~♡Cinta ini bukan terlalu cepat bersemayam di dada
Tidak juga terlalu cepat mematri namamu di sana
Hanya saja semesta terlambat mempertemukan kita
Sayang, rindu ini bukannya ******
yang tak tahu diri meski terlarang.
Maka ...
Jangan paksa aku melupakan
sungguh aku belum lapang~♡
"Aku tahu dan menyadari ini salah, tapi Aku tidak bisa menghentikannya, jika ini adalah takdir, bukankah hal yang sia-sia jika Aku menghindarinya, sekuat apapun Aku menghindar tetap saja Aku tidak akan pernah bisa lari dari perasaan ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wanudya dahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua garis merah
Sudah hampir dua bulan sejak pertemuan terakhirnya dengan Rangga waktu itu, Kirana bukannya lupa tapi justru semakin tidak bisa melupakan Rangga.
Dengan menutup semua akses komunikasi ia fikir akan bisa melupakan Rangga tapi nyatanya tidak, kerinduannya kepada laki-laki itu justru semakin besar dan mendalam.
Bagaimana ini? sementara sebentar lagi ia akan menikah dengan Satya tapi hatinya masih belum bisa utuh sepenuhnya untuk Satya.
Kirana lagi-lagi menghela nafas panjang, betapa terasa sangat sulit keadaan yang harus ia lalui, bukankah seharusnya ia berbahagia karena akan menikah dengan Satya tapi nyatanya tidak, seluruh hati dan pikirannya masih tertinggal di kota Jogja bersama laki-laki yang bernama Rangga.
Kirana beranjak dari meja kerjanya, ia ingin mencari minuman yang hangat, ia merasa badannya kurang sehat akhir-akhir ini, mungkin karena pikirannya yang kalut hingga membuat nafsu makannya hilang, sehingga kesehatannya pun jadi ikut terganggu.
Tapi ketika ia hendak berdiri tiba-tiba kepalanya berputar-putar, mendadak tubuhnya tidak bisa dikendalikan dan dalam hitungan detik tubuhnya jatuh ke lantai.
Kirana pingsan tubuhnya panas dan wajahnya kelihatan pucat, seketika teman-teman kantornya pun menghampiri dan segera menolongnya yang tergeletak lemas di lantai.
kemudian ia dibawa keruang kesehatan oleh mereka.
Kirana masih belum tersadar ketika Dokter datang memeriksanya, baru setelah beberapa lama kemudian ia pelan-pelan mulai membuka matanya, namun kepalanya masih terasa pusing membuatnya mengernyitkan dahinya.
"Aku kenapa, pusing sekali rasanya." keluhnya sambil memegangi kepalanya.
"Kamu sudah sadar ternyata, kamu tidak kenapa-napa cuma kelelahan dan sepertinya akhir-akhir ini pola makanmu tidak teratur, ya?" jelas Dokter perempuan yang tadi sudah memeriksanya.
"Iya dok, nafsu makan saya agak berkurang belakangan ini, rasanya mual mungkin asam lambung saya kambuh lagi," ujarnya
"Hmms ... kapan terakhir kali kamu datang bulan?" tanya Dokter itu lagi.
Seketika Kirana terkejut, ia baru menyadari seharusnya ia sudah mendapat tamu bulanan sebulan lalu tapi nyatanya belum sampai sekarang.
"Ya Tuhan, apa jangan-jangan aku?" kata Kirana dalam hatinya.
Seketika keringat dingin mulai bercucuran, kecemasan terlihat jelas di raut wajahnya.
Kirana meraba perutnya dengan gemetar.
"Apa aku hamil, Ya Tuhan bagaimana ini, aku harus bagaimana jika benar di perut ini ada kehidupan?" ucapnya lagi dalam lamunannya, air matanya pun tiba-tiba menetes
dengan mulus di pipinya.
"Kamu kenapa?" tanya Dokter lagi membuyarkan lamunannya
"Enggak ... saya enggak kenapa-napa Dok, saya enggak apa-apa, mungkin ini karena saya kelelahan saja," jelasnya terbata-bata.
"Ya sudah, saya percaya kok, jangan lupa istirahat, jaga kesehatan saya kasih vitamin saja dulu, nanti kamu bisa cek lebih intensif di klinik atau rumah sakit sendiri, senyamannya kamu saya tidak akan memaksa." kata Dokter perempuan itu penuh pengertian.
"Iya Dok, terima kasih," sahutnya.
Setelah cukup beristirahat dan merasa tenaganya sudah kembali pulih akhirnya Kirana memutuskan untuk pulang, beruntung hari ini Satya tidak berada di kantor jadi ia merasa lega karena tidak harus menjelaskan apa pun pada Satya.
Tapi sebelum pulang Kirana berhenti di sebuah apotek dulu, ia ingin membeli testpack untuk memastikan kecurigaannya apakah benar dia tengah mengandung saat ini.
Sesampainya di rumah ia langsung masuk ke dalam kamar mandi, kemudian ia langsung mengambil sampel urinenya sendiri, ia sudah tidak sabar mengetahui hasilnya, meskipun petugas Apotek tadi mengatakan jika hasilnya akan lebih akurat jika dites pada waktu pagi hari, tapi Kirana tidak bisa menunggu selama itu.
Kirana menutup kedua matanya sembari menunggu hasilnya keluar, tangannya gemetar, jantungnya berdetak tidak beraturan.
Setelah menunggu beberapa saat, Kirana perlahan membuka matanya dan betapa terkejutnya ia, mana kala nampak jelas dua garis merah di testpack tersebut.
Dan itu berarti positif bukan, pertanda nyata bahwa kirana saat ini tengah mengandung. Dan tentu saja itu adalah buah hatinya dengan Rangga.
Kirana seketika luruh, tubuhnya kembali lemas tidak bertenaga, tangannya masih bergetar hebat, namun testpack itu digenggamnya dengan erat.
Tubuhnya luruh di atas lantai kamar mandi, air matanya pun mengucur dengan derasnya.
Kirana meraba perutnya yang masih rata, ia tidak mengira ada kehidupan yang tengah tumbuh di dalam sana.
"Mas Rangga ... apa aku cukup berani untuk datang kepadamu? dan mengungkapkan semua ini setelah aku memutuskan untuk pergi dari hidupmu, apa kamu masih mau menerimanya?"
Sungguh hati Kirana hancur sehancur-hancurnya, bagaimana ia harus mengatakan semua ini pada Rangga dan bagaimana ia harus menghadapi Satya setelah ini.
Bagaimana caranya ia memberi penjelasan kepada Satya perihal kehamilannya padahal sebentar lagi mereka akan menikah, lantas apa yang akan difikirkan Satya jika tahu bahwa ia telah mengandung anak dari laki-laki lain, Kirana tidak sanggup membayangkannya.
Membayangkan hal itu lagi air matanya semakin deras mengalir.
Ingin rasanya ia menghilang dari dunia ini, Kirana begitu takut akan segala kemungkinan yang akan terjadi, seakan ia tidak sanggup jika harus menanggung semua ini sendiri.
Rangga
Menyalalah segala cinta dalam doa
Sebab hanya dalam doa aku menjagamu tetap ada
Di sini
Di dalam dada
@kiranaputri