Setelah mengukuhkan kekuasaannya atas Kota Canyu, Zhang Wei memulai perjalanan epik menuju puncak dunia demi membangkitkan kembali masternya, Lian Xuhuan. Namun, jalan menuju tujuan itu penuh bahaya: musuh kuat, intrik politik, hingga menjadi buronan kekaisaran Qin.
Dalam petualangannya, Zhang Wei harus menghadapi penguasa Tanah Barat, mengungkap rahasia dunia, dan membuktikan dirinya sebagai pendekar pedang kelabu yang tak terkalahkan.
Dengan tekad membara, Zhang Wei bersiap melawan dunia untuk mencapai puncak tertinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menerima Undangan
Satu hari setelah menerima undangan dari istana kekaisaran, Zhang Wei masih mempertimbangkan langkah selanjutnya. Undangan itu, meskipun ditulis dengan nada hormat, jelas memiliki tujuan tersembunyi. Namun, Zhang Wei juga memahami bahwa ini adalah peluang untuk mengukur kekuatan kekaisaran dan mengetahui lebih banyak tentang Kaisar Qin Huangming, yang selama ini dikenal sebagai pemimpin cerdas dan penuh perhitungan.
Pagi itu, di aula utama kediamannya, Zhang Wei mengumpulkan para pemimpin Kota Canyu. Para tetua, pejabat kota, dan beberapa tokoh penting berkumpul, menunggu keputusan Zhang Wei.
“Undangan ini,” Zhang Wei memulai, memegang gulungan surat dari Kaisar, “bukan hanya panggilan biasa. Ini adalah langkah awal dari permainan besar yang akan menentukan arah masa depan kita. Kekaisaran kini memperhatikan Kota Canyu, dan lebih khusus lagi, mereka memperhatikan aku.”
Para tetua saling bertukar pandang. Salah satu dari mereka, seorang pria tua dengan janggut putih panjang, angkat bicara. “Tuan Zhang Wei, apakah Anda merasa ini adalah undangan tulus atau ancaman terselubung?”
Zhang Wei tersenyum tipis. “Keduanya mungkin. Namun, aku tidak akan menolak undangan ini. Jika kita ingin bertahan dan berkembang, kita harus memahami musuh kita, dan kadang itu berarti mendekati mereka.”
Seorang pemuda yang duduk di barisan belakang berdiri. “Tapi, Tuan Zhang Wei, bagaimana jika ini jebakan? Kekaisaran tidak akan membiarkan seseorang seperti Anda tumbuh terlalu kuat.”
“Jika itu jebakan,” Zhang Wei menjawab dengan tenang, “maka mereka akan menghadapi konsekuensinya. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menginjak-injak kehormatan kita.”
***
Sementara itu, di istana kekaisaran, Kaisar Qin Huangming duduk di singgasana emasnya, mendengarkan laporan dari penasihat utamanya, Zhao Ming, yang baru saja kembali dari Kota Canyu.
“Yang Mulia,” Zhao Ming memulai, “Zhang Wei adalah orang yang penuh kehati-hatian. Dia tidak langsung menolak, tetapi juga tidak memberikan jawaban pasti. Dia meminta waktu untuk mempertimbangkan.”
Kaisar tersenyum tipis. “Orang yang cerdas. Dia tahu bagaimana menjaga posisinya tanpa terlihat lemah. Apa kesanmu tentang dia, Zhao Ming?”
“Dia memiliki aura yang luar biasa, Yang Mulia. Meski usianya masih muda, kehadirannya seperti seorang pemimpin yang sudah lama memegang kendali. Selain itu, kekuatannya… luar biasa. Tidak diragukan lagi dia berada di puncak ranah Martial Ancestor.”
“Martial Ancestor di usia semuda itu,” gumam Kaisar, tatapannya berubah serius. “Dia akan menjadi ancaman besar jika tidak berada di pihak kita.”
Salah satu menteri yang berdiri di samping Kaisar maju selangkah. “Yang Mulia, jika dia menolak undangan ini, apakah kita harus mengambil tindakan?”
Kaisar Qin Huangming menggeleng. “Tidak. Jika dia menolak, itu hanya menunjukkan bahwa dia masih belum cukup percaya diri untuk menghadapi kita. Namun, jika dia datang, kita akan tahu lebih banyak tentang niat dan ambisinya.”
***
Kembali di Kota Canyu, Zhang Wei berdiri di taman belakang kediamannya, menatap langit yang cerah. Dalam pikirannya, suara Lian Xuhuan terdengar lembut.
“Zhang Wei, keputusanmu untuk pergi adalah langkah yang tepat. Namun, kau harus ingat bahwa kekaisaran bukan tempat yang ramah bagi orang sepertimu. Mereka akan mencoba menguji batas kesabaranmu, bahkan mungkin menjebakmu.”
“Aku tahu, Master,” jawab Zhang Wei pelan. “Tapi aku tidak bisa terus bersembunyi. Jika aku ingin mencapai puncak dunia, aku harus menghadapi mereka yang berdiri di atas.”
Lian Xuhuan terdiam sejenak sebelum berkata, “Baiklah. Namun, bersiaplah. Kekaisaran penuh dengan intrik dan pengkhianatan. Kau harus tetap waspada.”
Zhang Wei mengepalkan tangannya. Dengan kekuatan di puncak ranah Martial Ancestor dan penguasaan Api Kosmik Nirvana, dia yakin mampu menghadapi apa pun yang menantinya di istana kekaisaran.
“Kaisar Qin Huangming,” gumam Zhang Wei, matanya bersinar tajam. “Mari kita lihat apakah kau benar-benar sehebat yang mereka katakan.”
Hari berikutnya, Zhang Wei memberi jawaban pada utusan kekaisaran. Dia menerima undangan itu, tetapi dengan satu syarat: perjalanannya ke ibu kota akan dilakukan tanpa pengawalan atau tekanan dari pihak kekaisaran. Permintaan itu diterima oleh utusan dengan hormat, meskipun ada ketegangan yang jelas dalam ekspresi mereka.
Dengan keputusan ini, babak baru dalam perjalanan Zhang Wei dimulai. Dia tahu bahwa Kekaisaran Qin bukanlah sekadar tempat untuk membangun aliansi, tetapi juga medan perang bagi mereka yang ingin bertahan hidup di dunia yang penuh bahaya ini.
Zhang Wei melangkah dengan tenang di jalan berbatu yang membentang menuju ibu kota Kekaisaran Qin. Matahari pagi memancarkan sinarnya, menghangatkan perjalanan yang ia lakukan tanpa tergesa-gesa. Meskipun tujuannya adalah istana kekaisaran, Zhang Wei memutuskan untuk menikmati setiap langkah, seolah dunia ini tidak memiliki cukup waktu untuk mengganggunya.
Setelah beberapa jam perjalanan, dia tiba di kota Yanjiang. Kota itu tidak banyak berubah sejak terakhir kali ia melihatnya, satu tahun yang lalu. Bangunan-bangunan tua yang sama, pasar yang hiruk-pikuk, dan suasana khas kota kecil yang menyimpan kenangan pahit baginya. Yanjiang adalah tempat dia dulu dibuang oleh keluarga Lin, tempat yang menjadi titik terendah dalam hidupnya. Namun, Zhang Wei tidak menyimpan dendam.
“Jika bukan karena mereka membuangku,” gumamnya pelan sambil melangkah masuk ke pasar, “aku mungkin tidak akan berada di posisi ini sekarang.”
***
Sementara itu, di sisi lain pasar, seorang pria paruh baya dengan pakaian pelayan rapi berjalan dengan tergesa-gesa. Wajahnya, yang dihiasi kerutan akibat usia dan pengalaman, tampak cemas. Pria itu adalah kepala pelayan keluarga Lin, Li Zhen. Dia sedang dalam perjalanan untuk membeli beberapa barang mewah atas perintah langsung dari kepala keluarga. Namun, langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sosok yang tidak asing.
Dia melihat seorang pemuda berwajah tenang, mengenakan pakaian sederhana namun elegan, berjalan perlahan di tengah kerumunan. Li Zhen terdiam. Itu tidak mungkin... pikirnya. Tapi semakin lama dia memperhatikan, semakin yakin dia bahwa orang itu adalah Zhang Wei, anak yang dulu mereka usir tanpa ampun.
Dengan ragu, Li Zhen mendekati Zhang Wei. Suaranya gemetar saat dia memanggil, “Kau... Zhang Wei?”
Zhang Wei berhenti dan menoleh. Dia mengenali wajah itu dalam sekejap. Li Zhen, kepala pelayan yang dulu dengan dingin mengusirnya keluar dari rumah keluarga Lin, kini berdiri di hadapannya dengan ekspresi tak percaya.
“Li Zhen,” ujar Zhang Wei dengan nada datar, matanya tajam menatap pria itu. “Sudah lama sekali.”
Li Zhen menelan ludah, tidak tahu harus berkata apa. Sosok Zhang Wei yang sekarang benar-benar berbeda dari anak tak berguna yang dulu dia hina. Wibawa yang terpancar dari pemuda itu membuat Li Zhen merasa kecil dan tidak layak berdiri di depannya.
“Tuan Zhang Wei,” kata Li Zhen dengan nada penuh penyesalan, membungkukkan tubuhnya dalam-dalam. “Saya… saya tidak tahu harus berkata apa. Dulu, kami melakukan kesalahan besar…”
Zhang Wei tersenyum tipis, tapi senyuman itu lebih terasa seperti ancaman daripada tanda keramahan. “Kesalahan besar? Menurutku, keputusan keluarga Lin waktu itu tidak salah. Mereka hanya menyingkirkan seseorang yang tidak berguna.”
“T-tapi… Anda sekarang…” Li Zhen tergagap, tidak bisa menyembunyikan rasa malunya. Dia tahu bahwa keluarga Lin telah kehilangan sesuatu yang berharga, dan penyesalan itu menghantamnya dengan keras.
“Aku tidak akan berada di sini jika bukan karena kalian,” lanjut Zhang Wei dengan tenang. “Jadi, tidak perlu meminta maaf. Aku justru berterima kasih pada keluarga Lin. Mereka telah memberikan kesempatan bagiku untuk melihat dunia ini dengan cara yang berbeda.”
Li Zhen terdiam, tidak tahu bagaimana harus merespons. Di matanya, Zhang Wei kini adalah sosok yang tidak bisa disentuh oleh keluarga Lin, apalagi diabaikan. Jika kepala keluarga Lin tahu tentang pertemuan ini, dia yakin rasa malu dan penyesalan akan semakin mendalam.
“Tuan Zhang Wei,” akhirnya Li Zhen berkata dengan suara rendah, “maukah Anda memberikan kesempatan kepada keluarga Lin untuk memperbaiki hubungan kita?”
Zhang Wei menatapnya sejenak sebelum menjawab, “Aku sudah memaafkan mereka. Tapi hubungan kita… sudah berakhir. Aku tidak lagi menjadi bagian dari keluarga Lin, dan mereka tidak lagi menjadi bagian dari hidupku.”
Kata-kata itu seperti pedang tajam yang menusuk hati Li Zhen. Dia membungkuk sekali lagi, lebih dalam dari sebelumnya, sebelum berkata, “Saya mengerti. Terima kasih atas kemurahan hati Anda, Tuan Zhang Wei.”
Zhang Wei tidak menjawab. Dia melangkah pergi, meninggalkan Li Zhen yang masih membungkuk di tengah pasar. Meskipun pertemuan itu singkat, dampaknya terasa besar. Kabar tentang Zhang Wei, anak yang dulu mereka usir, kini kembali sebagai sosok yang luar biasa, pasti akan sampai ke telinga keluarga Lin.
Saat dia berjalan keluar dari pasar, Zhang Wei merasa sedikit lega. Pertemuan itu adalah salah satu penutup dari masa lalunya yang kelam.
harusnya seperti dewa iblis
dewa bagi kawan
iblis bagi musuh
ditunggu up nya Thor