Awalnya aku percaya kalau cinta akan hadir ketika laki laki dan wanita terbiasa bersama. Namun, itu semua ternyata hanya khayalan yang kubaca dari novel novel romantis yang memenuhi kamar tidurku.
Nyatanya, bertetangga bahkan satu sekolah hingga kuliah, tidak membuatnya merasakan jatuh cinta sedikit saja padaku.
"Aku pergi karena aku yakin sudah ada seseorang untuk menjagamu selamanya," ucap Kimberly.
"Sebaiknya kita berdua tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin Viera terluka dan menderita karena melihatmu."
Secara bersamaan, Kimberly harus meninggalkan cinta dan kehilangan persahabatan. Namun, demi kebahagiaan mereka, yang adalah tanpa dirinya, ia akan melakukannya.
"Tak ada yang tersisa bagiku di sini, selamat tinggal."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENYAKITI HATI
Kimberly sangat kesal. William bahkan tidak meneleponnya setelah meninggalkannya. Saat ia sampai di rumah, ia sempat menengok ke sebelah, ke rumah William, tapi ia juga tidak mendapati mobil William. Itu artinya ia belum pulang.
"Kemana sebenarnya dia pergi?" gumam Kimberly. Ia meletakkan ponselnya di atas nakas.
Kimberly berjalan menuju kamar mandi, "Sebaiknya aku sikat gigi saja, setelah itu langsung tidur. Lihat saja besok kalau dia belum juga menghubungiku, akan aku jitak kepalanya."
Kimberly melangkahkan kaki ke kamar mandi. Ia menyikat giginya, kemudian mencuci wajah, juga kaki dan tangannya. Tiba tiba terdengar suara ponsel, membuat Kimberly langsung menengadahkan wajahnya dan tersenyum.
"Itu pasti William," batinnya.
Kimberly langsung berlari keluar dari kamar mandi, sampai ia lupa kalau kakinya masih dalam keadaan basah.
Bughhh ....
"Aduhhh ....," Kimberly memegang bokongnya yang kesakitan karena beradu dengan lantai.
Dering ponselnya berhenti. Sementara Kimberly masih terduduk di depan kamar mandi. Sambil menggosok bokongnya, Kimberly bangkit perlahan. Ia mendekati ponselnya dan melihatnya.
"Yaelah, operator," Kimberly kembali meletakkan ponselnya, dan kekecewaan tampak jelas di wajahnya.
*****
"Kim, sorry ....," ucap William sambil mengetuk pintu kamar Kimberly.
"Ogah! Udah pulang aja sana."
"Kim, sorry. Kemarin aku buru buru, ada keperluan mendadak."
"Ampe nggak keinget aku gitu? Masa segede gini ditinggalin," ucap Kimberly kesal.
"Nggak sengaja. Habis kamu juga nggak stand by di dekat mobil, asli bener bener nggak sadar."
"Emang pingsan ampe nggak sadar?"
"Sorry. Sebagai gantinya, kita makan es krim yuk," ajak Willian.
Bugh .... Dugh ... Gedebughh ....
Pintu terbuka dengan penampilan Kimberly yang sudah siap untuk berangkat.
"Es krim? Ayo!" ucap Kimberly sambil tersenyum ke arah William.
"Emang paling gampang ngebujuk kamu itu pakai es krim. Nggak bakalan mungkin nolak," batin William.
*****
Alarm di nakas samping tempat tidur Kimberly berbunyi. Waktu menunjukkan pukul 4 pagi. Hari ini adalah hari pertama Kimberly akan ke kampus, karena adanya MPLK atau dikenal dengan Masa Pengenalan Lingkungan Kampus.
Kimberly bangkit dari tempat tidurnya dan langsung menuju kamar mandi. Ia tidak boleh terlambat, apalagi di hari pertama.
Setelah selesai membersihkan diri, Kimberly duduk di depan meja riasnya. Ia harus menguncir rambutnya menjadi 2.
"Masih manusiawi lha kuncir 2, daripada harus kuncir 5," batin Kimberly.
Pintu kamar terbuka, Kimberly menoleh ke arah pintu, "Mi ..."
"Kamu sudah siap, sayang?" tanya Megan.
"Sudah, Mi."
"Ayo sarapan dulu. Kamu harus mengisi perutmu dulu, mahasiswa baru," goda Megan.
"Mi, jangan menggodaku."
"Putri Mami sudah dewasa sekarang," ucap Megan sambil memegang bahu Kimberly dan menatap ke arah cermin, membuat Kimberly tersenyum.
*****
"Pi, turunkan aku disini. Mahasiswa baru harus berjalan dari sini sampai ke kampus. Kami tidak boleh membawa kendaraan ataupun diantar sampai depan gerbang," ucap Kimberly.
"Baiklah, sayang. Hati hati ya," pesan Alan.
"Siap, Papiku yang tampan," goda Kimberly.
Kimberly mencium pipi Alan seperti biasanya, kemudian ia turun dan melambaikan tangan pada Alan.
Kimberly melihat banyak mahasiswa baru yang berjalan kaki. Tadinya ia mau mengajak William untuk berangkat bersama, tapi ternyata William sudah tidak ada di rumah. Pelayan di rumahnya mengatakan bahwa William sudah berangkat dengan membawa mobilnya.
"Memangnya boleh membawa mobil?" batin Kimberly sambil berpikir.
Tapi tiba tiba ia melihat William sedang berada di seberang jalan. Kimberly ingin memanggilnya, tapi William sedang bersama seseorang, seorang wanita.
"Siapa dia?" tanya Kimberly dalam hati.
Kimberly terus memperhatikan mereka, hingga ia tidak sadar bahwa ia telah sampai di depan kampus.
"Kim, kenapa kamu melamun?" tanya William yang tiba tiba saja menepuk bahunya.
"Wil, kamu sudah disini?" tanya Kimberly pura pura tidak tahu, padahal sedari tadi ia memperhatikan kedekatan antara William dan seorang wanita.
"Aku sudah berangkat lebih dulu. Bahkan mungkin sebelum kamu bangun, aku sudah bangun lebih dulu," goda William sambil menyentuh ujung hidung Kimberly.
"Oya, kenalkan, ini Viera," lanjut William.
Viera mengulurkan tangannya sambil tersenyum, "Kenalkan, aku Viera."
Untuk mengurangi rasa canggung yang kini meliputi Kimberly, ia pun meraih tangan Viera, "Kimberly."
"Ayo masuk, kalau tidak kita akan terlambat," ucap William sambil meraih tangan Viera dan mengajaknya masuk. Sementara Kimberly hanya bisa diam menyaksikan pemandangan itu.
Seketika rasa sakit menyelimuti perasaan dan hati Kimberly. Pagi yang ceria baginya karena ini adalah hari pertamanya menjadi mahasiswa, kini berubah menjadi sendu karena pemandangan yang menyakiti hatinya.