Cinta yang datang dan menetap di relung hati yang paling dalam tanpa aba-aba. Tanpa permisi, dan menguasai seluruh bilik dalam hati. Kehadiran dirimu telah menjadi kebutuhan untukku. Seolah duniaku hanya berpusat padamu.
Zehya, seorang gadis yang harus bertahan hidup seorang diri di kota yang asing setelah kedua orang tuanya berpisah. Ayah dan ibunya pergi meninggalkan nya begitu saja. Seolah Zehya adalah benda yang sudah habis masa aktifnya. Dunianya berubah dalam sekejap. Ayahnya, cinta pertama dalam hidupnya, sosok raja bagi dunia kecilnya, justru menjadi sumber kehancuran baginya. Ayahnya yang begitu sempurna ternyata memiliki wanita lain selain ibunya. sang ibu yang mengetahui cinta lain dari ayahnyapun memutuskan untuk berpisah, dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata Zehya bukanlah anak kandung dari wanita yang selama ini Zehya panggil ibu.
Siapakah ibu kandung Zehya?
yuk, ikuti terus perjalanan Zehya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yunacana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di tengah Hujan
Malam ini Zehya masih berada di dalam ruangannya, tangannya menyapukan kuas yang dia pegang dengan gerakan yang perlahan, menciptakan sebuah tarian yang damai, sedamai hari-harinya di Put Garten.
Malam semakin larut, Rose sudah lama tertidur di atas sofa depan tv yang masih menyala dengan volume kecil. Suara hujan di luar sana menambah ke syahduan malam ini, membuat Zehya terlena, hingga jam dua dini hari.
Zehya masih fokus dengan kuas dan cat airnya, menuangkan imajinasinya ke atas kanvas yang ada di depannya, Ketika suara deruman mobil tertangkap indera pendengarannya. Ragu, namun hatinya mendorongnya untuk melepaskan kuasnya dan mengintip ke luar dari jendela ruangannya. Zehya menajamkan penglihatannya di tengah hujan malam ini.
Dari tempatnya berada; Lantai dua rumahnya, Zehya sayup-sayup menangkap sesosok lelaki yang tengah memegang perutnya sedang berjalan tertatih menuju rumahnya. Zehya mengerutkan keningnya.
Sesosok yang mengenakan pakaian serba hitam itu memarkirkan mobilnya di depan rumah tetangga barunya, tapi mengapa dia berjalan ke rumah Zehya? Zehya sudah waspada, dia akan langsung menyerap lelaki mencurigakan itu jika berniat jahat di rumahnya. Namun, Sosok itu terjatuh dan terduduk dengan kepala menunduk tepat di bawah pohon apel depan rumahnya.
Zehya terperanjat, tangannya sudah menutup mulutnya, ketika dia dapat melihat dengan jelas ada sebuah pisau yang menancap di perut lelaki itu saat kilat menyambar. Dengan gerakan yang luar biasa cepat. Zehya melepas apronnya dan berlari kearah Rose.
" Rose, bangunlah!" Seru Zehya. Rose yang selalu siaga dalam keadaan apapun itu langsung berdiri dan ikut berlari menyusul Zehya yang sudah hampir mencapai pintu.
" Ya Tuhan... apa lagi ini?" Keluh Rose saat mendapati sang Nona berlari ke tengah hujan.
" Rose, cepatlah!" Panggil Zehya yang sudah berada di dekat sosok yang terduduk di bawah pohon apel.
Zehya berjongkok di samping sosok lelaki itu, tangan pucatnya menghapus noda darah di wajah Lelaki itu, dan menegakkan kepala nya. Alangkah terkejutnya Zehya, begitu mengetahui bahwa lelaki itu adalah Axcel.
Ilustrasi keadaan Axcel di depan rumah Zehya. ( Gambar saya ambil dari google)
" Astaga!" Rose yang sama terkejutnya dengan Zehya menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
" Rose, cepat bantu aku. Dia bisa mati kehabisan darah!" Zehya langsung mengangkat tubuh Axcel yang jauh lebih besar darinya bersama dengan Rose. Mereka berdua memapah tubuh lelaki itu masuk ke dalam rumah.
" Bawa ke kamarku." Zehya memberikan arahan. Kamar Zehya berada di lantai satu, bersebrangan dengan kamar Rose. Dengan perjuangan yang luar biasa berat, akhirnya mereka bisa menidurkan Axcel di atas kasur.
" Ambilkan kotak p3k, handuk dan air hangat." Zehya kembali memberi arahan pada Rose.
Berhadapan dengan luka bukanlah suatu yang baru bagi Zehya dan Rose. Mereka sudah terbiasa dengan darah dan luka semenjak memilih hidup berpindah-pindah. Selama berada di beberapa negara, Zehya pernah mengalami perampokan dan berakhir mendapatkan luka yang tidak ringan.
Zehya melepaskan kemeja yang Axcel kenakan dengan cepat dan berhati-hati. Setelah itu, Zehya menutup tubuh bagian bawah Axcel dan melepaskan celana panjangnya.
" Nona." Rose datang dengan semua benda yang Zehya minta.
" Baik, Rose. Ayo kita mulai!" Zehya dan Rose memakai sarung tangan latek. Keduanya bekerjasama mencabut pisau yang masih menancap di perut Axcel, membersihkan luka itu dan menjahitnya dengan telaten dan rapi, Zehya mencoba tenang selama melakukan itu. Yang ada di banyangan Zehya, dia sedang menjahit bajunya yang robek.
Rose menyeka keringat yang membasahi kening Zehya dengan pelan, Setelah Zehya selesai memerban luka yang baru saja dia jahit.
" Syukurlah, lukanya tidak terlalu dalam, dan organ dalamnya tidak terluka. Tapi dia kehilangan banyak darah, Rose." Rose menatap Zehya yang kini tengah menatapnya dengan wajah yang sangat khawatir.
" Nona, sebaiknya kita melaporkan hal ini kepada Tuan Daniel Pasti beliau bisa segera mengirimkan bantuan. " Zehya terdiam sejenak.
" Tidak Rose. Pergerakan Papa Daniel hanya akan menimbulkan masalah baru, bukan hanya untuk kak Axcel. Tapi juga untuk kita. Aku akan meminta bantuan Papa Rey. " Setelah mengatakan hal tersebut, Zehya lantas menghubungi Reyhan.
"Ya, Sayang? Papa baru saja sampai di Bandara Jerman."
" Papa, Kak Axcel terluka tusuk di bagian perut dan lebam di beberapa bagian. Bisakah Papa mengirimkan dokter kemari? dan juga dua kantung darah. Sepertinya Kak Axcel kehilangan banyak darah sebelum bertemu denganku."
" Oh, Tuhan. Baik, sayang, bantuan akan segera datang."
Zehya meletakkan kembali ponselnya dan kembali fokus pada Axcel.
" Rose, tolong buatkan aku makan... Aku kehabisan daya." Pinta Zehya pada Rose dengan wajah memelas. Rose menahan tawanya, wanita itu hanya mengangguk dan berlalu dari kamar Zehya.
Kini Zehya meraih handuk dan mencelupkannya ke dalam baskom berisi air hangat. Gadis itu menyeka noda darah di wajah, tubuh, tangan, dan kaki Axcel dengan hati-hati. Setelah selesai, Zehya membereskan semua peralatannya. Membenarkan selimut Axcel dan menyusul Rose ke dapur, dia sangat lapar sekarang.
...****************...
Sup daging yang di masak Rose untuk Zehya. ( Gambar saya ambil dari google)
Zehya menikmati sup daging yng Rose masak setelah mandi dan membersihkan diri. Zehya memejamkan matanya tiap kuah kaldu yang Rose buat menari di rongga mulutnya.
Rasa lapar dan di dukung oleh rasa makanan yang lezat, membuat satu mangkuk sup daging dan seperti nasi tandas dengan cepat. Zehya meletakkan sendoknya dan menyeka bibirnya dengan tisu.
Rose menyediakan air mineral untuk Zehya, yang langsung di sambar oleh Zehya.
" Haaah.... Terimakasih, Rose."
" Senang bisa membuat anda senang Nona, sekarang lebih baik Nona beristirahat. Biar saya yang menunggu dokter yang Tuan Reyhan kirimkan ke sini." Zehya yang memang sangat lelah, karena telah mengurung diri di ruangannya selama hampir dua puluh jam, di tambah dengan insiden malam ini. Memang merasa sangat lelah.
" Ya, badankusudah bersih, dan perutku juga sudah kenyang. Aku akan tidur setelah berjalan-jalan sebentar," Zehya menjeda kalimatnya memikirkan sebuah kemungkinan. " Rose. Masukkan mobil Kak Axcel ke garasi rumahnya. Aku khawatir warga akan terkejut, dan lebih takut lagi kalau orang uang melukai kak Axcel menemukan tempat ini karena mobil itu."
" Baik, Nona." Rose segera melaksanakan tugas yang Zehya berikan.
Zehya berjalan dengan santai, memeriksa Axcel sebentar sembari mengambil selimut dan bantal cadangan yang Rose simpan di Lemari penyimpanan. Zehya menyempatkan diri untuk memeriksa keadaan lelaki yang terbaring di atas kasurnya. Hatinya sangat sakit melihat Axcel dalam keadaan yang sangat lemah perti sekarang.
Matanya sudah memerah, siap untuk meluncurkan air matanya. Namun Zehya berusaha untuk tetap tenang. Gadis itu menempelkan punggung tangannya ke kening Axcel. Zehya dapat merasakan bahwa suhu tubuh Axcel sudah mulai stabil. Tidak panas seperti tadi. Sepertinya efek obat yang dia minuman tadi sudah bereaksi.
Zehya membenarkan selimut yang membungkus tubuh polos Axcel yang sudah rapi, sebenarnya. Kemudian berlalu. Malam yang hampir berakhir ini, dia akan tidur di perpustakaan di lantai atas. Disana ada sofabed yang bisa dia jadikan kasur nantinya.