
"Kau tidak perlu sungkan Hendra, putrimu sudah menjadi bagian dari keluargaku. Jadi sudah sepantasnya Kau mendapatkan semua itu."
"Terimakasih Papa, Aku sungguh tidak tahu bagaimana harus berterimakasih kepada Papa," ucap Aya tulus.
Bagaskara tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Lalu di mana menantuku nak?, kenapa Kau tidak mengajaknya bertemu dengan ayah?," Tanya Hendra.
Aya sungguh bingung bagaimana menjawabnya. Ia tidak ingin sandiwaranya terbongkar oleh ayahnya.
"Maafkan Aya ayah, sebenarnya tadi Bryan sempat ingin ikut. Tapi Ia sedang ada rapat penting di kantor. Mungkin lain waktu Aya akan mengajaknya bertemu dengan ayah," ucap Aya berbohong.
Sedangkan Bagaskara merasa salut dengan menantunya itu. "Kau sungguh gadis yang sangat baik nak, Aku berjanji akan membuat Bryan jatuh cinta padamu," ucap Bagaskara dalam hati.
***
Malam harinya, Aya menunggu Bryan pulang dari kantornya. Aya ingin membuat kesepakatan dengan suaminya itu.
Aya menatap jam di kamarnya sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Namun suaminya itu tak kunjung pulang dari kantor.
Hingga suara pintu yang terbuka pun membuatnya menoleh kesana.
Dilihatnya Bryan yang wajahnya terlihat kusut saat ini. Lalu Aya pun menghampiri Bryan yang kini sedang melepas sepatunya.
"Bryan," panggilnya.
Namun Bryan tak menatap Aya sedikitpun, Ia masih saja sibuk dengan melepas tali sepatunya.
"Bryan, ada yang ingin ku bicarakan dengan mu," ucap Aya lagi. Dan tetap saja Bryan tak mengindahkannya. Bryan lalu melepaskan dasinya.
"Bryan...!, Kau mendengar ku tidak sih?!," Ucap Aya kesal karena Bryan tidak merespon ucapannya sedari tadi.
Bryan pun menoleh kearah Aya. "Apa!," Ucapnya ketus.
"Aku ingin kau bertemu dengan ayah ku!," Ucap Aya tak kalah ketusnya. Karena Bryan bersikap seperti itu dengannya.
"Apa?!, Bertemu dengan ayah mu?, Kau pikir kau siapa?!." Ucapnya dengan tersenyum sinis.
"Aku istrimu Bry kalau Kau lupa. Dan Aku ingin kita berpura-pura menjadi pasangan yang harmonis di depan ayah ku," ucap Aya membuat Bryan terbahak.
"Hey, Kau terlalu memandang tinggi dirimu. Untuk bersentuhan dengan mu saja malas, apalagi harus berpura-pura bersikap harmonis," ucapnya dengan tawanya yang mengejek.
Aya pun menatap geram pada sosok pria yang selalu membuatnya kesal itu. "Kalau saja bukan karena demi ayah, Aku tidak akan pernah melakukan ini," ucap Aya dalam hati seraya menarik nafasnya panjang.
"Aku akan menuruti keinginan mu selama satu hari penuh kalau Kau mau melakukan yang ku katakan tadi, bagaimana?," Tanyanya penuh harap.
Bryan terlihat memikirkan ucapan istrinya, lalu Ia pun menganggukkan kepalanya dan menyetujuinya.
"Baiklah, Aku akan melakukannya. Dan setelahnya Kau harus menjadi budak ku selama satu hari penuh."
Aya menelan salivanya saat mendengar suaminya akan menjadikan dirinya budaknya selama satu hari.
"Ba-baiklah," ucapnya ragu.
"Baiklah, kalau begitu kapan kita akan berakting?." Ucap Bryan menaik turunkan kedua alisnya. Ia sudah membayangkan bagaimana dia akan mengerjai istrinya selama satu hari.
"Besok, Apa Kau bisa?."
Bryan terlihat sedang memikirkan jadwal pekerjaannya. "Tidak bisa, karena besok Aku ada meeting. Bagaimana kalau lusa?," Tawar Bryan.
"Baiklah, deal," ucap Aya mengulurkan tangannya, menjabat tangan suaminya. Dan di balas oleh Bryan.
"Entahlah apa yang akan Bryan lakukan padaku nanti. Yang terpenting dia mau bertemu dengan ayah," ucap Aya dalam hati.
Sedangkan Bryan terus memikirkan hal apa yang akan Ia lakukan nanti untuk mengerjai istri jeleknya itu.
***