Ratu Esme Coventina Vasilica dieksekusi oleh suaminya sendiri, Raja Stefan Vasilica karena dituduh membunuh anak raja.
Anak raja yang berasal dari selir Jenna itu akan jadi putra mahkota dan akan duduk di tahta selanjutnya. Keputusan itu diambil karena Ratu Esme dinyatakan oleh tabib tidak akan bisa mengandung selamanya alias mandul.
Karena dianggap membunuh keturunan raja, Esme yang merupakan seorang ratu tetap tidak lepas dari hukuman.
Namun ketika ekseskusi akan dimulai, sebuah senyum licik dari Jenna membuat Esme merasa bahwa semua ini tidak lah benar. Dia sendiri tidak pernah merasa membunuh anak dari suaminya itu.
" Jika aku diberi kesempatan untuk hidup kembali, maka akan ku balas semua rasa sakit dan penghinaan ini."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Queen 18
"Apa itu benar, Ayah? Tapi siapa saja yang tahu? Apa itu hanya Ayah yang tahu?"
"Tabib istana. Hanya dia yang tahu."
Jenna amat sangat terkejut mengetahui fakta itu. Bagaimana hal sebesar itu tidak diketahui oleh orang lain, dan yang berangkutan pun tidak tahu.
"Tapi soal Esme ... oh astaga Ayah. Jangan bilang semua itu atas pekerjaan tangan Ayah?"
Marquis Rosen hanya diam, dan itu saja sudah menjelaskan tentang semua yang ada di kepalanya. Jenna membungkam mulutnya menggunakan tangan dengan sangat erat. Dia sungguh tidak menyangka akan ada rahasia sebesar itu.
Kini Jenna bingung, jika memang faktanya demikian lalu bagaimana dia akan bisa mengandung seorang penerus? Bagaimana bisa dia mengandung anak Stefan kalau Stefan lah yang ternyata tidak bisa memiliki keturunan.
Jenna tidak bisa memikirkan hal itu. Otaknya seolah tidak sanggup mencerna. Dia juga tidak mau dibuang begitu saja nantinya jika tak kunjung mengandung.
"Terus ini bagaimana Ayah? Aku jelas tidak mau dibuang."
"Tenang saja, Ayah sudah mencari jalan keluarnya. Ayah sudah mencari seorang budak yang memiliki rupa dan karakteristik yang hampir mirip dengan Stefan. Kau tidurlah dengan budak itu sampai mengandung. Jika sudah ketahuan bahwa kau berhasil mengandung, teruslah tidur bersama Baginda. Itu akan menguatkan bukti bahwa anak yang kau kandung adalah anak dari Baginda."
Aaah
Ternyata Marquis Rosen sudah menyiapkan segala halnya dengan sangat matang. Dia tidak tahu ayahnya secerdik dan selicik itu. Namun apapun itu dia tidak peduli. Yang penting dirinya bisa duduk di singgasana ratu. Singgasana yang menjadi impiannya sejak dulu.
Lagi pula, budak memang tidak memiliki kuasa apapun. Budak merupakan tingkatan yang paling rendah. Bahkan dia lebih rendah dari pada hewan peliharaan milik bangsawan. Jika sudah menjadi budak, orang tidak memiliki hidupnya sendiri.
Di masa itu, budak bebas diperlakukan oleh orang yang membelinya. Sudah jadi rahasia umum jika para bangsawan membeli budak sebagai budak nafsuu mereka.
"Jadi kapan Ayah aku bisa memulainya, aku ingin cepat hamil dan mendapat pengakuan."
"Malam ini, aku sudah meminta kepada Baginda untuk membawamu pulang dengan dalih memberi pelajaran tambahan. Dia setuju akan hal tersebut. Setidaknya satu minggu. Lakukan itu dengan budak yang aku dapatkan. Tapi dengan sebuah catatan. Ketika kau kembali ke sini, kau harus langsung bisa mengajak Baginda tidur bersama, setiap harinya."
"Aku mengerti Ayah."
Sudah terlanjur basah, ya sudah sekalian saja. Bagi Jenna dia tidak peduli cara apa yang harus ia lakukan asalkan dirinya mendapatkan posisinya.
Ratu kerajaan Vasilica, sungguh sesuatu yang amat sangat indah. Dia pun akan mendapat banyak kehormatan atas posisinya itu. Meskipun cara yang dia lakukan akan sangat beresiko. Tidur dengan orang lain untuk mendapatkan anak karena Stefan ternyata tidak bisa mendapat keturunan.
Semua yang terjadi ternyata sudah diatur oleh marquis Rosen sedemikian rupa. Dia yang merasa curiga karena Esme tak juga mengandung, akhirnya mencari tabib dan bertanya akan hal tersebut. Siapa yang mengira, ternyata vonis tidak bisa memiliki keturunan bukan untuk Esme namu untuk Stefan.
Hal tersebut tentu membuat sebuah peluan bagi Marquis Rosen untuk bisa menguasai tahta. Dia meminta tabib untuk mengumumkan bahwa Esme lah yang mandul. Sehingga Stefan harus mengambil selir untuk memiliki anak. Dan kandidat pertama adalah dali keluarga Arcarito.
Namun sebuah keberuntungan berpihak kepada Marquis Rosen. Esme meminta cerai dan menyerahkan posisi Ratu. Hal itu semakin membuat semuanya menjadi mudah bagi Marquis Rosen. Semua rencana bisa terlaksana dengan mudah tanpa ada penghambat lagi.
"Bersiaplah, kau tidak akan membawa dayangmu karena kau hanya akan kembali ke rumah bersama ku."
"Baik Ayah."
Jenna nampak sangat senang. Semua yang dia harapkan tidak lama lagi akan terwujud. Dan itu membuatnya bersemangat.
Klotak klotak klotak
Suara sepatu beradu dengan lantai marmer istana. Meskipun Marquis Rosen berkata akan langsung membawa Jenna pulang, tapi mereka tetap harus berpamitan lebih dulu kepada Stefan. Tata krama tersebut tidak boleh di abaikan. Soal Stefan akan menanggapi dengan baik atau tidak, itu bukan masalah besar.
"Saya akan pulang dulu, Baginda. Saya akan pulang untuk merenungkan kesalahan saya."
"Bagus, memang seharusnya begitu. Pulang dan kembalilah dengan pola pikir yang lebih baik lagi. Meskipun kau hanya selir, setidaknya kau tetap harus menjaga nama baik Vasilica."
Jenna mengangkat gaunnya sedikit sembari membungkukkan tubuhnya. Ia memberi hormat kepada Stefan. Setelah itu wanita itu langsung pergi bersama ayahnya.
Fyuuuh
Stefan membuang nafasnya kasar. Dia sebenarnya tidak peduli dengan apa yang dilakukan Jenna saat ini. Dia mau pulang ke rumah atau berada terus di kamar, sungguh Stefan tidak peduli.
Saat ini Stefan tengah merasakan sebuah sepi. Tidak adanya Esme di Istana, membuat pria itu seolah kehilangan sesuatu. Dan hingga sampai detik ini, tidak ada satu pun surat yang dikirimkan dari County Coventina. Padahal Stefan berharap Esme mengiriminya surat dan mengatakan bahwa dia merindukan istana.
"Apa yang dia lakukan sekarang. Sudah lebih dari satu minggu setelah kita berpisah, dia sama sekali tidak mencari ku?Sekuat itu kah dia?"
Stefan bergumam lirih, dia sangat bertemu dengan Esme namun jika dia lebih dulu mendatangi Esme maka itu berarti dirinya kalah. Stefan tidak mau itu. Dia tidak ingin dianggap tidak punya harga diri karena mencari Esme lebih dulu.
"Tidak, tahan dulu Stefan. Kau tidak harus terburu-buru. Saat ini dia sedang merajuk, jadi biarkan saja dulu. Kita tunggu sampai kapan dia akan bertahan."
Kepercayaan diri Stefan sungguh sangat tinggi. Dan dia masih beranggapan bahwa Esme masih memikirkan dirinya. Padahal tidak sekalipun Esme memikirkan mantan suaminya tersebut.
Tok tok tok
"Masuk, Aah kau Peter. Ada apa?"
"Maaf Baginda, pekerjaan Anda sudah menunggu. Beberapa orang datang untuk bertemu dengan Anda."
Peter Syeirmun, dia merupakan seorang Count yang mana bertugas sebagai ajudan Stefan. Terlihat jelas saat ini pria itu lelah, terlihat dari lingkaran hitam pada matanya.
"Apa tidak bisa besok saja, Pete?"
"Tidak Baginda, sangat tidak bisa. Terlebih pekerjaan yang dulunya milik Ratu Esme juga saat ini harus dikerjakan oleh Anda."
Haaaah
Stefan membuang nafasnya kasar, dia lupa akan hal itu. Saat masih ada Esme, pekerjaannya tidak terlalu berat karena Esme turut andil dalam keberlangsungan kerjaan ini. Tapi sekarang setelah Esme tidak ada, semua harus dikerjakan sendiri olehnya.
"Kenapa jadi begini?"ujar Stefan. Belum melakukan apapun saja rasanya sudah begitu lelah. Terlebih jika dia sudah mulai mengerjakannya.
"Baginda, lebih baik segera dikerjakan. Jika hanya dipikirkan saja, yang ada pekerjaan tidak akan selesai dan malah semakin bertumbuh. Jadi, silakan periksa dokumen ini mulai dari sini."
Bruk!
TBC
ditunggu kelanjutan dan keseruan kisah cinta dari janda mantan ratu dengan kaisar loyd /Drool/
semangat dan tetap sehat kak 🙏
daku padamu kaisar..sat set /Kiss/