Erlangga Putra Prasetyo, seorang pemuda tampan dengan sejuta pesona. Wanita mana yang tidak jatuh cinta pada ketampanan dan budi pekertinya yang luhur. Namun di antara beberapa wanita yang dekat dengannya, hanya satu wanita yang dapat menggetarkan hatinya.
Rifka Zakiya Abraham, seorang perempuan yang cantik dengan ciri khas bulu matanya yang lentik serta senyumnya yang manja. Namun sayang senyum itu sangat sulit untuk dinikmati bagi orang yang baru bertemu dengannya.
Aira Fadilah, seorang gadis desa yang manis dan menawan. Ia merupakan teman kecil Erlangga. Ia diam-diam menyimpan rasa kepada Erlangga.
Qonita Andini, gadis ini disinyalir akan menjadi pendamping hidup Erlangga.Mereka dijodohkan oleh kedua orang tuanya.
Siapakah yang akan menjadi tambatan hati Erlangga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masalah Hati
Akhirnya waktu yang dinanti pun telah tiba. Beberapa wartawan dari beberapa media sudah datang ke kantor Pras. Mereka menunggu di aula.
Tidak lama kemudian, Dion dan Qonita datang. Mereka dikawal oleh beberapa bodyguard Pras untuk menghindari serangan wartawan.
"Pak, semuanya sudah siap." Ujar Ruben.
"Baiklah, mari kita ke aula."
Mereka pun menuju Aula untuk menemui awak media . Papa Pras, Pak Dion, Erlangga, Kendra, dan Qonita sudah duduk di kursi depan. Acara pun dimulai.
Pertama yang angkat bicara adalah Pak Dion. Ia memohon maaf dengan tersebarnya isu tersebut.
"Maaf itu berita tidak benar. Yang benar adalah Qonita akan bertunangan dengan Kendra, asisten pribadi Erlangga. Selanjutnya kalian bisa bertanya kepada yang bersangkutan."
Selanjutnya wartawan menanyakan beberapa pertanyaan kepada Kendra dan Qonita. Beruntung Kendra sangat pintar memanipulasi mereka. Qonita tidak banyak bicara karena ia takut salah bicara, dan lagi pula hatinya saat ini sedang tidak baik-baik saja.
"Mas Erlangga, apa anda sudah memiliki seorang kekasih?" Sahut seorang wartawan yang sangat penasaran dengan kehidupan Erlangga.
Erlangga tidak ambil pusing. Ia pun menjawab sekenanya.
"Iya, saya sudah punya kekasih. Do'a kan kami berjodoh."
Awak media menjadi ramai mendengar jawaban Erlangga. Hati Qonita semakin hancur berkeping-keping.
"Siapa, Mas?"
"Apa dari keluarga pengusaha juga?"
"Pasti orang terpandang?"
"Kami penasaran dengan sosok kekasih anda."
Begitulah kira-kira pertanyaan yang terlontar dari mereka.
"Tidak perlu dijelaskan. Kalau sudah salatnya kalian akan tahu. Terima kasih."
Akhirnya setelah mendapatkan jawaban yang cukup untuk awak media, klarifikasi pun diakhiri dengan permintaan maaf dan Terima kasih oleh Papa Pras.
Klarifikasi kaki ini bukan saja akan menjadi media cetak tetapi sedang dilakukan siaran langsung di beberapa akun resmi salah satu media elektronik. Jadi beberapa orang yang sedang menggunakan sosial medianya saat ini mungkin sudah mengetahui berita klarifikasi tersebut.
"Pak Dion, terima kasih." Ucap Pras.
"Huh... saya harap kerja sama kita masih terus berjalan, Pak. Saya mohon maaf atas ketidaknyamanan ini."
"InsyaAllah, Pak."
Pak Dion pun pamit pulang.
Sikap Pak Dion berbanding terbalik dengan Qonita. Ia tak dapat membendung kesedihannya. Ia langsung turun dan masuk ke dalam mobil. Ia menangis sejadi-jadinya di dalam mobil.
"Ken, terima kasih sudah membantuku."
"Sama-sama, Bos."
"Tenang saja, bonus kuota sudah kusiapkan."
"Sebenarnya tidak perlu, Bos. Karena, aku melakukannya dengan ikhlas."
"Ken, apa kamu masih menyukainya?"
Kendra tersenyum getir.
"Ken, kalau kamu masih menyukainya, perjuangkan dia. Saat ini mungkin hatinya masih terluka. Aku tidak bermaksud melukainya. Tapi hatiku tidak bisa berbohong."
"Aku mengerti, Bos. Tenang saja, aku bisa mengatasinya."
Erlangga menepuk baju Kendra.
"Aku akan mendukungmu."
Saat ini Erlangga dapat bernafas lega. Ia melupakan sesuatu karena masalahnya. Erlangga membuka handphone-nya dan membuka aplikasi IG nya. Di sana ia bisa melihat seseorang yang selama ini ia sebut dalam do'anya. Erlangga menyunggingkan senyum melihat kesuksesannya.
"Jutek... Aku yakin kamu pasti bisa!" Lirihnya saat melihat salah satu foto Rifka sedang mendampingi modelnya.
"Sepertinya kamu cukup senang mendapatkan bucket dari orang itu. " Ucapnya kembali saat melihat foto Rifka bersama Tuan Alex.
"Bunda, apa aku berdosa mencintai sepupuku sendiri?" Batinnya. Hal tersebut selalu ditanyakannya berulang-ulang di dalam hatinya.
Bersamaan dengan itu, Bunda Winda menelponnya. Menanyakan perasaannya saat ini serta mengingatkan agar tidak lupa makan. Tudak lama kemudian, Kendra datang membawakan makanan untuknya. Sebelumnya ia sudah memesan makan siang di restoran sebelah. Makanan tersebut diantar oleh kurir ke kantornya.
"Makan dulu, Bos."
"Makan di sini denganku, Ken."
"Oke, Bos."
Mereka makan siang bersama di dalam ruangan itu. Setelah selesai makan, Kendra menanyakan sesuatu yang membuatnya penasaran dari tadi.
"Bos, apa benar kamu sudah punya kekasih?"
Erlangga hanya mengulum senyum.
"Bos, jangan bilang kamu juga bohong tentang itu."
"Tidak, aku tidak bohong. Aku memang punya kekasih hati. Kekasih yang hanya Allah dan aku yang tahu."
"Busyet... siapa tuh? Pasti lebih istimewa dari Qonita."
"Jangan bahas dia lagi. Dia sudah menjadi bagianmu."
"Ya, ya... maaf Bos."
Mereka pun akhirnya melanjutkan pekerjaan hari ini.
-
Di Paris.
Rifka sedang jalan-jalan bersama Weni Ia tidak sadar bahwa dirinya sedang diikuti oleh seseorang. Saat ini Rifka dan Weni sedang masuk ke salah satu pusat perbelanjaan. Ia ingin membeli oleh-oleh untuk keluarganya di Jakarta.
Saat Rifka ingin membayar belanjaan, seseorang menyodorkan kartu kreditnya.
"Tuan Alex... "
"Hai Nona Rifka. Rupanya anda tidak cukup pintar untuk berbohong. "
"Tuan, saya bisa membayarnya sendiri."
Tuan Alex tidak perduli dengan ucapan Rifka.
"Sis, tolong segera ditotal. " Ucap Tuan Alex.
Hal tersebut membuat Rifka marah. Ia justru menarik tangan Weni dan meninggalkan belanjaannya. Tuan Alex segera membawa belanjaan yang sudah dibayar lalu berjalan cepat mengejar Rifka.
"Nona tunggu...!"
"Tuan, sebenarnya apa mau anda?"
"Aku hanya ingin membayarnya. Itu saja. Ini belanjaanmu!"
"Tidak, saya tidak mau menerimanya. Saya tidak suka berhutang budi."
"Oh ayolah Nona! Ini bukan untuk dihutangkan."
"Nona, ambil saja! Daripada kita berdebat di sini. Malu dilihat orang." Bisik Weni.
"Baiklah saya terima."
Tuan Alex menyunggingkan senyum.
"Terima kasih."
"Sama-sama."
Rifka dan Weni segera meninggalkan Tuan Alex. Tuan Alex hanya bisa bersedekap.
"Hem... semakin membuatku penasaran." Lirih Tuan Alex.
Rifka tidak diam begitu saja. Ia memerintahkan Weni untuk menghubungi asisten pribadi Tuan Alex. Ia meminta nomor rekeningnya untuk mengembalikan uang belanjaan.
Rifka baru saja sampai di hotel. Ia merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Maminya sudah menelponnya berulang kali memintanya segera pulang ke Jakarta jika sudah tidak ada kepentingan di Paris. Karena sebentar lagi, Oma dan Opanya akan mengadakan aniversary pernikahan mereka yang ke 50 tahun. Namun sebenarnya ada hal lain yang membuat Maminya mendesak pulang. Itu karena Papinya ingin segera memperkenalkan Rifka pada seseorang. Rifka pun berjanji akan pulang dia hari lagi.
Karena iseng, Rifka membuka sosial medianya. Bertepatan dengan itu, ia melihat berita klarifikasi Erlangga dan Qonita.
"Jadi cuma isu. Padahal ceweknya cukup cantik. Erlangga bilang kalau dia sudah memiliki kekasih hati. Siapa? Ah, kenapa aku harus memikirkannya lagi. Plis Rifka, lupakan Erlangga! Kalian masih saudara. Ya Alkah tolong hilangkan rasa ini. " Batinnya.
Rifka pun meletakkan handphone nya lalu masuk ke kamar mandi. Ia baru sadar kalau belum shalat Ashar. Seperti biasa setelah shalat, ia membaca Al-Qur'an agar hafalannya tidak hilang.
-
Sementara di desa, Aira pun cukup penasaran dengan kekasih yang dimaksud Erlangga. Namun ia cukup sadar diri. Ia merasa tidak mungkin menjadi bagian dari hidup Erlangga.
Bersambung..
...****************...
lanjut
semangat untuk up date nya
semoga bahagia terus Erlangga dan Rifka