Takdir dari Tuhan adalah skenario hidup yang tak terkira dan tidak diduga-duga. Sama hal nya dengan kejadian kecelakaan sepasang calon pengantin yang kurang dari 5 hari akan di langsungkan, namun naas nya mungkin memang ajal sudah waktunya. Suasana penuh berkabung duka atas meninggalnya sang korban, membuat Kadita Adeline Kayesha (18) yang masih duduk di bangku SMA kelas 12 itu mau tak mau harus menggantikan posisi kakaknya, Della Meridha yaitu calon pengantin wanita. Begitu juga dengan Pradipta Azzam Mahendra (28) yang berprofesi sebagai seorang dokter, lelaki itu terpaksa juga harus menggantikan posisi kakaknya, Pradipta Azhim Mahendra yang juga sebagai calon pengantin pria. Meski di lakukan dengan terpaksa atas kehendak orang tua mereka masing-masing, mereka pun menyetujui pernikahan dikarenakan untuk menutupi aib kelurga. Maksud dari aib keluarga bagi kedua belah pihak ini, karena dulu ternyata Della ternyata hamil diluar nikah dengan Azhim. Mereka berdua berjanji akan melakukan pernikahan setelah anak mereka lahir. Waktu terus berlalu dan bayi mereka pun laki-laki yang sehat diberi nama Zayyan. Namun takdir berkata lain, mereka tutup usia sebelum pernikahan itu berlangsung. Bagaimanakah kehidupan rumah tangga antara Azzam dan Kayesha, yang memang menikah hanya karena untuk menutupi aib keluarga dan menggantikan kakak mereka saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon almaadityaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
09. SMDH
Bunda, Kayesha nya udah bobo?
"Iya Zam, katanya ga enak badan tadi pas habis sholat Isya, kan tadi dia ada hujan-hujanan juga kan."
"Terus sekarang Kayesha nya ada dimana, Bunda?"
"Di kamar Bunda tu ketiduran sebelah Zayyan."
Azzam dan Desi pun pergi pun mendatangi Kayesha yang tengah tertidur pulas di sebelah Zayyan dengan rambut yang acak-acakan. Dalam perasaan Azzam, Azzam yang melihat itu merasa hatinya adem melihat Kayesha yang tengah tertidur pulas.
Kenapa bisa Kayesha berada dirumah Bunda?
Tadi sehabis pulang sekolah, Azzam langsung mengantarkan Kayesha kerumah mertuanya itu karena dadakan sekali ia ada mendapatkan kabar bahwa di rumah sakit ada pasien baru yang harus ditangani dan cukup banyak juga. Alhasil jam 10 malam ini, Azzam baru sampai menjemput Kayesha.
"Barang-barang Kayesha ada dimana, Bunda?"
"Ada tuh di kursi ruang tamu udah dia siapin sama seragamnya juga, biar Bunda bawain ke mobil ya," Azzam mengangguk.
Sebelum pergi dari sana, Azzam terlebih dahulu mencium pipi Zayyan yang besar itu membuatnya sedikit gemas. Lalu dengan pelan-pelan takut Kayesha terbangun, Azzam mengangkat tubuh Kayesha.
Ketika sudah di luar rumah, ternyata disana juga ada Latif yang nampaknya baru pulang bekerja.
"Eh nak Azzam, kenapa itu Kayesha nya?"
Desi menyaut, "itu lho Yah, Kayesha badannya panas gegara kena hujan terus tadi ketiduran makanya di gendong Azzam."
"Oh yaudah Zam, taroh aja dulu Kayesha nya," suruh Latif.
Setelah merebahkan Kayesha di sebelah kursi kemudi, tak lupa Azzam menurunkan sandaran kursi itu ke belakang agar Kayesha lebih nyaman.
"Barang-barang Kayesha udah Bunda taroh dibelakang ya Zam," kata Desi.
"Nggih, Bun, Azzam pamit dulu ya sudah malam soalnya. Maaf tadi harus nitipin Kayesha juga ya, Bun, Yah," Desi dan Latif tersenyum.
"Gapapa, Zam, santai aja. Yaudah sana gih pulang, hati-hati ya, maaf juga bikin repotin kamu ya harus angkat-angkat Kayesha," Azzam terkekeh sambil mengangguk.
"Azzam pulang dulu, Bun, Yah, assalamualaikum," Azzam berpamitan sambil mencium punggung tangan mertuanya.
"Wa'alaikumussalam hati-hati ya, nak Azzam."
\~•\~
Azzam memeras sebuah handuk kecil dari baskom yang cukup besar, setelah memerahnya dan melipat menjadi dua, Azzam meletakkan handuk itu di atas kepala Kayesha yang benar saja lumayan panas. Azzam juga sudah menyiapkan obat penurun panas dengan dosis yang rendah miliknya dan juga air putih.
Kayesha yang merasa seperti ada sesuatu diatas jidatnya, lantas membuka matanya. Bola matanya menengok kanan kiri, gadis itu kini sudah berada di kamarnya, padahal tadi ia tertidur di sebelah Zayyan, eh ternyata lagi di sebelahnya ada Azzam yang duduk sambil meliatinya.
"Lho, aku kok udah dikamar, Mas?" Tanya Kayesha dengan suara seraknya.
Azzam tersenyum, "kita udah pulang, tadi saya jemput kerumah Bunda sekitaran jam 10, ternyata kamu sudah ketiduran, ya? Maaf ya lama nunggu saya."
Kayesha tersenyum, "gapapa kok Mas Azzam —— Oh iya, Mas Azzam kah ini yang ngompres kepala aku?"
"Iya soalnya Bunda bilang tadi badan sama kepala kamu panas, makanya pas sudah sampai rumah saya kompresin. Kamu sudah makan? Mau saya beliin makanan atau apa?"
Kayesha menggeleng, tubuh nya masih terasa lemas, "aku udah makan kok mas tadi sebelum sholat Isya, makasih ya."
Azzam mengangguk, "kalau gitu minum dulu gih ini obat penurun panas, dosisnya rendah juga, ini aman kok buat kamu, baru kamu lanjut tidur lagi."
Azzam pun membantu sedikit Kayesha duduk, membiarkan Kayesha meminum obat yang sudah di siapkannya.
"Makasih ya Mas Azzam, maaf ngerepotin Mas Azzam terus ya."
"Gapapa Kayesha, saya ga keberatan juga, malahan saya khawatir takutnya nanti tambah parah. Ya sudah kamu istirahat yang cukup ya, besok harus ke sekolah lagi kan?" Kayesha mengangguk.
"Makasih ya, Mas Azzam," ucap Kayesha sekali lagi.
"Iya, Kayesha. Saya keluar dulu ya, kalo ada apa-apa panggil aja saya ya."
"Iya, Mas Azzam."
Azzam pun keluar dari kamar Kayesha sambil membawa baskom bekas kompres. Ketika Azzam sudah menghilang, Kayesha menatap langit-langit kamarnya sambil memegangi jantungnya.
So sweet banget sumpah, kok jadi gini sih gumam Kayesha, sambil tersenyum sedikit salah tingkah.
Bukannya lanjut istirahat, Kayesha meletakkan handuk kompresan di mejanya, lalu ia bergegas mencari tas sekolahnya untuk mengambil buku diary nya dan merobeknya.
Kayesha tengkurap di kasurnya sambil menulis beberapa kalimat di secarik kertas notes diarynya itu.
Zam, lo tu suka ga sih sama gue? Kok gue ngerasa perhatian lo lebih ya ke gue, atau karena lo cowok dewasa dan gue nya yang berlebihan ke lo? Gue gatau ah intinya gue cinta deh, Zam, sama lo. Kalo lo? Udah pasti engga lah, orang kaya lo tu tipenya yang juga umurnya 20 an keatas dan ga anak-anak kaya gue, ya :(
Setelah menulis itu, Kayesha menyimpan secarik kertas itu di dalam tasnya. Ia pun lanjut istirahat dan tak lupa meletakkan kompresan handuknya itu dikepalanya lagi, tak jelas memang Kayesha.
\~•\~
Azzam hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya keheranan, sekaligus merasa sangat sedih dan ikut terpukul ketika melihat pasiennya kali ini, di hadapannya ada seorang bayi yang sudah tak bernyawa dengan luka dan lebam di sekujur tubuh, apalagi di bagian inti bayi itu terdapat juga cairan-cairan berwarna putih.
Bangsat ni bangsat batin Azzam dalam hati mencoba tetap professional.
Setelah mereka melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan evaluasi, benar saja setelah mereka telusuri dan menyimpulkan dari hasil pemeriksaan mereka bahwa bayi perempuan itu adalah korban kekerasan sekaligus pencabulan dari seseorang.
Beberapa polisi berdatangan untuk mengetahui hasil medis dan apa saja bukti-bukti yang mereka katakan. Disana juga ada orang tua si bayi, dari pengakuan yang mereka katakan bahwa terakhir si bayi mereka titipkan ke tetangga terdekat mereka yang sudah mereka anggap seperti keluarga mereka sendiri, polisi pun mulai menyidak kesana dan memintai keterangan.
Dasar gila ya manusia sekarang, kalau gue udah ngeliat muka pelakunya, siap-siap mati di tangan gue batin Azzam, raut wajahnya sedikit berubah.
"Sabar, Zam, sabar. Kita istirahat dulu, si pasien lagi di tanganin sama yang lain juga itu."
Azzam dan Dimas pergi ke lantai bawah, disana terdapat sebuah kantin rumah sakit, mereka pun memutuskan untuk beristirahat sejenak disana.
"Gila ya, ada manusia yang kayak gitu. Gue curiga nya pasti suami tetangga nya orang tua korban yang ngelakuin itu, udah jelas banget soalnya," kata Dimas, Dimas pun masih sedikit tidak percaya.
"Iya, kasian bayi se kecil itu masih enam bulanan dapat perlakuan kaya begitu. Gue berharapnya si pelaku bisa cepat-cepat diamanin juga, dan dihukum seberat-beratnya lah," Dimas mengangguk setuju.
"Dua taun kita kerja disini, baru nemu pasien se tragis itu," kata Dimas lagi.
"Iya, makanya ini pembelajaran juga buat orangtua-orangtua kalau jangan asal sembarangan titipin anak, apalagi masih bayi enam bulan kaya gitu."
"Iya, sedih gue liatnya Zam —— Anyway, lo kan juga bentar lagi jadi orangtua kan?" Canda Dimas agar suasana sedikit lebih membaik.
"Ga paham lo ngomong apa," balas Azzam cuek.
"Ck, apa sih Zam ngaku aja. Pas first night kan pasti tuh nananina," Azzam menjitak kepala Dimas.
"Males gue sama lo, —— jagain kursi gue ya, gue mau ke toilet dulu."
Azzam pun pergi ke toilet meninggalkan Dimas yang masih duduk sambil menikmati sebuah jus jeruk.