NovelToon NovelToon
Surat Terakhir Ayah

Surat Terakhir Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Yatim Piatu / Mengubah Takdir / Penyelamat
Popularitas:13.8k
Nilai: 5
Nama Author: Dfe

Tegar adalah seorang ayah dari dua anak lelakinya, Anam si sulung yang berusia 10 tahun dan Zayan 6 tahun.

Mereka hidup di tengah kota tapi minim solidaritas antar sekitarnya. Hidup dengan kesederhanaan karena mereka juga bukan dari kalangan berada.

Namun, sebuah peristiwa pilu membawa Tegar terjerat masuk ke dalam masalah besar. Membuat dirinya berubah jadi seorang pesakitan! Hidup terpisah dengan kedua anaknya.

Apakah yang sebenarnya terjadi? Bisakah Anam dan Zayan melalui jalan hidup yang penuh liku ini? Jawabannya ada di 'Surat Terakhir Ayah'

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mencari bapak

Sebenarnya ini masih hari Rabu. Dan bukan termasuk tanggal merah, tentu saja sekolah tidak meliburkan kegiatan belajar mengajar. Tapi, Anam bertekad untuk tidak masuk sekolah dulu hari ini. Alasannya? Untuk mencari keberadaan bapaknya.

Tidak tahu akan mencari kemana, tapi yang pasti.. Anam akan mencari bapaknya. Bukan pergi ke sekolah.

"Bang.. Abang nggak sekolah? Kok nggak pake seragam." Zayan bertanya.

"Nggak Za. Abang mau cari bapak. Kamu nanti main di rumah bi Ria aja ya. Nanti sore abang jemput pulangnya."

Anam sudah memikirkan ini dari semalam. Ya, Anam akan mencari Tegar dan menitipkan Zayan pada tetangganya Ria. Wanita yang sering dipanggil bi Ria itu usianya sepantaran dengan Tegar, bapak mereka. Meski agak cerewet, namun sifat dasar Ria itu baik. Baik tanpa tapi.

"Nggak bang. Aku ikut. Aku mau ikut abang cari bapak."

"Yang ada nanti kamu ngerengek terus di jalan Za. Kapan ketemu bapak kalau kayak gitu? Nih.. Pakai sandal abang. Ayo, abang antar ke rumah bi Ria."

Zayan menggeleng keras. Bocah itu tidak mau ditinggal begitu saja di rumah tetangganya.

"Dengerin abang, kaki kamu sakit. Dan jalanmu pasti susah. Abang nggak mau kamu kenapa-napa di jalan, kalau nanti bapak ketemu.. Pasti abang langsung ajak bapak pulang. Abang janji nggak lama. Oke?"

Tak ada kesepakatan di antara mereka. Zayan tetap menolak usulan Anam untuk menitipkan dirinya di rumah Ria. Dia juga ingin mencari bapaknya.

"Nggak bang. Kaki ku udah sembuh. Aku ikut abang ya, aku janji nggak akan nangis di jalan. Aku janji nggak bikin abang marah sama aku nanti. Ya bang, aku ikut."

Kalau sudah begini, Anam bisa apa? Dia sendiri juga tidak tahu akan mencari bapaknya kemana tapi rengekan Zayan juga tak bisa dia abaikan begitu saja. Akhirnya Anam mengiyakan Zayan ikut bersamanya untuk mencari Tegar.

Di mulai dari berjalan kaki, berbekal tas sekolah yang diisi air minum dua botol penuh. Anam juga membawa nasi, takut kalau-kalau Zayan lapar sewaktu-waktu. Dia tidak begitu peduli dengan kondisi perutnya sendiri. Entah kenapa, sejak membaca surat dari bapaknya semalam, rasa lapar menguap begitu saja dari dalam dirinya. Selain nasi putih dan air minum, Anam membawa uang lima belas ribu rupiah, uang itu adalah uang saku nya.

Selama ini Tegar memberi uang saku satu kali dalam seminggu. Jumlahnya Rp 18.000 dan Anam harus bisa mengelolanya sendiri. Uang itu di luar keperluan sekolah lain misalnya untuk membeli buku LKS atau membeli peralatan sekolah yang hilang atau rusak, pensil, penghapus, ataupun buku contohnya. Tegar akan membelikan atau menambah uang yang dia berikan agar Anam bisa membelanjakan sendiri.

Hal itu Tegar lakukan pada anaknya dengan tujuan untuk melatih kemandirian anak, bersikap hemat dan jujur. Tidak setiap anak bisa diberi aturan seperti itu, tapi nyatanya Anam bisa. Anam mampu mengelola uang sakunya dengan baik.

Anam memakai sandal jepit, Zayan dipakaikan sepatu. Mereka berjalan menuju jalan raya. Tujuannya, mencari kendaraan umum untuk mencapai pasar induk. Di sepanjang jalan keluar dari perkampungan tempat mereka tinggal, Anam dan Zyan beberapa kali ditanya mau kemana oleh orang-orang yang mungkin mengenali kedua bocah itu, Anam menjawab ingin ke pasar tempat bapaknya bekerja. Orang-orang hanya bertanya, tanpa ada niat mengantar kedua anak tersebut ke tempat tujuan mereka.

"Bang. Katanya bapak di penjara. Kenapa kita tidak ke penjara aja bang? Pasti bapak nungguin kita. Apa ada angkot tujuan penjara bang?" Zayan berceloteh.

Anam menatap ke arah adiknya sebentar. "Kamu laper nggak? Kalo laper makan dulu. Kamu tadi belum sarapan kan?"

Sengaja. Anam memang sengaja mengalihkan pembicaraan. Dia sendiri tidak tahu di mana itu penjara, dan Anam yakin bapaknya adalah orang baik. Orang baik tidak mungkin masuk ke penjara! Itu menurut Anam.

"Nanti aja. Aku lapar tapi nanti aja makannya." Jawab Zayan membuat Anam menghentikan langkahnya.

"Kenapa nggak mau makan? Makan Za. Jangan sampai kamu sakit. Kita ini mau cari bapak, kalau kamu sakit karena kelaparan, yang ada kita nggak jadi nyari bapak. Kamu mau bapak nggak pulang-pulang?"

Zayan menggeleng. Dia tentu ingin bapaknya pulang, secepatnya kalau bisa. Tapi.. Makan nasi dengan lauk garam? Dia tidak mau.

"Aku nggak mau nasi sama garam bang. Nggak enak."

"Tadi garamnya udah abang campur ke nasi Za. Enak. Rasanya kayak nasi uduk. Kamu belum coba kan? Ayo, sini berhenti dulu di sini. Kita makan. Abang suapi kamu."

Anam mencoba membujuk adiknya agar mau makan meski dengan keterbatasan. Jangan pikirkan gizi, anak sekecil itu yang ada di kepala mereka hanya makan dan kenyang. Misalkan mengeluhkan rasa yang tidak enak menurut lidah mereka, mereka bisa menahannya. Yang penting perut terisi. Itu saja.

"Bang. Itu ada warung." Zayan menunjuk warung di sisi jalan.

"Ya terus?"

"Beli gorengan bang. Aku mau makan kalau ada lauknya."

Anam sudah menduga, ini akan terjadi. Mengajak Zayan bersamanya adalah ide yang buruk.

"Kita ini mau cari bapak Za. Kamu jangan manja. Kamu tau, abang cuma bawa uang lima belas ribu. Sebenarnya uang itu untuk ongkos ke pasar induk. Kalau dikurangi, kita ke pasar mau naik apa? Kamu kuat jalan kaki sampai pasar?"

Anam sedikit menaikkan intonasi suaranya menjadi lebih tinggi. Terdengar seperti dia memarahi Zayan padahal hanya memberi penjelasan agar adiknya mengerti. Ini bukan sedang jalan-jalan tapi misi mencari bapaknya!

Zayan sedikit terperanjat. "Iya bang Maaf. Ayo makan apa yang ada aja. Nanti kalo bapak ketemu, dan kita ajak pulang, suruh bapak beli ayam goreng ya bang."

Anam sedikit tersenyum. "Iya. Makan ya.. Mulai sekarang jangan pilih-pilih makanan. Makan apa yang ada. Yang penting masih bisa dimakan. Nggak basi. Kita makan. Kata bapak, rejeki itu datang kalau kita bersyukur sama apa yang ada. Dan sekarang kan yang ada hanya nasi sama garam, kita syukuri. Mungkin aja, nanti pas ketemu bapak, kita dibeliin ayam goreng."

"Aamiin. Iya, Alhamdulillah ya Allah.. Nasinya enak. Abang jago nyampurin nasi sama garamnya. Semoga nanti bapak beliin aku dan abang ayam goreng ya Allah."

Dan itu hanya sekelebat cerita kakak beradik yang pergi mencari bapak mereka. Keyakinan untuk bisa bertemu dengan bapaknya kembali sangat besar di hati masing-masing. Namun mereka harus menelan kekecewaan di saat sampai di pasar induk, tidak ada satupun yang tahu keberadaan Tegar, bapak mereka.

Tidak ingin menyerah, Anam terus bertanya kepada siapa saja yang dia temui. Zayan hanya mengikuti langkah abangnya dari belakang. Dia lelah. Dua botol air minum sudah habis, tapi rasanya tidak memberikan efek apapun untuk mengurangi dahaganya.

"Bang.. Aku capek bang.." Ucap Zayan lemas. Dia terlihat sedikit pucat.

"Istirahat Za. Duduk di sini. Abang ambilin air." Tapi air di dalam tas habis.

Uang tinggal tujuh ribu rupiah, itu hanya cukup untuk ongkos pulang ke rumah. Kalau dia pakai untuk membeli air mineral, maka mereka akan pulang jalan kaki? Anam berpikir. Dia melihat ada air mineral yang masih sisa setengah botol tergeletak begitu saja di pinggir toko baju. Anam berlari mengambilnya.

'Bukan, aku bukan pencuri.. Aku hanya menemukan. Ini hanya air. Zayan butuh minum, aku bukan pencuri. Allah tahu, aku hanya menemukan air ini...' Itu yang Anam ucapkan di dalam hati.

Suasana pasar sangat ramai. Zayan duduk di dekat toko yang menjual kebutuhan sembako. Dia terus melihat kesibukan di dalam toko itu. Membayangkan jika mungkin bapaknya ada di antara mereka. Lamunannya berakhir saat Anam datang memberi air mineral padanya.

"Dingin. Abang beli? Wah.. Makasih ya bang. Abang udah minum? Aku abisin boleh?" Ucap Zayan bersemangat lagi.

"Udah. Abisin aja."

'Maaf Za.. Abang nggak ada uang buat beli minum, air itu dapet nemu..'

"Ini bang. Masih ada sedikit. Abang pasti masih haus kan?" Zayan memberikan sisa air mineral yang dia minum kepada Anam.

Anam ingin menangis, tapi ditahan. Dengan cepat dia menghabiskan air itu dalam sekali tegukan. Zayan tersenyum. Dia berharap, bisa segera bertemu dengan bapaknya, banyak hal yang ingin Zayan ceritakan pada bapaknya nanti.

1
𝐙⃝🦜尺o
si mandor so iye, gak tau apa2 mau tuduh sembarangan akhirnya dipecat kan
Rahmawati
bagus anam km pinter kl mau sukses
Was pray
belajar terus anam dan zian, harta dipakai habis , tapi kl ilmu dipakai bertambah
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
lagian, org kerja itu nyari duit..
bukan nyari muka
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
baru mandor tapi udah petantang petenteng
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
nam sibuk masak pak, gak bisa ikut olimpiade /Facepalm/
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍: kesian..
masih sekwildapa aja dari dlu😌
𝐘𝐀𝐍𝐊 😚: mana ada.. nam sibuk ngelus dada dan paha
total 2 replies
𝐘𝐀𝐍𝐊 😚
aih bulu 😱
𝐘𝐀𝐍𝐊 😚: aih dah diganti kertas 🤭
𝐘𝐀𝐍𝐊 😚: typo Thor
total 4 replies
🍊 NUuyz Leonal
buktikan namza Klian pasti bisa
seperti kata kong abut berubah lebih baik untuk kalian sendiri
🍊 NUuyz Leonal
bulu 😳😳😳
bulu apa ini 🤔🤔🤔
🍊 NUuyz Leonal: bulu apa itu???
Dfe: apa apa?
total 2 replies
Dewi kunti
sokoooooorrr 🤭🤭🤭🤭
Dewi kunti
pulang sklh mungkin maksudnya
Dewi kunti: ya hpku kadang Yo ngunu kita ngetik opo Sik terkirim opo🤭🤭🤭
Dfe: ujuk2 maleh dewe. ancen kampret keyboard ku kok bul
total 2 replies
ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤ𒈒⃟ʟʙᴄ
good Anam zayan kalian semangat belajar agar suatu saat paham dunia yg penuh teka teki✊️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️
ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤ𒈒⃟ʟʙᴄ
heran tu sama 3 pemikiran anak² abut😒😒mau warisan tapi engga pernah berkunjung kerumah abut setelah menikah 🤦‍♀️🤦‍♀️itu yg di pelajari apa coba semasa sekolah masa minim kali sifatnya 🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
harusnya gak perlu repot² nyingkirin 2 bocah yg samsek tak mengharapkan warisan itu, cukup Kelen ubah sikap kelen thdp orgtua.. pasti engkong juga bakal bersikap adil
Rahmawati
giliran warisan pada ribut, tp gk mau ngurus bapaknya
Was pray
anak salah sekolah dan salah pergaulan jadi ginilah, sekolah jurusan ilmu dunia mk ya hanya duniawi yg ada diotaknya, ilmu budi pekerti tidak dianggap penting sehingga menghasilkan generasi pemburu harta seperti alin,karakter anak dibentuk 80% dari pergaulan dan 20% dari rumah
𝐙⃝🦜尺o
giliran warisan pengen tapi nengokin, jangankan jagain tanya kabar aja gak pernah
🍊 NUuyz Leonal
mirip lah sama Alin yg juga tidak perhatian sana ayahnya
🍊 NUuyz Leonal
ini semua akibat dari apa yang kamu lakukan sendiri jadi sabarin aja ya Lin
Dewi kunti
eeeee salah ya,yg benar racikan alin sendiri,makanya jangan macem2 sm ank yatim
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!