Cinta yang habis di orang lama itu, nyatanya bukan karna belum move on, tapi karna dia punya ruang tersendiri.
-anonim-
Kisah cinta pertama yang harus berakhir bukan karena tidak lagi saling mencintai.
"Aku terdiam menutup mataku, berpikir apa yang akan kukatakan. Akhhh Malika... kenapa ini begitu sulit? Tuhan tau betapa keras usahaku untuk melupakanmu, tapi sepertinya kini hanya dinding yang ada di hadapanku. Dulu ada satu titik, kita yakin pada kata selamanya, saat kamu meninggalkanku, rasanya aku menjadi seperti zombie. Aku yakin aku telah melewatinya tapi melihatmu kembali dihadapanku, kenapa aku jadi menggila seperti ini?."
Full of love,
From author 🤎
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom fien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Aku bisa menyelesaikan kuliahku sedikit lebih cepat, dan disinilah aku sekarang, di Jakarta, kota kelahiranku dengan sejuta kenangan. Aku baru saja wisuda seminggu yang lalu, dan saat ini aku tinggal bersama kak Aryo.
"Malika, aku sudah berada di lobby", pesan kak Bima di HP ku.
"Tunggu sebentar ya kak".
"Kak Aryo, aku pamit pergi dulu ya, kak Bima udah nunggu di bawah", pamitku pada kak Aryo.
"Ya Ka", teriak kak Aryo dari dalam kamar.
Siang ini aku dan kak Bima rencananya akan makan siang bersama lalu menonton bioskop.
"Kita mau makan siang dimana kak?".
"Kamu mau makan apa Ka?".
"Terserah kakak".
"Ya udah kita makan di mall aja sekalian nanti nunggu jam bioskop".
"Ok".
Saat ini kami duduk menunggu makanan datang di salah satu restoran, sambil menunggu aku melihat lihat antrian sekelilingku yang berderet berbagai macam restoran. Di salah satu restoran itu aku melihat Carlo sedang membayar di kasir. Apakah itu sungguh Carlo? Dia tampak sedikit berbeda, kini tubuhnya lebih atletis dibanding saat SMU dulu. Aku terus memperhatikannya, sebenarnya tempat dudukku tidak jauh dari tempat Carlo saat ini. Selesai ia melakukan pembayaran, ia melihat kearahku dan mata kami bertemu. Kini aku sangat yakin bahwa dia adalah Carlo. Tapi dia langsung memalingkan pandangannya dan berlalu pergi.
"Kak aku keluar dulu sebentar ya".
"Ok", jawab kak Bima.
Aku mengikuti arah Carlo pergi dan mencari sosoknya, hingga tanpa sadar seseorang menepuk bahuku dan berkata kepadaku,
"Apa kamu mencariku Malika?".
Ia keluar dari salah satu toko dan kini Carlo berada dihadapanku, jantungku berdebar tidak karuan, dulu banyak perkataan yang ingin kukatakan seandainya bertemu, tapi kini aku hanya diam menatap matanya.
"Apa kabar Malika?".
"Ya baik Lo, kamu?".
"Ya begitulah. Apa orang yang bersamamu itu pacarmu?".
"Ya Lo, apa kamu sendiri Lo?".
"Ya. Kamu sekarang tinggal di Jakarta?".
"Aku tinggal di apartemen Sunset".
"Ooo aku tau itu dekat kampus kenalanku".
Kami sama-sama terdiam sesaat, lalu ia berkata lagi,
"Kamu semakin cantik Ka".
"Ahhh...yaa... kamu juga Lo", aku tersipu saat menjawabnya.
"Drrt...drrtt...", ada panggilan masuk dari kak Bima.
"Senang bertemu denganmu Lo, aku pergi dulu".
"Ya Ka".
Saat berjalan kembali ke tempat dudukku, aku berusaha menenangkan diriku, aku tidak mau kak Bima salah paham.
"Maaf kak, aku tadi melihat temanku saat kecil dulu".
"Temanmu itu cowok apa cewek Ka?".
"Cowok kak".
"Lama banget tadi ngobrolnya? Kamu bilang kan kamu datang sama aku?".
"Ya kak, di hanya temanku kak. Aku tadinya ga yakin itu adalah temanku karena sudah lama ga bertemu".
"Sudahlah kita makan saja nanti dingin", ucap kak Bima.
Sepanjang makan, kak Bima hanya diam dan terlihat kesal. Selesai makan, aku mencoba membuka percakapan.
"Kak kita mau nonton film apa nanti?".
"Terserah kamu Ka".
"Kak apa yang harus kulakukan agar kakak tidak marah lagi?".
Kak Bima hanya diam tidak menjawabku.
"Kak kita kan sudah lama ga ketemu, masa baru ketemu sekarang kaya gini?", ucapku ikut kesal.
Tapi kak Bima masih diam tidak menjawabku.
"Kita pulang aja deh kak".
Sesampainya di mobil, kak Bima membanting pintu mobil saat menutupnya. Lalu kami sama-sama terdiam.
"Tadi aku lihat kamu ngobrol sama cowok itu, kamu tampak senang bertemu dengannya Ka, aku tidak suka!".
"Aku kan jujur dari awal, kalau memang dia itu cowok tapi hanya sebatas teman".
"Terlihat lebih dari teman bagiku Ka".
"Lagian kenapa kakak ga samperin aku aja?".
"Terus kasih liat kalau aku cemburu maksudmu?".
Saat mendengarnya aku antara kesal dan sedikit senang kalau ia mengakui cemburu pada Carlo. Sudahlah aku saja yang mengalah pikirku, toh ia mengakui kalau dia cemburu.
"Kak jangan marah", kemudian aku menarik lengannya lalu mencium pipinya.
Sepertinya usahaku sedikit berhasil, kataku dalam hati.
"Kak kita pulang aja, terus nanti aku masak makan malam buat kakak, bagaimana kak?", tanyaku sambil memegang tangan kirinya.
"Baiklah", ucapnya singkat lalu melajukan mobilnya ke apartemenku.
"Kak Aryo lagi pergi bareng kak Sheila", ucapku saat membuka pintu apartemen.
"Kak udah donk marahnya".
Lalu ia menarikku agak kencang dan mencium bibirku dengan kasar. Aku kaget dengan perlakuannya dan mendorong bahunya.
"Kak!", sambil memberikan tatapan kesal.
Setelah itu kami sama-sama terdiam lagi.
"Maaf Ka, tadi aku emosi".
Meskipun kesal aku mencoba mengerti perasaannya, lagipula aku sedikit berbohong padanya tadi.
"Kak kita lupain aja ya, kita kan baru bertemu", ucapku sambil memeluknya.
"Ya Ka", kali ini ia menciumku dengan lembut, dengan kedua tangannya memeluk pinggangku, aku membalasnya dengan mengalungkan kedua tanganku kelehernya.
Setelah kak Bima pulang, sambil tiduran diatas tempat tidurku aku memikirkan kembali pertemuanku dengan Carlo, menyenangkan bisa melihatnya lagi, lalu aku mengingat kembali perasaan bersalahku padanya. Aku menggelengkan kepalaku, aku sudah punya kak Bima, aku mencintainya dengan tulus, Carlo hanyalah masa laluku.
Samar terdengar suara dari kamar kak Aryo, sepertinya dia baru pulang, kulihat jam sudah menunjukkan pukul 12.30, ya aku harus tidur sekarang, melupakan kejadian hari ini, baik Carlo dan sikap kak Bima yang menyebalkan itu.
"Kak Aryo kemarin pulang malam banget".
"Isshh anak kecil kepo deh. Kamu sendiri gimana kencannya sama Bima? jam berapa kamu pulang?".
"Yah kemarin agak berantem dikit, jadi moodnya lagi ga ok, kita cuma di apartemen aja sampai jam 8 doank kak".
"Loh kenapa?".
"Kemarin aku ketemu Carlo, jadi kak Bima agak cemburu".
"Carlo.... Carlo mantanmu, yang ada dibuku itu?".
"Iya".
"Kamu ngapain sama Carlo sampai Bima cemburu? Emang Bima tau cerita kamu sama Carlo?".
"Ga lah, yang tau tentang novelku itu cuma keluarga, kak Bima ga tau, dia cuma tau aku punya mantan sama alasan kita putus secara sekilas aja, lagian aku cuma ngobrol aja sama Carlo kak".
"Bagaimana perasaanmu setelah ketemu Carlo?".
"Ya ga gimana-gimana kak, dia masa lalu, aku tulus sama kak Bima kak".
"Ok Ka", kak Aryo mengacak acak rambutku dan berlalu menuju kamarnya.