"Ceraikan suamimu dan menikahlah denganku."
Sandiwara cinta di depan layar yang Naya Andriana lakukan bersama suaminya Rayyan seorang aktor, membuat orang-orang berpikir jika rumah tangga keduanya penuh bahagia. Tanpa mereka tahu, jika rumah tangga Naya tidaklah sebahagia itu. Sering kali Rayyan berbuat kasar padanya, tanpa peduli jika dirinya sedang hamil. Kehidupan rumah tangga indah di bayangan semua orang adalah kesengsaraan baginya.
Hingga, Rayyan di penjara atas penipuan investasi yang ia lakukan. Bertepatan dengan itu, Naya terpaksa harus melahirkan sebelum waktunya. Membuat bayinya harus di rawat Di NICU. Harta di sita, dan tak ada biaya sepeserpun, Naya hampir menyerah. Sampai, pria bernama Zion Axelo datang padanya dan menawarkan sebuah bantuan.
"Karena Rayyan sangat mencintaimu, Aku ingin membalas dendamku padanya, dengan merebut cintanya." ~Zion
"Anda salah Tuan, apa yang di lihat belum tentu yang sebenarnya terjadi. Kisah cinta kami, hanya lah sandiwara." ~Naya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Raisa
Raisa terkejut melihat wanita paruh baya yang sudah lama tidak dirinya lihat. Bagaimana wanita paruh baya itu bisa tahu tentangnya? Mereka sudah lama tidak bertemu, bahkan sejak Raisa dan Zion kecil Rhea meninggalkan mereka. Kenapa wanita paruh baya itu dapat mengenalinya?
"Maaf, mungkin anda salah orang." Raisa mencoba menghindari Rhea, tetapi wanita itu justri menahan tangannya. Terpaksa, Raisa menghentikan langkahnya dan beralih menatap Rhea.
"Maaf, saya bukan Raisa! Lepaskan!" Seru Raisa berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Rhea.
"Tadi kamu memanggilku mama, Raisa! Mama juga melihatmu di acara pernikahan Zion! Mama tahu, itu kamu!" Sentak Rhea dengan tatapan tajam. Ia melihat pernikahan Zion di tayangkan di media, dan dirinya melihat Raisa yang hadir dan di perkenalkan sebagai kakak dari Zionathan Axelo.
"Mama mau apa menemuiku?" Tanya Raisa dengan mata berkaca-kaca. Sekian lama, wanita paruh baya itu menemuinya. Hal yang tak pernah dia pikirkan sebelumnya. Sebagai seorang anak, tentu dia merindukannya. Merindukan sentuhan hangatnya dan perhatin sayangnya. Namun, dirinya harus menelan pil pahit jika Rhea sudah memiliki kebahagiaannya sendiri.
"Tolong bantu adik tirimu keluar dari penjara yah, nak. Minta Zion untuk membantunya keluar, masa depan adikmu itu masih panjang. Sudah cukup Zion menyakitinya dengan merebut istri dan anaknya. Mama tak akan meminta Zion menceraikan Naya, tapi ... tolong bantu keluarkan Rayyan dari penjara."
Raisa kaget mendengar permintaan sang mama yang menurutnya sangat aneh. Dia di minta membantu adik tirinya, sementara mama nya itu tak pernah ada untuknya di tengah kesulitan yang dia hadapi. Bagaimana mungkin, ada ibu sepertinya?
"Adik? Adikku hanya Zion! Putra mama itu pantas masuk penjara karena telah merugikan orang lain! Aku tidak akan meminta Zion untuk membebaskannya, walaupun Zion bisa melakukannya!" Sentak Raisa dan berniat akan pergi.
Baru beberapa langkah, tiba-tiba Rhea berseru keras. Lobi rumah sakit terlihat sepi, hanya ada keduanya saja. Tentunya, suara Raisa terdengar menggema. Membuat langkahnya terpaksa berhenti dengan hatinya yang terasa berdebar.
"KAMU LUPA SIAPA YANG MELAHIRKAN KAMU RAISA?! KAMU SEORANG DOKTER KANDUNGAN BUKAN?! KAMU JUGA SEORNG IBU! KAMU TAHU RASANYA MEMPERTARUHKAN NYAWA DEMI ANAK! TAPI ANAK YANG DI LAHIRKAN JUSTRU MEMB4NGKANG SEPERTIMU!"
Air mata Raisa menetes membasahi pipi mulusnya. Tak ada kata yang menyakitkan di bandingkan apa yang Rhea katakan saai ini padanya. Raisa tak seperti Zion yang bisa hanya mengedepankan rasa dendamnya. Dia tak sekuat Zion untuk menerima semua perkataan yang sangat menyakitkan.
"Bagaimana kalau putrimu melawanmu hah?! Mama ini mama kandungmu! Mama yang sudah melahirkanmu! Apa tidak bisa kamu membantu Mama sedikit saja?! Kamu tahu kan, tak ada hal yang bisa membalas pengorbanan seorang ibu melahirkan anaknya! Kecewa Mama sama kamu!" Teriak Rhea dengan suara bergetar.
Kedua tangan Raisa terkepal kuat, menahan rasa sakit di hatinya. Ia tahu, dan paham akan perjuangan seorang ibu melahirkannya. Hatinya pun tercubit sakit, dia terluka tapi tak bisa menjelaskannya.
Tiba-tiba Rhea memegang tangan Raisa, dan menatap nya dengan sorot mata sendu. Wanita paruh baya itu selalu bisa memasang ekspresi sedih yang membuat Raisa terbawa akan perasaan.
"Tolong nak ... bantu Mama, Rayyan sudah tak memiliki siapa-siapa lagi selain Mama. Siapa yang membantunya jika bukan Mama? Mama minta tolong padamu, bujuk Zion yah?"
Seperti terhipnotis dengan tatapan sang mama. akhrinya Raisa mengangguk. "Aku akan mencoba berbicara dengan Zion." Ucapnya.
Senyuman Rhea mengembang, ia lalu memeluk Raisa begitu saja. "Terima kasih, nak! Terima kasih!"
Lagi-lagi air mata Raisa menetes, pelukan hangat Rhea yang sudah lama tak pernah dirinya rasakan kembali ia rasakan. Ia tidak dapat membohongi hatinya, dia merindukan pelukan wanita yang berstatus sebagai ibu kandungnya. Terlepas, dari kesalahan wanita paruh baya itu.
"Kenapa aku tak pernah bisa membencimu, Ma." Batin Raisa.
.
.
.
Zion berniat akan pulang, tapi dia memastikan dulu di depan gedung perusahaannya sudah tidak ada lagi orang-orang rusuh yang meminta penjelasannya mengenai hubungannya dengan mantan istri dari seorang aktor. Sungguh, pagi tadi dia sangat tertekan saat para awak media itu mencoba mendekatinya.
"Tuan, anda membuat masalah sendiri." Celetuk Xander yang kini bersandar di jendela.
"Memangnya masih ada orang-orang kurang kerjaan itu?" Tanya Zion penasaran.
"Sudah tidak ada, tapi besok mungkin akan kembali lagi. Seharusnya anda tidak mempuublishnya dulu sebelum gosip perceraian nona mereda. Jadi begini kan, ribet."
Perkataan asistennya membuat Zion merasa tersinggung, seolah pria itu menyalahkannya atas apa yang terjadi. "Jadi kamu menyudutkanku?! Salahku begitu?!"
"Eh?!" Xander mendadak merasa panik, takut gajinya kembali di potong.
"Sudahlah, wajahmu selalu membuatku kesal!" Zion memilih pulang saat itu juga. Apalagi, waktu sudah semakin larut. Tapi saat sampai di pintu, dia sempat-sempatnya berbalik.
"Ingat Xander, besok kamu harus urus manusia-manusia pengganggu itu! Jangan sampai, aku datang ke perusahaan mereka masih ada! Jika tidak, gajimu akan ku potong!" Titah Zion sebelum berlalu pergi meninggalkan Xander yang terbengong karena perintah sang bos.
"Apa-apaan dia? Dia yang membuat masalah, tapi aku yang harus menyelesaikannya? Astaga, jika dia bukan bosku maka aku akan layangkan sepatu ini ke wajahnya agar dia sa ...,"
"Kau bicara apa?" Raut wajah Xander berubah pias, ia berpikir jika itu adalah suara sang bos. Namun, saat berbalik, seketika raut wajah tegangnya tadi bergantian dengan tatapan datar.
"Kenapa kamu mengagetkanku hah?!" Sentak Xander kesal pada sekretaris Zion itu.
"Hehe, maaf." ucapnya dengan raut wajah tanpa salah.
Sementara itu, Zion baru tiba di rumahnya. Ia melangkah masuk sembari membuka kancing jasnya. bertepatan dengannya, dia melihat Raisa yang baru saja pulang. Zion sempat menghentikan langkahnya untuk menyapa Raisa.
"Lembur kak? Lagi banyak pasien?" Tanya Zion yang mampu menghentikan langkah Raisa.
"Aah iya, lagi banyak pasien." Ucap Raisa sembari tersenyum tipis.
Zion merasa dirinya melihat mata Raisa yang sembab, apa dirinya salah lihat? Ingin bertanya, tapi Zion rasa saat ini bukan waktu yang pas. Kakaknya itu terlihat lelah, mungkin dia akan menundanya.
"Baiklah, kalau gitu aku ke kamar dulu."
"Zion, tunggu!" Raisa menghentikan Zion yang akan melangkah pergi.
Satu alis Zion terangkat, matanya menatap Raisa dengan tatapan bertanya. Dirinya merasa, ada hal penting yang ingin kakaknya itu bicarakan. "Ada apa?" Tanya nya.
Raisa terlihat gugup, ia mengusap belakang lehernya dan beralih mengusap tangannya. Zion menyadari keanehan dari kakaknya, tapi dia berusaha menunggu sampai wanita itu siap mengatakan sesuatu padanya.
"Zion, bisakah kakak minta kamu membebaskan ... Rayyan?"
"Apa?" Ekspresi Zion berubah dingin, sorot matanya terlihat menyeramkan. Nada suaranya yang pelan tapi penuh tekanan, membuat Raisa panik.
"Kamu sudah merebut istri dan anaknya, sudah cukup membalaskan dendammu bukan? Kakak tidak ingin kamu terus menerus tinggal di pusaran dendammu. Juga ...,"
"Wanita itu menemui kakak?" Sepertinya tebakannya tepat sasaran, Zion sapat melihat ekspresi terkejut dari kakaknya itu.
"Jawabanku ... Tidak akan pernah!"
____
Siapa yang kesal sama Rhea🤣🤣
Di dunia nyata ini ada ibu seperti Rhea, korban anaknya temen ku sendiri🙃 Tapi dia gak kayak Zion kok kawan, pasrahan dia kayak si Raisa jadi gemes sendiri aku🤧
Zion suatu saat pasti berhadapan dg mantan Naya,,
Xander menyukai janda, yg belum pasti jga menyukainya, belum lagi keluarganya.🤔
huuu.... tunggu updatenya aja dah'.