Bagaimana perasaanmu jika kamu di madu di saat pernikahanmu baru berumur sepekan? Itu yang aku alami, aku di madu, suamiku menikahi kekasihnya yang teramat di cinta olehnya.
Aku tak pernah dianggap istri olehnya, meski aku istri pertamanya. Namun cintanya hanya untuk istri keduanya
Aku menjalani pernikahan ini dengan begitu berat. mungkin ini cara ku untuk membalas kebaikan pada Ayah Mas Alan, beliau begitu baik membiayai kuliahku selalu menjaga dan melindungiku setelah Ayah dan Ibuku meninggal saat diriku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
Aku tak habis pikir jika kisah hidupku akan serumit ini, di tinggal orang tua, menikah pun di madu. Sungguh tragis kisah hidupku.
Hingga akhirnya Ayah sangat membenci Mas Alan setelah tahu kelakuan anaknya, dan Ayah membawaku pergi jauh dari kehidupan Mas Alan dan Maduku setelah aku dan Mas Alan bercerai.
Cerita ini karena terinspirasi tapi bukan plagiat! Bacalah, dan temukan perbedaannya🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon winda W.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 6. Cinta tak harus memiliki
"auu...," pekikku saat jariku di gigit Lena.
"lagian main bungkem mulut orang, engap tau," ucapnya kesal padaku.
"kalian berdua kenapa sih?" tanya Ello.
"tidak kenapa kenapa kok. Oh..ya, menu favorit di sini apa El," tanyaku mengalihkan.
"tenang, sebentar lagi menu itu akan hadir di meja ini," ucapnya.
Benar saja, selang beberapa detik makanan itu sudah tersedia di meja tempatku duduk.
Kami pun makan sambil berbincang bincang, mengenang masa masa kuliah dulu. Masa di mana aku masih bisa tertawa tawa bersama tanpa ada beban, tidak seperti sekarang yang hari hariku hampir tidak ada tawa karna rumah tanggaku.
"oh ya El, gimana kabar Sinta?" tanyaku.
"aku dan dia sudah lama berpisah, kami berdua sekarang berteman," ucap Ello.
"oh..., sekarang Sinta di mana?" tanyaku kembali.
"Sinta sebentar lagi mau menikah, dia masih di Ibu Kota. Karna calon suaminya pengusaha di kota ini," ucapnya tanpa memasang wajah sedih.
"kamu gak sedih El?" tanyaku ragu, Karna penasaran aku pun berani menanyakannya.
"ngapain sedih, jika dia menikah dengan orang lain. Itu artinya dia bukan jodohku," jawabnya tegas sambil memakan makanannya.
"bukannya dulu kalian saling cinta? Kenapa kamu gak kejar cintamu" kini Lena yang bertanya pada Ello.
"kenapa di kejar, nih aku bilangin. Sejauh mana pun cinta itu berlari, jika memang berjodoh dia pasti kembali. Jadi untuk apa ku kejar, kalau jodoh pasti Sinta akan kembali kepelukanku" seru Ello dengan tertawa.
"wau...asyik, itu tandanya kamu masih cinta El, trus kamu rela dia menjadi milik orang lain," tanya Lena kembali.
"kenapa tidak, asal dia bahagia. Cinta tidak harus memiliki bukan? Cinta itu merelakan orang yang kita cintai untuk bahagia, jika dia tetap bersama kita trus dia gak bahagia sama saja kita melukai dan membuat menderita orang yang kita cintai bukan," ucap Ello.
"bijak sekali anda pak," puji Lena dengan bertepuk tangan.
"Marcello," ucap Ello dengan gaya sok coolnya yang tidak berubah dari dulu.
Kata kata Ello ada benarnya, cinta tak harus memiliki. Apa aku harus rela terluka agar bisa melihat Mas Alan bahagia dengan Lala. Mungkin aku harus mulai berdamai dengan kenyataan.
"kalian sendiri, apa kabar soal asmara kalian," tanya Ello padaku dan Lena.
"kita sama sama mengenaskan soal asmara, apa lagi Nia dia menikah sama orang yang tidak mencin....," ucapannya terhenti saat Lena mendapatkan tatapan tajam dariku.
"tidak mencin...apa maksutnya Len," tanya Ello
"tidak apa apa, lupakan. Aku baru saja putus sama pacar aku," ucap Lena menunduk, mungkin dia merasa bersalah dengan ucapannya tadi.
"ah..kalian ini, ada rahasia apa ini. Ayolah cerita, kita sahabat bukan," aku dan Lena diam tak menjawab pertanyaan Ello.
"Nia, ada apa ini. Apa yang terjadi denganmu Nia," ucapnya khawatir.
"aku tidak apa apa El, benar kata Lena aku memang sudah menikah," akhirnya aku mendongakkan kepalaku dan tersenyum manis pada Ello, agar dia tidak cemas.
"aku yakin ada yang kalian sembunyiin dariku," ucapnya kesal. "apa kamu bahagia Nia?" ucapnya dengan memandangiku begitu intens.
"aku bahagia Ello," dengan senyum yang terpaksa.
"siapa pria itu, dan kalian kenal dari mana?" tanyanya.
"namanya Mas Alan, aku dijodohin oleh Ayah Mas Alan. Kamu kenapa sih El, aku baik baik saja lho," ucapku mencoba tenang dan menahan air mata agar tak keluar.
"Alan, seperti tidak asing nama itu. Nia, aku bukan orang bodoh yang bisa kamu bohongi. Mungkin Lena, Johan dan Ridho bisa kamu bohongi, tapi aku tidak Nia," ucapnya.
Ello memang orang yang pandai, jika di antara aku, Lena, Johan dan Ridho ada masalah tapi tidak bercerita pasti dia bisa menebaknya. Dia sahabat terbaik yang selalu mengerti hati ke empat sahabatnya.
"oke kalau kamu gak mau cerita sekarang, aku mengerti. Maaf ya, aku memang tidak bisa melihat sahabat sahabatku sedih," ucapnya.
"gimana kalau kita berlima datang bersama ke pesta pernikahan Sinta nanti," seru Ello mencoba mencairkan suasana hatiku.
"oke.., aku juga ingin menyaksikan kesedihanmu kawan," seru Lena mencoba membuatku tersenyum.
"gimana Nia, kamu mau kan," bujuk Ello padaku.
"oke...," akhirnya aku menyetujuinya.
"nah gitu dong, itung itung kita reunian gratis," seloroh Ello.
Kami bertiga pun tertawa bersama, jika ini belum jam masuk kerja pasti kami tak ingin melewatkan kebersamaan ini. Kebersamaan selama dua tahun tak bertemu.
Sore hari setelah sampai di rumah, suasana sepi. Mas Alan juga belum pulang, Lala ada kerjaan di Surabaya. Rasanya hari ini sangat melelahkan, aku pun membaringkan tubuhku di ranjang.
Aku terbangun saat ada ketukan dari pintu kamarku, ku melangkah gontai untuk membukanya. Aku terkejut saat melihat sosok di depanku.
krn lala wujud iblis berbentuk manusia.
lala sudah menghancurkan pernikahan nia dan alan.