Raisa, seorang gadis berparas cantik, adalah primadona desa yang hidup dalam kesederhanaan bersama ayahnya. Kehidupannya yang bahagia berubah drastis ketika suaminya meninggal dalam kecelakaan mobil pada awal pernikahan mereka. Raisa terpaksa harus menjanda dan menghadapi tantangan hidup yang lebih besar.
Di desa kecil mereka, di mana kabar berita menyebar dengan cepat, gosip dan fitnahan dari masyarakat selalu menghampiri Raisa. Kehadirannya yang sebagai pengantin baru dan langsung ditinggalkan oleh suaminya yang meninggal membuatnya menjadi sasaran ejekan dan celaan. Dia merasa terisolasi dan terpinggirkan.
Namun, Raisa adalah seorang wanita yang kuat dan tegar. Dia tidak menyerah pada keadaan dan bertekad untuk membuktikan bahwa dia bisa bangkit dari penderitaan yang menimpanya.
Bagaimana kisah Raisa dalam menjalani kehidupannya? Ikuti ceritanya di novel yang berjudul "Janda Tapi Perawan Tulen"
Jangan lupa kasih like, subcribe, vote rate 5...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 17 - Kejadian tak terduga
\*\*\*
"Semalam tuan Bian kenapa ya? Badannya sangat lemah bahkan hampir pingsan di dapur."
Raisa bergumam pada dirinya sendiri sambil menjemur baju di atas balkon. Tiba-tiba pandangannya teralihkan saat melihat ke bawah gerbang dan merasa mengenal seseorang yang hendak masuk ke mobil. "Radit?."
Seketika Raisa menggelengkan kepalanya karena meragukan jika yang dia lihat itu adalah Radit. Karena dia pikir mana mungkin Radit ada di kediaman Aryana.
"Hei, Raisa! Apa kamu hanya akan melamun saja hah!."
Raisa sangat terkejut karena tiba-tiba saja Juli datang dan langsung berteriak padanya. "Kamu enak-enak santai disini, di bawah masih banyak pekerjaan!," lanjutnya. "Baik, aku akan segera selesaikan ini," jawab Raisa datar lalu melanjutkan pekerjaannya.
"Sudah janda masih belagu aja!," nyinyir Juli. Namun Raisa masih bersikap tenang dan tidak terlalu menghiraukan karena memang itu kenyataannya. Hanya saja dia merasa heran, kenapa Juli sampai mengetahui statusnya. Selama ini dia tidak pernah bercerita pada siapapun kecuali pada Bela.
Beberapa saat kemudian, Raisa turun menuju dapur tapi merasa heran karena semua ART nampak khawatir dan ketakutan. Ia lalu menghampiri Rani dan bertanya tentang apa yang terjadi.
"Rani, ada apa?."
"Raisa, kamu dari mana saja?...."
Raisa pun menunjukan keranjang jemuran yang memberitahunya jika ia baru selesai menjemur. Kemudian ia bertanya lagi pada Rani dan meminta jawaban.
"Seperti biasa, tuan Bian tidak suka dengan makanan yang juru masak siapkan, dia menolak semua sarapan yang kami antar ke kamarnya...." Lalu Rani membisikan sesuatu. "Aku dengar, semalam tuan Bian penyakitnya kumat dan terjatuh di dapur, tapi ada seseorang yang menolongnya semalam...."
Raisa ingin memberitahu Rani jika orang yang menolong Bian semalam adalah dirinya. Tapi pernyataan itu seketika hilang saat ia lebih penasaran tentang penyakit Bian. "Sebenarnya tuan Bian sakit apa?," tanyanya.
"Tuan Bian suka mengalami dehidrasi, dan kondisi seperti itu bisa terjadi secara mendadak." Raisa mangut-mangut mengerti karena semalam ia hanya meminta air putih dan meneguknya secara cepat.
Pre!
Seorang ART memecahkan sebuah piring yang ia bawa secara berlari. Ia merasa ketakutan karena baru saja keluar dari kamar Bian yang memarahinya dan melarang semua orang masuk dan mencoba membujuknya untuk sarapan lagi.
Hal itu membuat Raisa tidak habis pikir, ternyata ada laki-laki yang sudah dewasa tapi kelakuan seperti anak kecil seperti Bian. Lalu ia membantu ART tadi memungut pecahan piring yang jatuh tadi. "Kamu tidak apa-apa?," tanya Raisa dan ART itupun menggelengkan kepalanya meskipun air matanya mengalir.
Kemudian ia berinisiatif untuk membuatkan Bian sesuatu untuk di makan. Awalnya semua orang melarang Raisa karena itu bukan pekerjaannya juga merasa merendahkan Raisa yang hanya seorang ART biasa. Karena mereka pikir, juru masak yang sudah lihai saja makanannya di tolak, apalagi masakannya.
Setelah berkutat beberapa menit, akhirnya Raisa berhasil membuat satu hidangan sederhana namun membuat semua orang yang berada di sana merasa tergoda dan ingin menikmatinya.
"Raisa, apa yang kau buat? Apa tidak salah? Makanan seperti itu mau kaum berikan pada tuan Bian? Yang ada kamu malah langsung di tendang!," ucap Juli sinis.
Dengan berbekal keyakinan, Raisa pun mencoba membawa hidangan yang dia buat sendiri itu menuju kamar Bian.
Toko tok tok!
"Aku bilang jangan masuk!," teriakkan Bian memekakkan telinga Raisa yang sedang sudah nyelonong masuk ke kamar tanpa seizin Bian.
"Kau lagi!."
"Tuan, Anda boleh marah padaku... Tapi, Anda harus sarapan terlebih dahulu agar punya kekuatan untuk memarahiku."
"Kauuu....!," pekik Bian.
Belum sempat menyelesaikan perkataannya, Raisa langsung menyimpan makanan di meja dekat Bian lalu ia mengambil satu sendok bubur yang masih terlihat panas.
Bian menatap tajam Raisa yang bersikap datar dan seolah tidak menakutinya sama sekali. "Aaaaa...," pinta Raisa hendak menyuapi Bian. Namun Bian masih menatap Raisa dingin.
"Jika Anda tetap seperti ini maka buburnya akan cepat dingin... Anda mau?," tanya Raisa bersikap biasa, padahal dalam hatinya dia merasa tak karuan, pasalnya saat itu sebenarnya dia sedang menempatkan dirinya di kandang kematian.
Kep!
Bian mencengkeram tangan Raisa dan menariknya hingga kedua wajah mereka sangat dekat. "Apa yang kau lakukan!." Bian mendorong tangan Raisa sehingga badannya pun ikut terdorong. "Pergi!."
Raisa sangat terkejut, lagi-lagi Bian berteriak padanya. Lalu ia pun hendak mengambil mangkuk bubur dan membawanya kembali ke dapur dan merasa usahanya juga sia-sia.
"Apa yang kau lakukan?," tanya Bian dan Raisa pun menggantungkannya tangannya di atas mangkuk. "Aku akan bawa makanan ini ke bawah," jawabnya ragu. "Biarkan saja disana," suruh Bian, kali ini dengan nada lebih tenang dan Raisa pun keluar kamar dengan perasaan sedikit lega. "Huft...."
Orang-orang yang berada di dapur juga juru masak merasa penasaran dengan kedatangan Raisa. Mereka pikir Raisa pun akan gagal membujuk Bian, tapi saat Raisa tiba di dapur mereka merasa heran karena Raisa tidak membawa kembali buburnya.
"Raisa, apa tuan Bian memakan bubur yang kamu buat?," tanya Rani antusias. "Aku tidak tau, tapi dia menyuruhku untuk menyimpannya di sana," jawab Raisa tidak yakin. Dan semua orang disana pun bertanya-tanya dengan pikiran mereka masing-masing.
Bian masih fokus pada layar di handphone nya lalu tiba-tiba aroma yang menggugah selera makannya tercium oleh indra penciumannya dan diapun melirik semangkuk bubur yang ada di meja.
Dia segera mengambil bubur tersebut dan sempat ragu untuk mencicipinya karena makanan itu terlalu cukup biasa untuknya. Tapi cacing di perutnya sudah meronta ingin meminta jatah makan dan Bian pun mengambil satu sendok bubur lalu memakannya.
Sleeb...
Bian mengunyah bubur tersebut secara perlahan dan menikmatinya. Ekspresinya menggambarkan betapa enaknya makanan yang sedang dia makan itu. Tanpa terasa kini buburnya sudah habis tidak tersisa dan Bian pun merasa kenyang juga puas. "Ternyata lumayan juga rasanya."
Merasa staminanya sudah kuat, Bian pun bersiap untuk pergi ke kantor dengan setelan rapi. Jas abu yang dia kenakan seakan menambah ketampanan seorang Bian yang tidak terkalahkan, hanya sedikit galak he he he...
"Tinggi sekali pot bunganya, sepertinya aku harus pakai tangga," ucap Raisa di halaman depan rumah yang sangat luas itu.
Tap... Tap... Tap...
Raisa melangkah naik tangga secara perlahan dan akhirnya ia bisa meraih pot bunga untuk dia siram.
Saat Bian tiba di depan halaman, entah kenapa fokusnya langsung tertuju pada Raisa yang terlihat agak kesusahan saat menyimpan kembali pot bunga tersebut. Ia merasa sedikit terganggu saat melihat tangga yang Raisa injak sedikit bergoyang-goyang, tapi ia berpura-pura tidak melihatnya dan segera masuk ke mobil.
"Hore! Akhirnya selesai juga," ucap Raisa senang. Namun keseimbangan tubuhnya kini telah hilang dan tangga yang Raisa gunakan kini melorot hingga membuat tubuh Raisa terhempas ke belakang.
"Arrrgghh!."
Raisa berteriak dan mengira jika ia tidak bisa terselamatkan dari tempat ketinggian itu. Tapi tiba-tiba seseorang menangkap tubuh Raisa dari belakang sehingga ia tidak langsung terjatuh ke tanah melainkan bertumpu pada tubuh seseorang yang membuatnya membelalakan matanya saat melihat siapa orang itu.
Bersambung...
gampang cari yg tajir ,novel smuanya gini
karakter raisa terlalu lemah,
smoga raisa jd wanita yg smart
semoga hari2 kalian bahagia 🤲💪 semangat y untuk authornya 😘😘😍