Karya ini hanya fiksi bukan nyata. Tidak terkait dengan siapa dan apapun.
Elyra Celeste Vesellier, putri bungsu dari Kerajaan Eryndor. Lahir di tengah keretakan hubungan orang tuanya, ia selalu merasa seperti bayangan yang terabaikan.
Suatu hari, pernikahan nya dengan Pangeran dari kerajaan jauh yang miskin ditentukan. Pukulan terbesarnya saat dia mengetahui siapa gadis yang ada dihati suaminya. Namun, Elyra pantang menyerah. Dia akan membuktikan jika dialah yang pantas menjadi Ratu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Solace, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
Dalam perjalanan mereka menuju Kerajaan Eldrath, Pangeran Cedric memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah kedai mewah di pinggir kota.
Kedai ini terkenal dengan suasana yang nyaman dan makanan lezat yang disajikan dengan penuh keanggunan. Keputusan ini diambil untuk memberikan Lyra sedikit waktu istirahat dari perjalanan panjang mereka.
Kereta kuda berhenti di depan kedai. Cedric membantu Lyra untuk turun dari kereta. Kemudian Natasha, kusir, dan para pengawal menunggu ditempat khusus untuk para pelayan. Sementara Perdana Menteri pergi ke bangunan yang berbeda.
"Natasha ikutlah bersamaku di dalam", Liora menggenggam pergelangan tangan Natasha.
Lyra tidak mau Natasha menjadi satu-satunya perempuan diantara kusir dan para pengawal kerajaan.
"Yang Mulia, saya tidak pantas berada disana", Natasha tersenyum pada Lyra, dia paham jika Lyra tengah mengkhawatirkan nya.
"Tapi-".
"Anda tidak perlu khawatir. Anak buah saya tidak akan berani bersikap kurang ajar", Cedric yang sedikit tersinggung segera memotong percakapan mereka.
Lyra yang terpaksa, segera melepaskan genggaman nya pada Natasha. Kemudian dia mengamit lengan Cedric, yang sudah terulur sedari tadi.
...****************...
Saat Lyra dan Cedric memasuki kedai, suasana hangat dan elegan langsung menyambut mereka. Lampu-lampu kristal bergemerlapan di langit-langit, memancarkan cahaya lembut yang menenangkan.
Meja-meja kayu dengan ukiran indah tersusun rapi, dihiasi dengan taplak meja sutra dan peralatan makan perak yang berkilauan.
Pelayan dengan sigap membawa mereka ke sebuah meja di sudut yang lebih tenang, memberikan privasi bagi mereka untuk menikmati makan malam.
Lyra mengenakan gaun sederhana namun elegan yang membuatnya tampak anggun di tengah cahaya lembut kedai.
Mereka mulai menikmati hidangan lezat yang disajikan dengan penuh keahlian oleh koki terbaik kedai itu. Suasana di meja mereka terasa tenang dan damai.
Tidak ada percakapan yang berarti, hanya suara lembut dari alat makan yang bersentuhan dengan piring porselen.
Cedric yang biasanya penuh dengan pemikiran dan rencana, kali ini memilih untuk diam dan memperhatikan Lyra.
Ia terpukau oleh cara Lyra memegang peralatan makan dengan penuh keanggunan. Setiap gerakan nya menunjukkan etika meja yang sempurna. Tenang, terkontrol, dan mempesona.
Cedric tidak bisa mengalihkan pandangan nya dari Lyra. Dalam diam, ia mengagumi betapa anggun dan sopan sikap Lyra di meja makan. Tidak ada gerakan yang berlebihan atau ceroboh. Segala sesuatu dilakukan dengan ketenangan yang menawan.
'Seorang Putri memang berbeda', pikir Cedric dalam hati.
Lyra, di sisi lain, mulai merasa sedikit canggung dengan perhatian yang diberikan Cedric. Meskipun ia tidak menyadari sepenuhnya, hatinya mulai merasa nyaman di dekat Cedric.
Ada sesuatu yang berbeda dalam cara Cedric memperlakukan nya malam ini. Pria itu bersikap lebih lembut, dan lebih menghargai Lyra.
Cedric yang merasa jika Lyra mulai tidak nyaman atas sikapnya, segera melanjutkan kegiatan makan nya dengan tenang. Tidak mau memperhatikan Lyra lagi.
Meskipun Lyra belum menyadarinya, perasaan dalam hatinya mulai berubah. Setiap senyuman kecil yang diberikan Cedric, setiap tatapan lembut yang ia berikan, perlahan mulai membekas di hati Lyra.
Lyra merasakan kehangatan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, tetapi ia belum menyadari bahwa perasaan itu adalah benih cinta yang mulai tumbuh.
Setelah selesai makan, Cedric memecah keheningan dengan suara yang lembut.
"Putri Elyra, saya harap perjalanan ini tidak terlalu melelahkan anda. Kerajaan Eldrath masih sangat jauh dari sini", ucap Cedric sambil menatap matanya.
Lyra tersenyum tipis dan menggeleng pelan.
"Tidak, Pangeran Cedric, saya sama sekali tidak lelah. Terlebih tempat ini sangat indah dan makanan nya luar biasa. Terima kasih telah membawa saya ke sini".
Cedric mengangguk, "saya senang mendengarnya".
Kemudian hening kembali terasa. Kepribadian Lyra dan Cedric yang sama-sama pendiam, membuat keduanya tidak memiliki topik untuk dibicarakan lagi.
Lyra yang sangat menyukai makanan lezat, pun lebih terbuai dengan makanan itu daripada keindahan di hadapan nya.
Malam itu, di kedai yang elegan dan indah itu, Lyra dan Cedric menikmati momen kebersamaan yang tenang. Tanpa disadari, keduanya mulai merasakan ikatan yang perlahan terbentuk di antara mereka.
Meskipun tidak ada kata-kata cinta yang diucapkan, kehangatan dan keakraban mulai mengisi hati mereka.
Setelah selesai makan, mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju Kerajaan Eldrath. Namun, malam di kedai mewah itu meninggalkan kesan mendalam di hati Lyra.
Lyra mungkin belum menyadari sepenuhnya perasaan nya terhadap Cedric, tetapi ia tahu bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Sesuatu yang membuat hatinya berdebar lebih cepat setiap kali ia bersama Pangeran Cedric.
Sejujurnya, Cedric seperti pria idaman Lyra. Pria tampan dengan rambut hitam, pria seperti itulah yang selalu diinginkan Lyra untuk menjadi suaminya. Mata abu-abu Cedric seolah dapat membuat Lyra membeku setiap menatapnya.
...****************...
pabtes az d buang m kluarganya
hadeeehhh ,, gk ada perlawanan