Hati siapa yang tidak tersakiti bila mengetahui dirinya bukan anak kandung orang tua yang membesarkannya. Apalagi ia baru mengetahui, jika orang tua kandungnya menderita oleh keserakahan keluarga yang selama ini dianggap sebagai keluarganya sendiri.
Awalnya Rahayu menerima saja, karena merasa harus berbalas budi. Tetapi mengetahui mereka menyiksa orang tua kandungnya, Rahayu pun bertekad menghancurkan hidup keluarga yang membesarkannya karena sudah membohongi dirinya dan memberikan penderitaan kepada orang tua kandungnya.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Yuk, simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Bab 28
POV Author
"Ayo Yah, buruan!"
"Tunggu dulu Arumi, Ayah ambil kunci mobil dulu."
"Memangnya, dia berbuat ulah apalagi Nak?"
"Katanya wanita itu mencoba kabur Bu. Terus dia selalu melempar obat-obatan yang perawat beri."
"Ck! Bikin repot saja."
"Makanya itu Bu, Arumi juga kesal! Sampai-sampai Kak Arka terpaksa pulang Kan. Padahal nanti malam, Arumi pengen nonton sama Kak Arka."
"Sabar. Kamu urus dulu wanita itu. Setelah itu telepon Arka, ajak dia besok pergi nonton." Ujar Marlina.
"Iya Bu."
"Ayo!" Ajak Adinata begitu mendekati Arumi dan istrinya sambil memegang kunci mobil.
Arumi dan Adinata pun masuk ke dalam mobil. Sedangkan Marlina hanya menunggu di rumah saja.
Mobil tersebut pun bergerak meninggalkan halaman rumah. Dan perlahan melaju membelah jalan.
"Ikuti mobil itu Pak."
Mobil yang di tumpangi Arumi dan Adinata melaju menuju di jalan Raya. Cukup jauh karena perjalanan membutuhkan waktu hampir dua jam lamanya.
Mobil tersebut memasuki halaman sebuah Rumah Sakit yang bisa di ketahui dengan jelas bahwa Rumah Sakit tersebut merupakan tempat untuk merawat orang yang memiliki gangguan mental.
"Buat apa mereka kesini?"
"Bayarannya mahal loh ini Mas."
"Tapi Rumah Sakitnya tidak terlihat mewah."
"Bukan Rumah Sakitnya, tapi bayaran saya Mas. Jauh loh ini, luar kota."
"Kita cari ATM deket sini Pak."
"Siap!"
Arumi dan Adinata turun dari mobilnya dan bergegas masuk ke dalam Rumah Sakit tersebut. Langkahnya sangat cepat menuju satu ruangan yang hanya di huni oleh satu pasien saja.
Arumi masuk ke dalam ruangan itu di dampingi oleh 2 orang perawat yang bertugas disana. Ketika sudah memasuki ruangan tersebut, ia melihat seorang wanita yang tangannya terikat dengan kain. Kain di bagian tangan yang menyatu dengan pakaian wanita itu gunakan membelit tubuhnya. Sedang kakinya terikat pada ranjang tempatnya berbaring.
"Maaf, kami terpaksa mengikatnya agar dia tidak berusaha kabur dan juga dia sering mengamuk dan melempari setiap benda yang ada di dekatnya."
"Tidak apa-apa. Lakukan saja yang menurut kalian baik. Kalau perlu, beri suntikan penenang. Lalu apa sekarang dia sedang tidur?"
"Iya. Dan kami sedikit memberikan obat tidur padanya karena sudah 2 hari 2 malam, beliau tidak tidur."
"Bagus. Tidak apa-apa. Lakukan saja. Jangan sampai dia kabur dan membuat ulah lebih parah."
"Baik Mbak."
"Ck, menyusahkan saja dia!" Gumam Arumi.
Anak dan Ayah itu keluar dari ruangan dan menuju administrasi. Tentu mereka harus memberi biaya ekstra untuk mengganti kerugian yang di sebabkan oleh wanita yang di isolasi tadi.
"Apa tidak lebih baik kalau dia di pindahkan saja?" Ujar Adinata ketika mereka sudah berada di dalam mobil setelah melakukan sejumlah pembayaran.
"Maksud Ayah? "
"Di rumah Nenek mu ada gudang belakang yang tidak terpakai. Kita bisa menempatkan disana. Tentunya akan lebih mengurangi biaya." Ujar Adinata.
"Rumah Nenek?"
"Iya, rumah Nenek mu sudah tidak jauh dari sini. Kira-kira setengah jam lagi dari sini kita sudah sampai."
"Kalau kondisinya belum baik, akan sulit mengeluarkannya Yah."
" Tidak sulit, katakan saja kita ingin merawatnya sendiri."
Arumi tampak berpikir.
"Arumi akan serahkan kepada Ayah."
"Kita ke rumah Nenek mu dulu sekarang, untuk membicarakan masalah ini."
"Ya, Yah."
Kedua Ayah dan anak itu kembali meninggalkan Rumah Sakit. Perlahan mereka meninggalkan halaman parkiran dan melaju ke jalan Raya.
"Pak, tunggu disini ya. Soal bayaran tenang saja, Bapak percaya kan sama saya?"
"Siap Mas! Percaya, sudah terbukti soalnya. Dobel ya Mas ya?"
Arka yang sejak tadi mengikuti mobil Arumi dan Ayahnya pun melangkah memasuki rumah sakit. Tanpa ragu ia pun mencoba bertanya kepada petugas administrasi yang berjaga.
"Pemisis Mbak, saya mau tanya?".
"Ya Mas silahkan."
"Siapanya Arumi yang di rawat disini? Itu, gadis yang belum lama datang sama Ayahnya?"
"Oh, yang barusan keluar tadi?"
"Iya Mbak."
"Maaf Mas, Mbak Arumi melarang memberitahukan informasi data pasien jika ada yang bertanya selain dirinya. Jadi kami tidak bisa memberitahu sesuai kesepakatan."
Arka diam sesaat. Ia berpikir, akan beresiko jika memaksa petugas itu untuk memberitahu karena mereka pasti akan melapor dulu untuk meminta ijin kepada Arumi.
"Oh, begitu. Baik Mbak terima kasih. Kalau begitu, saya permisi."
"Ya Mas."
Arka lalu melangkah kembali menuju parkiran dimana ojek yang ia sewa sudah menunggu disana.
Arka berpikir, sepertinya ia harus mengorek informasi itu sendiri dari Arumi. Arka sendiri sangat penasaran, kenapa Arumi sampai harus menutupi identitas dan data seseorang yang sedang rawat di Rumah Sakit Jiwa tersebut.
"Sudah Mas?"
"Uwes Pak. Kita kembali ke tempat motor saya ya Pak."
"Siap Mas!"
Arka dan tukang ojek itu pun melakukan perjalanan kembali tanpa tahu kalau Arumi dan Adinata belum kembali ke arah pulang.
Arka tadinya mengira Arumi dan Adinata. bergerak pulang sehingga ia pun berencana bertanya kepada petugas Rumah Sakit. Namun setelah tidak mendapatkan informasi apa-apa, Arka akhirnya memutuskan untuk pulang. Sedangkan Arumi dan sang Ayah ke rumah Warsih untuk berdiskusi soal pasien yang di sembunyikan oleh Arumi.
"Besok, aku aja menyuruh orang untuk membersihkan gudang dan mengatur agar bisa di jadikan kamar." Ujar Warsih setelah mendengar cerita dari Arumi dan Adinata begitu mereka tiba di rumah wanita tua itu.
"Ya, semakin cepat semakin baik. Jadi kita bisa mengurangi biaya perawatan yang cukup besar. Sayang toh, uang itu hanya dibuang buat bayar Rumah Sakit? Lebih baik di gunakan untuk keperluan yang lain." Ujar Adinata.
"Kapan kalian akan mengeluarkan dari Rumah Sakit?"
"Secepatnya. Kalau gudang disini sudah siap, kami akan mengeluarkannya. Tapi mungkin pas weekend karena hanya di waktu itu Adinata tidak sibuk Bu." Jawab Adinata.
"Baiklah."
Diskusi selesai. Keputusan pun sudah di ambil, sehingga Adinata dan Arumi merubah pembahasan yang lain.
"Sekarang cucu Ibu sudah punya pacar."
"Oh ya?" Tanya Warsih sedikit terkejut namun antusias mendengarkan berita itu.
"Itu loh Nek, Kak Arka yang Arumi ceritakan waktu itu yang dia kebetulan datang ke rumah bertanya alamat itu loh..."
"Oalah, pemuda yang kelihatan kaya dan tampan itu ya?"
" Iya Nek." Jawab Arumi wajah tersipu malu.
"Orang tuanya punya usaha toko kain dan toko bangunan. Keluarga kita akan semakin berjaya nantinya kalau Arumi sampai menikah dengannya." Ujar Adinata, antusias.
"Kalau begitu, jangan sampai pemuda itu lepas. Apalagi wajahnya itu bagus untuk keturunan kita berikutnya." Ujar Warsih.
"Arumi sudah lama suka sama Kak Arka Nek. Jadi tidak mungkin akan Arumi lepas. Tapi masalahnya, si Ayu itu juga suka." Kata Arumi cemberut.
"Kamu tenang saja, Ayah sudah memperingatkan Rahayu. Dan dia mengatakan tidak ingin berpacaran semasa kuliah."
"Tapi Yah, bisa saja selesai kuliah nanti dia merebut Kak Arka dari Arumi." Kata Arumi dengan wajah sedih.
"Tidak akan terjadi karena sebelum masa kuliah selesai, Ayah akan meminta Arka untuk melamarmu."
Wajah Arumi langsung berubah bahagia dengan mata berbinar.
"Benar Yah?"
"Iya. Ayah tidak akan mungkin membiarkan anak Ayah bersedih." Jawab Adinata.
Bagi Adinata, anaknya Arumi adalah anaknya yang sangat berharga karena telah menaikkan derajat dan status ekonomi mereka dengan warisan yang gadis itu bawa. Arumi telah memberikan apa yang selama ini yang hanya bisa menjadi impian Adinata saja, seperti memiliki usaha sendiri, mobil, rumah yang besar dan tentunya tabungan yang lumayan banyak versi dia untuk di nikmati ketika sudah tidak mampu bekerja lagi.
Adinata yang sudah bosan hidup pas-pasan tentunya tidak ingin kehilangan kenikmatan yang ia rasakan sekarang. Apalagi setelah mendengar kekayaan yang di miliki oleh orang tua Arka, tentu kesempatan tidak boleh terlewatkan begitu saja.
Bersambung...
Jangan lupa like dan komen ya, terima kasih 🙏😊
jngn bilang Arumi otak' nya /Casual//Casual/
kalo bkin anak udah bisa nyanyi /Facepalm//Facepalm/