Pernikahan Rocky dan Brigita rupanya menjadi awal munculnya banyak konflik di hidup mereka. Brigita adalah bawahan Rocky di tempat kerja. Mereka harus menikah karena satu alasan tertentu.
Statusnya sebagai seorang janda yang mendapatkan suami perjaka kaya raya membuat gunjingan banyak orang.
"Aku harus bisa mempertahankan rumah tanggaku kali ini,"
Apa dia berhasil mempertahankan rumah tangganya atau justru lebih baik berpisah untuk kedua kalinya?
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 - Penemuan Lena
1
2
3
Pintu terbuka lebar saat Lena melompat masuk ke dalam sana. Kosong... tidak ada siapapun... kamar itu bersih tidak seperti ada seseorang yang sudah datang.
Lena menoleh ke belakang. Rocky sudah berada di pintu dengan posisi pintu itu tertutup.
"Pak..." katanya gemetar. Barulah iya menyadari bahwa ini jebakan.
Rocky tertawa puas. "Kamu lucu, masih polos. Arga tidak pernah memberikanmu kenikmatan?"
Tubuhnya serasa tertimpa tumpukan es, dingin dan kaku. Tapi pelipisnya berkeringat dan tangannya gemetar parah.
"Bapak bohongin saya? Katanya Bapak anggap saya adik, dan saya percaya itu," suara Lena lirih dan gugup.
"Itu kan permintaan Brigita, kalau permintaanku ya aku ingin kamu menjadi istriku. Seperti yang aku katakan waktu makan malam dengan keluargaku waktu itu,"
Selangkah demi selangkah Lena mundur ketakutan. Tas bahu berwarna coklat muda jatuh di lantai dan ia berlari ke pojok jendela.
"Percuma kamu itu lari, mau teriak juga percuma nggak akan ada yang dengar,"
Lena menitihkan air matanya, berharap Arga datang menolong sebelum pria di hadapannya ini melakukan hal keji padanya. Lena tidak sudi memberikan dirinya pada Rocky secara terpaksa seperti ini.
"Arga pasti akan datang menolongku!" teriaknya.
"Coba saja, Cantikku. Kita tunggu apakah dia akan datang menolongmu atau dia akan kecewa karena tahu kekasihnya disini bersamaku tanpa paksaan?"
Lena meremas ujung bajunya.
"Ayo kita lakukan, aku sudah tidak sabar menikmati tubuh indahmu, Lena. Tidak sabar melihatmu dalam keadaan tanpa busana." Rocky melepas ikat pinggangnya.
.
.
Sampai pukul delapan malam ponsel Lena tidak dapat di hubungi. Arga yang berada di rumah mulai merasa cemas, terakhir kali Lena memberi kabar saat dia masih berada di kampus.
"Sayangku, apa kamu baik-baik saja? Kenapa perasaanku tidak enak?"
Pesan itu masih tidak mendapat jawaban.
"Kamu bolak balik dari tadi, ada apa?" tanya Abraham ayah dari Arga. Kacamata yang bertengger di hidungnya sedikit turun menatap anaknya yang terlihat gelisah.
"Nggak," jawab Arga sambil menatap layar ponsel terus menerus.
"Soal kerjaan?"
"Bukan, cuma nunggu kabar Lena. Aku khawatir kalau terjadi apa-apa, masalahnya dia di kampus dan butuh perjalanan jauh untuk kembali ke lounge ataupun kostnya." jelas Arga.
Abraham hanya melirik sekilas ketika Arga menjelaskan, belum sempat ia menjawab. Arga sudah berlari pergi keluar rumah. Berlari ke garasi menyalakan mobil kesayangannya dan melaju cepat.
Apa yang membuatnya sigap?
Ternyata dia mengingat sesuatu, kebiasaan yang biasa di lakukan ketika Lena kuliah adalah menyalakan lokasinya agar bisa di pantau oleh Arga. Dan pria tinggi berkulit putih itu baru mengingatnya.
"Ini kenapa lokasi terakhirnya ada di hotel? Tidak mungkin Lena sengaja ke hotel dengan pria lain dalam kondisi ia sendiri sadar lokasinya terhubung denganku. Ini pasti tejadi sesuatu!"pekiknya di jalan dengan kecepatan tinggi.
Walau jalanan terpantau padat, tidak menjadi penghalangnya untuk segera tiba di lokasi.
.
Hotel Sixtyone
Mobilnya terparkir di depan hotel, Arga turun dengan napas yang terengah-engah, melihat sekeliling mencari keberadaan Lena.
Salah satu pegawai menyadari gerak gerik Arga yang tidak biasa, pria menggunakan seragam lengkap mendekat dan bertanya pada Arga. "Ada yang bisa di bantu, Pak?"
"Ah, begini saya mencari calon istri saya lokasi terakhirnya di hotel ini. Apakah ada reservasi atas nama Lena?"
Pegawai hotel tidak langsung mengiyakan ucapan Arga. "Boleh coba di hubugi dahulu, Pak?"
"Hey, kalau dia bisa di hubungi saya tidak akan berdiri di lobi ini kebingungan mencari keberadaannya. Atau kalau tidak ada coba cari atas nama Rocky Tanjung?" entah mengapa dia sangat yakin ini ulah Rocky. Arga mengusap wajahnya kasar.
"Kami hanya mengikuti aturan perusahaan bahwa tidak bisa membeberkan identitas tamu secara umum kepada siapapun," jawab pegawai hotel yang mana Arga sendiri juga tahu aturan tersebut.
Dirinya hampir frustasi, tidak mungkin dia harus menunggu Lena keluar dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
"Aaarghhh!!"
Satu jam dia berada di lobi masih berusaha membujuk dan meminta bantuan pihak hotel, sampai akhirnya manager hotel tersebut keluar.
"Pak Arga dari B Style hotel?" tanyanya sambil menunjuk sedikit kaget ke arah Arga.
Arga menoleh, melihat dengan saksama mencoba mengingat wajah pria yang ada di depannya.
"Saya manager disini, mungkin Bapak tidak mengenal saya namun kita pernah ada rapat bersama beberapa hotel tahun lalu. Jadi saya tahu Pak Arga, bagaimana ada yang bisa saya bantu?" jelasnya dengan nada ramah.
Keberuntungan serasa berpihak pada Arga seketika, dia menemukan titik terang dari kebuntuan yang dia alami. Dengan cepat Arga menceritakan dan memohon bantuan dari mereka.
Manager hotel tersebut meminta pegawainya untuk mencari data tamu hotel.
"Pak, ada atas nama Rocky Tanjung... " katanya. "Lantai lima kamar paling ujung." sambungnya kemudian.
"Bi4dap!" teriak Arga dalam hati. Ia tetap harus menjaga sikapnya di muka umum.
.
Naiklah Arga di temani manager hotel ke lantai lima, langkah kakinya sudah tidak beraturan saat keluar dari lift. Matanya memerah dan rahangnya mengeras.
“Pak, saya mohon jangan menimbulkan keributan ya?” pinta manager hotel.
Arga mengangguk.
Tok!
Tok!
“Room Service,”
Jantungya berdegup kencang dan pintu terbuka perlahan. Sosok Rocky terlihat jelas, Arga berada di sebelah kiri agar ketika Rocky membuka pintu tidak semata-mata melihat Arga.
“Saya tidak pesan apapun… “ kata Rocky.
Dengan cepat Arga mendorong pintu kamar itu dan menerobos masuk ke dalam kamar. Apa yang di lihatnya membuat hatinya hancur berantakan.
Lena.
Kekasihnya terkapar di ranjang, tidak sadarkan diri dengan pakaian yang tidak pantas.
“Kau memang bajin4n!” Arga mencengkram pakaian Rocky, kepalan tangannya sudah berada dekat sekali dengan wajah Rocky yang siap meninjunya.
“Pukul saja,” katanya sambil tertawa.
“Kau apakan Lena?”
“Ya kau lihat saja bagaimana dia menikmati permainan yang aku buat hingga tidak sadarkan diri,”
Bugh!
Satu pukulan melayang di perut Rocky. Saat pria itu kesakitan, Arga menghantam lagi, kali ini ke wajah tampan Rocky. Pipi kanan lalu pipi kiri.
Rocky juga terlihat membalas pukulan itu.
“Bawalah wanitamu keluar dari sini, aku hanya mencicipnya sedikit. Tidak seru melakukan hal tersebut jika si wanita tidur,” ejek Rocky.
Air matanya tergenang, luruh ke wajahnya saat ia memakaikan pakaian Lena. Ada botol spray tanpa merk di samping ranjang, Arga curiga botol itu adalah obat bius.
Dengan bantuan manager, Arga membawa Lena keluar dari kamar.
“Aku berhasil mengalahkanmu bukan?” sindir Rocky.
“Itukan hanya asumsimu, perang ini belum di mulai Rocky Tanjung. Kau akan menyesal setelah ini,”
Rocky menghisap rokoknya santai sambil menyunggingkan senyum mengerikan.
“Akan kubuat kau bersujud di kakiku dasar pria mesum,”
hihihiihihiiii
kena kamu Ira, sukurin lah anggap aja ini karma jd ipar yg arogan kemaren...
Rocky di suruh ngerecoki Gita lagi gthu???