Ketika tombak itu dihunuskan ke arahnya, Qu Fengxiao sudah tidak memiliki terlalu banyak harapan lagi untuk mengembalikan segalanya seperti semula. Satu-satunya keluarga yang ia punya membunuhnya. Dia jatuh ke dalam keputusasaan. Tapi siapa sangka, dia akan terbangun di dunia lain di mana teknologi lebih maju dari duniannya. Ditambah, dia harus berurusan dengan ilmuwan gila dari sebuah institusi raksasa yang terhubung dengan keluarganya.
Belum selesai dengan itu, tiba-tiba seseorang mengajaknya menikah dan membuatnya bingung dengan keberadaan dua pria yang terlihat mirip di dua dunia.
"Tuan Dewa Kuno, kau tidak sedang mempermainkanku, kan?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chintyaboo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Kencan Setelah Menikah
Qu Fengxiao merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Menghela napas panjang-panjang, lalu membuka ponselnya setelah mendengar suara pesan masuk.
Huo Yuzheng, “Sudah tidur?”
Qu Fengxiao tersenyum geli. Apa-apaan pria ini. Dia baru saja masuk ke dalam kamar, pria itu sudah menanyakannya.
“Jika penasaran, kenapa tidak lihat sendiri? Dasar.”
Qu Fengxiao segera mengetik, “Awalnya sudah akan pulas. Tapi Tuan Pengacara tiba-tiba bertanya. Kenapa? Apa sudah merindukanku?”
Tak lama kemudian, pria itu membalas, “Aku hanya ingin memberitahumu, kita akan pergi besok.”
“Kemana?”
“Persediaan bulanan sudah banyak yang habis. Selain itu, aku lihat di dalam tasmu hanya memiliki tiga set pakaian. Jadi sekalian pergi membeli.”
Pria itu sangat berterus terang. Dia bahkan terang-terangan mengatakan melihat isi tas Qu Fengxiao.
“Melihat isi tas perempuan ... aku benar-benar mengagumi Tuan Pengacara,” balas Qu Fengxiao.
Huo Yuzheng, “??”
“Oke, kita pergi besok.”
Pria itu benar-benar tidak peka. Qu Fengxiao tidak masalah jika seseorang melihat isi tasnya. Namun ... tasnya saat ini berisi pakaiannya sampai yang paling privasi!
'Kapan dia memeriksanya?' Qu Fengxiao tidak habis pikir.
“Malam ini sangat dingin.” Qu Fengxiao meletakkan ponselnya di nakas dan pergi tidur. Selimutnya sangat tebal, tapi tidak cukup menahan hawa dingin.
Saat malam, kekuatan Yin menjadi lebih kuat sehingga hawa dingin di tubuh Qu Fengxiao meningkat. Dia telah menaikkan suhu pada pemanas ruangan, tapi masih tidak berguna. Perasaan dingin masih menyelimuti.
***
Pusat perbelanjaan tidak jauh dari rumah. Hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai.
Qu Fengxiao asik memakan yogurt sepanjang jalan sampai tidak sadar kalau mereka sudah sampai. Ini kali pertama Qu Fengxiao ke pusat perbelanjaan, jadi dia cukup bersemangat.
Pertama-tama mereka akan membeli barang persediaan rumah. Qu Fengxiao langsung berkeliaran saat sampai di supermarket, sedangkan Huo Yuzheng mengambil troli belanja dan mencari barang yang dibutuhkan.
Melihat Huo Yuzheng akan pergi, Qu Fengxiao langsung mengikutinya.
Qu Fengxiao sama sekali tidak memilih apa pun karena bingung. Dia belum mengerti terlalu banyak, termasuk mana yang masuk ke kategori mahal dan tidak. Ada terlalu banyak barang yang asing di matanya.
“Mau es krim?” tanya Huo Yuzheng.
Kalau yang itu, Qu Fengxiao sudah pasti tahu. Dia mengangguk cepat dan langsung memilih favoritnya.
Mengitari supermarket tidak membuat Qu Fengxiao lelah. Setelah mengantre dan membayar di kasir, Huo Yuzheng langsung membawa barang-barang itu ke mobil dan meletakkannya di bagasi.
Dia melihat jam, lalu melirik Qu Fengxiao yang asik makan es krim.
“Kau lapar?”
Qu Fengxiao melihat jam tangan. Sudah waktunya makan siang. Meski perutnya tidak pernah merasa lapar, ia tetap mengangguk.
“Kau punya rekomendasi?” Qu Fengxiao ingin tahu apa saja yang biasa dimakan Huo Yuzheng saat di luar.
Huo Yuzheng tampak berpikir, lalu berkata, “Kita lihat nanti. Ayo.”
Supermarket ada di lantai terbawah mall. Saat ini, mereka langsung memasuki mall dan pergi mencari makan terlebih dahulu.
Qu Fengxiao tidak pilih-pilih makanan. Jadi ketika sampai di restoran, dia makan apa pun yang dipesankan tanpa banyak komentar.
“Kau terlihat sudah terbiasa melakukan segalanya sendiri.” Qu Fengxiao cukup iri.
“Tidak perlu memuji.”
Pria itu sudah benar-benar belajar menjadi narsis.
“Setelah ini, kita akan pergi ke mana?” tanya Qu Fengxiao.
“Membeli pakaian.”
Qu Fengxiao mengangguk-anggukkan kepala. Tapi tiba-tiba ia terpikirkan sesuatu dan memeriksa tas kecil miliknya. Dia tidak memiliki uang ....
“Apa tempat ini menerima koin perak?”
“Koin perak?”
“Lupakan. Bagaimana jika tael emas? Berapa harganya jika dijadikan yuan?”
“Kau harus menukarnya terlebih dahulu di bank, baru bisa digunakan.”
Qu Fengxiao cemberut. Dia bukannya miskin, tapi dia terlalu kaya sampai tidak memiliki mata uang negara ini!
“Lalu, tidak ada yang menerima pembayaran cash,” lanjut pria itu.
Qu Fengxiao menghela napas berat. Selama ini dia menikmati fasilitas gratis dan belum pernah bertransaksi. Mereka membayar melalui ponsel, tapi saldo Qu Fengxiao masih nol.
Qu Fengxiao tidak pernah kekurangan uang. Sekarang, dia merasakan bagaimana rasanya kekurangan uang.
“Kita pulang saja.” Qu Fengxiao berpikir untuk mencari pekerjaan setelah ini dan menukar emas-emas miliknya.
Huo Yuzheng terkekeh. “Kau khawatir tidak bisa membayar baju-bajumu?”
Qu Fengxiao memasang wajah tebal. “Aku sangat kaya. Kenapa aku khawatir?”
“Karena kau sangat kaya, jadi mari berbelanja.”
“Mana ada yang seperti itu?”
Huo Yuzheng tidak menanggapinya lagi. Saat makanan datang, dia makan tanpa mengatakan apa pun. Itu membuat Qu Fengxiao kesulitan ingin menegurnya.
Hei, setidaknya katakan sesuatu!
Masalahnya, wajah Huo Yuzheng seolah mengatakan kalau dia tidak ingin dibantah.
Setelah selesai makan, Huo Yuzheng menggandeng tangan Qu Fengxiao yang sedang malas-malasan itu. Qu Fengxiao terkejut. Dia ditarik begitu saja ke sebuah tempat yang dipenuhi baju-baju bermerek.
Penjaga toko membungkuk, mengucapkan selamat datang.
“Selamat datang, Tuan dan Nona. Ada yang bisa kami bantu?”
Huo Yuzheng menoleh ke arah Qu Fengxiao. “Carikan yang pas untuknya. Jika dia suka, bungkuskan.”
Pelayan toko itu tersenyum sumringah. “Tuan sangat memperhatikan Nona ini. Nona, mari saya antar. Nona sangat cantik dan memiliki kaki yang panjang, semua pakaian di sini akan sangat cocok untuk Anda.”
Qu Fengxiao melirik Huo Yuzheng. Huo Yuzheng memberinya isyarat untuk mengikuti pelayan toko.
Karena kesal memikirkan saku yang kosong, Qu Fengxiao menarik Huo Yuzheng ke sisi lain dan berbisik, “Kau serius?”
“Sangat serius.”
“Siapa yang akan bayar?”
“Aku.”
Qu Fengxiao merasa tidak enak. “Tidak bisa. Kau memberiku makan, membelikanku ponsel dan tas ini. Aku ... jadi bingung ....”
“Anggap sebagai tanggung jawab karena kau adalah istriku.”
“....” Qu Fengxiao terdiam. Istri? Mereka kan ... cuma menikah di atas kertas ....
“Lagi pula, tidak setiap hari,” lanjut Huo Yuzheng.
Qu Fengxiao menghela napas. “Tidak setiap hari .... Karena kau memaksa, aku tidak akan sungkan.”
Huo Yuzheng menuntun lengan Qu Fengxiao dan menyerahkannya pada pelayan itu.
Huo Yuzheng menunggu sambil melihat-lihat. Toko ini khusus pakaian wanita, tapi dia masih melihat-lihat dengan tenang.
Saat melihat tiga set pakaian Qu Fengxiao kemarin, yang bahkan termasuk pakaian yang dikenakan gadis itu hari ini, dia merasa gadis itu benar-benar sangat kelihatan sebagai seseorang yang sebatang kara dan tersesat yang mengandalkan pakaian gratis dari panti sosial.
Wanita biasanya memiliki banyak pakaian, tapi Qu Fengxiao terlalu sederhana. Dia bahkan tidak mengeluh. Padahal di dunia lain, dia mengaku memiliki banyak pelayan yang artinya dia sangat kaya.
“Dasar aneh,” gumamnya.
Qu Fengxiao keluar dari ruang ganti dengan beberapa pakaian di tangannya. Pelayan itu sangat cerewet menjelaskan tentang keunggulan tiap pakaian yang dicoba Qu Fengxiao.
Karena bingung, dia pinta saja semua pakaian itu agar dibungkusi. Dia tidak mau repot.
“Aku ingin melihat-lihat dulu.” Qu Fengxiao menggunakan alasan itu untuk mengusir pelayan yang terlalu antusias melayaninya.
Setelah pelayan itu pergi membungkuskan pakaian, Qu Fengxiao menghela napas.
“Hanya segitu?” tanya Huo Yuzheng.
Qu Fengxiao berkacak pinggang. “Jangan boros.”
Pria itu terkekeh, lalu menghampiri. Dia berjongkok di depan Qu Fengxiao dan meletakkan sepasang sepatu di depan kaki gadis itu.
Dia mendongak. “Cobalah.”
Qu Fengxiao terdiam sesaat. Dia sebenarnya terpana. Huo Yuzheng ini ... bagaimana bisa bersikap seperti itu?
Bukankah ini ... tidak baik?
Hubungan mereka sebatas rekan yang saling menguntungkan. Tapi sikap Huo Yuzheng antara sebelum dan sesudah menikah keterlaluan jauh!
“Kau tidak suka?” tanya pria itu.
Qu Fengxiao tersentak dari lamunan. “Ini ....”
Dia melepas sepatu miliknya untuk mencoba sepatu yang diberikan Huo Yuzheng. Sepatunya sangat nyaman dan ringan dibandingkan sepatu dari panti sosial.
“Aku suka.” Qu Fengxiao merasa senang dalam hati.
Melihat ke arah pelayan, Huo Yuzheng berkata, “Catat yang ini.”
“Tidak dibungkus saja?”
“Yang dari panti buang saja.”
“Masih bisa dipakai.”
“Itu jelek.”
“....”
Terang-terangan sekali. Jadi, kan, kesannya Qu Fengxiao menyukai barang jelek.
Qu Fengxiao menarik kata-kata bahwa sikap Huo Yuzheng telah berubah. Dia hanya sedikit berubah dari sebelumnya, hanya sedikit.
“Dari mana kau tahu ukuranku?” tanya Qu Fengxiao, bermaksud mengalihkan topik.
“Sekecil itu, apa sulit ditebak?”
“....”
Huo Yuzheng mendekatkan bibirnya di telinga Qu Fengxiao, lalu berbisik, “Sekalian membeli beberapa pakaian dalammu.”
“....”
Wajah Qu Fengxiao merah seperti tomat karena malu. Dia pergi begitu saja, merasa sangat kesal.
Huo Yuzheng itu ... pasti melihat pakaian dalamnya di dalam tas!
Melihat pria yang tampak tak bersalah dan tidak tahu apa pun itu, Qu Fengxiao merasa semakin jengkel.
Setelah mengejeknya, pria itu bertindak seolah tidak pernah mengatakan apa pun. Menyebalkan!
Setelah membeli beberapa pakaian, Huo Yuzheng memesankan beberapa pakaian lagi untuk diantar ke rumah nanti. Qu Fengxiao melihat jumlah total uang yang dikeluarkan, lalu mulai mengingat-ingat dalam kepalanya.
Dia belum begitu memahami seperti apa mahal dan murah di dunia ini. Tapi dia akan belajar setelah pulang dari sini dan mengingat berapa yang harus ia bayar kembali.
“Aku dengar ada film baru yang sedang trending. Mau nonton?” Huo Yuzheng masih tampak normal dan siap mengeluarkan uang lagi tanpa berkedip.
Qu Fengxiao menatapnya bingung. “Nonton?”
Mereka benar-benar menonton film di bioskop. Sambil makan popcorn, mata Qu Fengxiao tidak pernah teralih dari layar lebar di hadapannya yang membuat film di dalam sana terasa sangat nyata.
Bahkan ketika hantu di dalam film muncul dan menyebabkan orang-orang terkejut bukan main, Qu Fengxiao masih membuka matanya tanpa berkedip.
“Wah.” Dia harus mencoba suasana ini di rumah. Tv Huo Yuzheng juga besar—meski tidak sebesar ini.
Semua teknologi ini benar-benar membuatnya terpesona. Jika dia tidak ada urusan, dia akan memilih untuk menetap selamanya.
Qu Fengxiao melihat sekitar. Selain dia, ternyata ada banyak juga pasangan yang datang menonton. Mereka berpegangan tangan dan bersandar.
Dia melirik Huo Yuzheng yang serius menonton. Ia jadi terpikirkan tentang apa yang ia baca waktu di panti sosial.
Semua kegiatan yang mereka lakukan hari ini, dan ditutup oleh waktu menonton film ....
Apa ini kencan?
Qu Fengxiao mendekat ke arah Huo Yuzheng dan berbisik, “Kau sengaja mengajakku, kan?”
Huo Yuzheng menatapnya untuk beberapa saat, lalu menyentuh puncak kepala Qu Fengxiao, “Fokus.”
Qu Fengxiao merasa seperti ada kupu-kupu terbang di perutnya. Ia kembali menghadap layar lebar, dan diam-diam melirik Huo Yuzheng.
Jika dia benar-benar tidak ada urusan lain, dia bersungguh ingin tetap di sini.
***
Ini sudah tengah malam, tapi Qu Fengxiao masih berkutat dengan laptop mencari pekerjaan yang cocok untuknya.
Pekerjaan tanpa memerlukan ijazah sebagai syarat, dan dengan gaji yang cukup. Namun, sejauh yang ia cari, kenapa gajinya selalu di bawah jumlah harga barang yang Huo Yuzheng beli?
“Apa ini rasanya kesulitan mencari kerja?” Qu Fengxiao sakit kepala.
Laptop itu sama sekali tidak terasa panas meski dipakai terus menerus. Karena dipegang Qu Fengxiao, laptop itu terus dingin meski suhu ruangan seharusnya hangat.
Sampai keesokan harinya, Qu Fengxiao masih mencari. Huo Yuzheng tidak banyak tanya dan hanya melihat.
Keesokan harinya, Huo Yuzheng berangkat kerja. Qu Fengxiao masih sibuk dengan laptop.
“Aku akan pulang sore ini.” Huo Yuzheng mengatakannya di depan pintu.
Qu Fengxiao hanya mengangguk di sofa ruang tamu tanpa mengalihkan perhatian dari laptop. Pria itu pun pergi.
Selepas kepergian Huo Yuzheng, barulah Qu Fengxiao menutup laptop.
“Yah, aku akan mencoba peruntungan di luar sana.”
Sebelum pergi, dia menyempatkan ber-selfie dan mengunggah ke weibo.
Dia mencari pekerjaan langsung di luar sana. Melakukan apa pun yang bisa dilakukan. Dengan keterampilan bicaranya, dan tentu saja wajah cantik yang sulit ditolak, owner mana pun langsung membiarkannya bekerja.
Yah, meski hanya sebagai pekerja lepas.
Qu Fengxiao mengambil pekerjaan berbeda-beda untuk mengatasi kebosanan dan mengumpulkan uang. Membuka rekening, menukarkan emas, dan membeli beberapa barang.
Sampai malam, Qu Fengxiao belum pulang karena masih harus jaga minimarket sampai pergantian shift. Dia melihat ponselnya setelah sekian lama menganggur. Ada banyak notifikasi pengikut dari weibo.
Banyak yang menyukai fotonya tadi pagi. Ah, gen keluarganya memang tidak diragukan.
“Aku jadi heran bagaimana bisa Ibu tidak ada di internet.” Dengan kecantikan ibunya, dia akan mudah terkenal. Kecuali jika ibunya tidak menggunakan media sosial.
Itu tidak mungkin, kan?
Pintu minimarket terbuka, pelanggan datang. Qu Fengxiao menyambutnya menggunakan kata-kata template sedangkan wajahnya tampak merenung.
“Selamat datang, selamat berbelanja.”
Pelanggan itu ke depan kasir. Qu Fengxiao yang sadar buru-buru melayani. Ketika mendongak dan melihat wajah yang ia kenali, rautnya sedikit shock.
“Huo Yuzheng, kau sudah pulang.” Ia lupa seharusnya Huo Yuzheng pulang sore hari.
Huo Yuzheng menatapnya seperti menuntut. “Kenapa kau di sini? Malam-malam?”
“Bekerja.” Qu Fengxiao merasa tidak ada yang salah. Dia bergegas keluar dari meja kasir dan menarik Huo Yuzheng untuk duduk di kursi pelanggan yang tersedia.
“Tunggu di sini.” Qu Fengxiao tidak menunggu reaksi pria itu dan langsung lari ke meja kasir melakukan sesuatu.
Saat datang kembali, dia membawa sebuah mie dalam cup serta termos. Meletakkan mie cup tersebut, lalu menuangkan air panas di meja.
“Aku tidak bisa melakukannya di sana karena takut jadi dingin saat aku sentuh. Termos ini juga tidak bisa lama-lama aku pegang ” Qu Fengxiao menyengir. “Makanlah, aku yang traktir.”
Huo Yuzheng ingin mengatakan sesuatu, tapi Qu Fengxiao sudah kabur lagi dan membawakan es kopi. Dia meletakkannya ke meja depan Huo Yuzheng.
“Mungkin akan lebih dingin dari biasanya, tapi setidaknya es ini bukan dari sihirku.” Qu Fengxiao masih tampak ceria.
Huo Yuzheng tidak jadi protes melihat raut bahagia Qu Fengxiao. Ia hanya menghela napas. “Aku akan makan. Setelah itu, kau kembali bersamaku.”
Qu Fengxiao mengangguk. Pergantian shift akan dimulai, jadi dia bisa pergi.
Huo Yuzheng makan dengan tenang. Sedangkan Qu Fengxiao melanjutkan pekerjaan. Setelah beberapa waktu dilalui, dia akhirnya bisa pulang bersama Huo Yuzheng.
Saat melihat Huo Yuzheng pergi menggandeng tangan Qu Fengxiao, teman shift laki-laki itu agak tercengang. Selain itu, tangan yang bergandengan itu mengenakan cincin yang sama ....
Hah, ternyata sudah bersuami. Pria itu hanya bisa menghela napas panjang dan melihat kepergian mereka.
To be continue