Revisi PUEBI
Diminta oleh orang tuanya untuk menyelesaikan persoalan hutang keluarga serta harus mengganti rugi dari kerusakan mobil yang Aruna tabrak.
Manakah takdir yang dipilih untuk menyelesaikan persoalannya. Menjadi istri muda Broto sebagai pelunasan hutang atau menjalani One Night Stand dengan Ben agar urusan ganti rugi mobil selesai. Juga cinta Alan pada Aruna yang terhalang status sosial.
Manakah pilihan yang diambil Aruna ? Dengan siapakah Aruna akan menjalani hidup bahagia penuh cinta. Ben atau Alan ? Ikuti terus kisah Aruna
Cerita ini hanya kehaluan author untuk hiburan para pembaca. Silahkan ambil pesan yang baik dan tinggalkan yang buruk.
ig : dtyas_dtyas
fb : dtyas auliah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman
Una membuka ponselnya, sedari tadi getaranya seakan meminta dia untuk segera membuka pesan yang masuk. Terdapat notif dari chat grup pertemananya.
Group Calon Orang Sukses
Bira : Njirr, ngantuk banget deh
Mario : Suara dosen ini terlalu merdu, seraya mendayu dayu ditelinga memberi pengaruh pada mata untuk segera terpejam
Meisya : Mar, dengerin loe ngomong juga guengantuk. Masih lama enggak sih, udah laper gue
Meisya : Ehhh, Una beneran enggak masuk nih. Gue kira dia bakal telat doang
Bira : Semalem habis nyanyi langsung OTW X sama Alan
Meisya : What ? serius ?
Bira : Absolutely, kan bareng gue siAlan datangnya
Una : spasi ya, jadi ambigu maknanya
Meisya : Una, loe kok enggak kuliah sih ? loe enggak marah sama gue kan ?
Una : Marah kenapa geh, udah pada fokus kenapa sih. Ribut aja, berisik tau
Bira : Na, loe jadian ya semalam ?
Una : jadi apa prok prok prok
Mario : Kawan, focus dulu. Mari kita kembali ke Laptop
.
.
Waktu menunjukan pukul 4 sore, saat pengunjung Aldente cafe tidak terlalu ramai. Sejak siang tadi Una telah berada di Aldente Cafe. Kerja part time-nya selain bernyanyi di Blue cafe. Membereskan sisa pesanan baik makanan atau minuman pada meja yang sudah ditinggalkan oleh pemesannya. Tiba-tiba ponsel yang tersimpan disaku celana jeansnya bergetar, karena pengunjung tidak terlalu ramai akhirnya dia mengeluarkan ponsel dan mengangkat panggilan tersebut yang ternyata dari Huda.
"Halo kak"
"Na, kamu pulang sekarang"
"Ck, apa sih kak. Aku lagi kerja"
"Pulang na, Pak Bara sama anak buahnya ada di rumah. Kita mau diusir na_
Una mengakhiri panggilan, memejamkan mata sejenak sambil memijat pelipisnya.
"Bang Dika" ucap Una kepada Dika pemilik Aldente Cafe
"Aku ijin pulang awal, ada urusan mendesak bang. Terserah abang atur ganti hari jaga atau hari ini dianggap tidak masuk"
"Oke enggak apa, nanti kita atur lagi."
"Makasih bang," jawab Una kemudian berlalu sambil melepas apronnya dan memberikan pada Edo sesama pekerja disana.
Una menghentikan ojol yang membawanya pulang, turun dari motor lalu membayar tagihannya sambil berlari memasuk pekarangan rumah. Terdengar suara perdebatan yang kadang diselingi suara tangis perempuan.
"Ayah," jerit Una saat melihat kondisi ayahnya sudah babak belur dan terduduk dilantai bersandar pada dinding ruang tamu. Disebelahnya tampak Fatma menunduk, raut wajahnya terlihat sendu dengan mata yang sembab. Devi adiknya sedang menangis, saat melihat Una matanya mencerminkan kemarahan.
"Kamu kemana sih kak, tega banget sama keluarga sendiri. Kamu senang ya kalau kita sampai diusir," teriak Devi
Una masa bodoh dengan ucapan Devi, dia melihat pada sofa dimana pak Bara duduk. Tampak pula 3 orang bodyguard berdiri disekitaran pak Bara dengan tubuh tinggi besar.
"Pak _ " ucapan Aruna disela oleh Bara si lintah darat
"Ahhh kau pasti Aruna. Ayahmu bilang kau yang akan membayar hutang keluarga kalian. Jadi bisa saya terima pembayarannya, atau kalian boleh hengkang kaki dari rumah ini"
"2 hari pak, beri kami waktu 2 hari lagi. Saya pasti penuhi hutang Ayah. 50 juta kontan".
" No, no, no hutang ayahmu bukan 50 juta lagi tapi 100 juta. Kenapa ? Karena dia sudah telat bayar. Sudah berminggu minggu. Kita sudah sepakat terkait bunga pinjaman. Bukan begitu Syamsul ?" Ujar Bara
"Tapi saya sedang berbaik hati, 2 hari lagi sebaiknya kamu sudah siapkan uangnya atau .." Bara berbicara sambil menepuk nepuk kemejanya seperti sedang nenghilangkan debu yg menempel. "Atau kalian boleh pergi dari sini" ancam Bara.
Perjodohan Arini
Suami absurd
Suami rupa madu mulut racun