Chen Miao Miao, gadis kaya yang hilang sejak kecil, ditemukan kembali oleh keluarganya di usia 17 tahun. Namun, kebahagiaannya hancur karena kelicikan Chen Xiao Wan, anak angkat yang merebut kepercayaan keluarga.
Dalam kecelakaan tragis, orang tua Miao Miao memilih menolong Xiao Wan terlebih dahulu, karena kelicikannya. ketika kedua orang tuanya kembali untuk menolong Miao Maio, mobil tersebut tiba-tiba meledak.
Mama dan Papa nya meninggal karena kesedihan nya, ketiga kakak nya tewas dengan tragis dan Xiao Wan menikmati harta keluarga mereka.
Takdir membawa Miao Maio kesempatan kedua ketika Papa dan Mama nya menjemputnya dari panti asuhan, membawa ingatan masa depan kematian keluarga nya.
Tanpa sepengetahuan Miao Miao, keluarga dan jodohnya kini dapat mendengar kata hatinya. Dengan kesempatan ini, bisakah ia melindungi keluarganya dan membalas dendam pada Xiao Wan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kunjungan Xiao Yan
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu terdengar dari luar kamar Miao Miao. Suara seorang pria terdengar tegas namun sopan.
“Permisi, Nona Miao Miao, ini kepala pelayan. Waktu makan malam sudah tiba.”
Miao Miao bangkit dari tempat tidur dengan santai. “Baik, aku segera turun,” jawabnya dengan suara lembut.
Ia bergegas ke kamar mandi, membersihkan diri dengan cepat. Setelah itu, ia mengenakan kaos putih oversize dan hotpant sederhana, rambutnya diikat kepang dua, memberi kesan santai namun tetap manis.
Saat melangkah keluar dari kamarnya, ia menuruni tangga dengan tenang menuju ruang makan. Ketika ia masuk, ia melihat keluarga Chen sudah berkumpul. Mama Fang dan Papa Chen duduk bersebelahan, sementara Xiao Yan di ujung meja, sibuk dengan piringnya.
Mama Fang menyambut Miao Miao dengan senyum hangat. “Miao Miao, sudah selesai bersiap? Ayo duduk, makan malam sudah siap.”
Papa Chen menambahkan, “Selamat datang di rumahmu, Miao Miao. Kami harap kau nyaman di sini.”
Miao Miao tersenyum lembut dan menjawab dengan nada penuh sopan. “Terima kasih, Mama. Terima kasih, Papa. Aku senang bisa makan bersama kalian malam ini.”
Kemudian Xiao Yan, dengan senyum sarkastis di wajahnya, menyapa. “Wah, Miao Miao. Kau terlihat sangat... sederhana?”
Miao Miao menoleh ke arahnya, tersenyum manis namun dengan nada yang tak kalah tajam. “Sederhana itu indah, Xiao Yan. Lagi pula, keluarga tidak butuh penampilan terbaik, yang penting hati, kan?”
Xiao Yan tersentak sesaat, senyumnya memudar, sementara Mama Fang dan Papa Chen saling bertukar pandang, tidak menyangka Miao Miao bisa menjawab dengan begitu tenang namun menusuk.
Miao Miao lalu duduk di kursi yang telah disiapkan untuknya, mengambil sendok dan garpu dengan anggun, lalu mulai menyantap makan malam. Sementara itu, suasana ruang makan kembali tenang, namun tatapan Xiao Yan sedikit lebih tajam dari sebelumnya.
Setelah makan malam selesai, keluarga Chen pindah ke ruang tamu. Papa Chen dan Mama Fang duduk di sofa utama, sementara Xiao Yan mengambil tempat di sebelah Mama Fang, seperti biasa berusaha terlihat manis di depan mereka. Miao Miao memilih duduk di sofa kecil di sudut ruangan, terlihat santai namun tetap tenang.
Papa Chen membuka percakapan dengan suara lembut, “Miao Miao, mulai besok kamu akan sekolah bersama Xiao Yan dan kakak ketigamu di sekolah yang sama. Semua kebutuhanmu seperti seragam, buku, dan ransel sudah kami siapkan dan taruh di kamarmu. Kami ingin memastikan kamu tidak kekurangan apa pun.”
Miao Miao menatap kedua orang tuanya sejenak, lalu mengangguk tanpa banyak bicara. “Baik, Pa, Ma,” jawabnya singkat, namun tetap dengan senyum manis yang terlukis di wajahnya.
Mama Fang melanjutkan dengan suara yang sedikit penuh rasa bersalah, “Miao Miao, bagaimana kehidupanmu di panti asuhan? Apa saja yang biasa kamu lakukan di sana? Kami benar-benar menyesal baru bisa menemukannya sekarang. Maafkan kami, ya, sayang.”
Miao Miao tersenyum kecil, meskipun matanya terlihat kosong. “Tidak apa-apa, Ma, Pa. Aku sudah terbiasa di sana. Semuanya baik-baik saja,” katanya dengan nada ringan.
Namun dalam hatinya, Miao Miao mendesah panjang. Heh, kalian tak tahu bagaimana aku menderita di panti asuhan, sementara kalian di sini memanjakan anak angkat kalian yang licik ini. Sayang sekali, keluarga baik ini harus mati sia-sia nantinya.
Papa Chen dan Mama Fang yang tanpa sengaja mendengar ucapan hati Miao Miao tertegun seketika. Mereka saling bertukar pandang dengan ekspresi penuh kebingungan dan kekhawatiran. Apa maksudnya? Apa yang dia sembunyikan? Dari tadi dia memang terlihat berbeda, tidak seantusias waktu kami menjemputnya. Ada masalah apa sebenarnya? pikir mereka masing-masing.
Setelah percakapan singkat itu, suasana di ruang tamu berubah menjadi hening. Akhirnya, Papa Chen berdeham pelan, “Baiklah, kalau begitu, kita semua sebaiknya istirahat. Besok Miao Miao harus bangun pagi untuk sekolah. Selamat malam, semuanya.”
Semua anggota keluarga pun bangkit dari tempat duduk mereka dan berjalan menuju kamar masing-masing. Xiao Yan sempat melirik Miao Miao dengan tatapan penuh tanda tanya, namun Miao Miao tidak menghiraukannya sama sekali. Ia melangkah santai ke arah tangga, bersiap memasuki dunianya sendiri di kamar mewahnya.
Di dalam kamar mewahnya, Xiao Yan berjalan mondar-mandir dengan penuh amarah. Matanya memerah, napasnya terengah-engah, dan bibirnya gemetar menahan emosi. "Miao Miao! Dasar anak tak tahu diri! Baru sehari di sini sudah sok pintar dan mencuri perhatian semua orang!" serunya dengan nada marah.
Tangannya mengepal begitu kuat hingga kukunya menancap ke telapak tangannya sendiri. Rasa sakit itu tidak cukup untuk meredam kemarahannya. Dengan brutal, ia menyapu semua barang di meja riasnya hingga jatuh berantakan ke lantai. Botol parfum, kaca kecil, dan perhiasan berhamburan, sementara kaca riasannya retak akibat dorongan keras.
"Aku yang seharusnya jadi anak kesayangan di rumah ini! Aku yang selalu mereka perhatikan! Lalu dia datang begitu saja dan mau merebut semuanya dariku? Tidak akan! Aku tidak akan membiarkannya!" teriaknya lagi.
Tangannya menyambar bingkai foto kecil di meja rias yang berisi gambar dirinya bersama Mama Fang, Papa Chen, dan ketiga Kakak laki-laki angkatnya. Ia melemparkan bingkai itu dengan keras ke dinding, membuat kaca bingkai itu pecah berkeping-keping.
"Sialan! Kenapa mereka begitu baik padanya? Aku sudah lama di sini! Aku yang lebih pantas menjadi anak mereka!" teriaknya histeris, matanya dipenuhi amarah bercampur air mata.
Xiao Yan menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Namun pikirannya dipenuhi rencana licik. Ia menoleh ke meja kecil di sudut ruangan, di mana sebuah kotak beludru yang diberikan Mama Fang saat ulang tahun terakhirnya tergeletak. Matanya menyipit penuh dendam.
"Aku akan memberikan pelajaran untukmu, Miao Miao," gumamnya dengan nada dingin. Ia mengambil kotak itu, menyelipkannya di balik bajunya, lalu melangkah keluar kamar dengan langkah cepat dan penuh tujuan menuju kamar Miao Miao.
Ketukan pelan terdengar di pintu kamar Miao Miao. Ia membuka pintu dan mendapati Xiao Yan berdiri di sana dengan senyum yang terlihat begitu ramah.
Miao Miao menatapnya sejenak, lalu berkata, “Ada apa, Xiao Yan?”
“Aku hanya ingin mampir sebentar, Miao Miao,” jawab Xiao Yan dengan nada lembut. “Boleh aku masuk?”
Miao Miao mengangguk kecil dan membuka pintu lebih lebar. “Tentu, masuklah.” Nada suaranya sopan, tetapi tetap datar tanpa emosi. Ia mempersilakan Xiao Yan duduk di sofa di dekat jendela besar.
Xiao Yan mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar. Matanya berhenti sejenak di tempat tidur berkanopi dengan seprai putih bersih, kemudian pada meja kecil di sudut ruangan. Ia tersenyum, berusaha menyembunyikan rasa puas dalam hatinya. Kamar ini memang mewah, tapi tetap saja tidak sebanding dengan milikku, pikirnya.
“Kamar ini indah sekali, Miao Miao. Papa dan Mama benar-benar mempersiapkannya dengan baik untukmu,” ucap Xiao Yan sambil duduk dan bersandar santai di sofa.
“Ya, mereka sangat baik,” jawab Miao Miao tanpa menoleh, berdiri di dekat meja kerjanya dengan wajah yang tetap tenang.
Xiao Yan tersenyum manis, meskipun hatinya penuh dengan niat lain. "Miao Miao, bagaimana kalau kita berkeliling rumah besok? Aku bisa menunjukkan semua tempat favoritku. Siapa tahu kamu bisa menemukan sesuatu yang kamu sukai."
Miao Miao menatapnya sekilas, bibirnya melengkungkan senyum kecil. “Terima kasih, tapi aku belum yakin. Aku ingin istirahat dulu untuk beberapa hari.”
“Oh, tentu saja,” Xiao Yan menanggapi dengan nada penuh pengertian, tetapi hatinya mencemooh. Tentu saja kau tidak ingin keluar. Kau pasti malu dengan betapa tidak pentingnya dirimu di rumah ini.
Setelah berbincang ringan selama beberapa menit, Xiao Yan memutuskan untuk melaksanakan rencananya. Sambil tersenyum, ia meraih barang yang ia bawa dan dengan gerakan licin, menyelipkannya di bawah bantal sofa. Setelah itu, ia kembali menatap Miao Miao dengan senyum tulus palsu.
“Aku rasa aku harus kembali ke kamarku sekarang,” kata Xiao Yan sambil bangkit berdiri. “Selamat malam, Miao Miao. Istirahatlah yang nyenyak.”
Miao Miao mengantar Xiao Yan ke pintu, senyumnya terlihat tipis tetapi dingin. “Selamat malam, Xiao Yan. Tidurlah yang nyenyak.”
Xiao Yan melangkah keluar, menolehkan kepala sekali lagi untuk melihat Miao Miao sebelum pintu ditutup. Dalam hatinya, ia tersenyum puas. Kali ini, dia pasti akan mendapatkan hukuman yang pantas. Mari kita lihat bagaimana Mama dan Papa bereaksi terhadapmu, pikirnya penuh kemenangan.
Di dalam kamar, Miao Miao berdiri dengan punggung bersandar pada pintu yang baru saja ditutupnya. Bibirnya melengkung menjadi senyum kecil penuh arti. Tentu saja dia merencanakan sesuatu. Xiao Yan selalu seperti ini, licik dan penuh tipu daya. Sayangnya, aku tidak akan mudah terjebak, pikirnya. Dia tahu ada sesuatu yang telah ditinggalkan Xiao Yan di kamarnya, dan ia tidak berniat membiarkan hal itu.
Miao Miao berjalan perlahan ke sofa tempat Xiao Yan duduk tadi. Ia memeriksa setiap sudut dengan teliti, matanya tajam mencari sesuatu yang mungkin tertinggal. Tidak butuh waktu lama, ia menemukan sebuah kalung sederhana yang terletak di balik bantal sofa.
Miao Miao memegang kalung itu di tangannya, menatapnya lekat-lekat. Senyum tipis terukir di wajahnya. Kalung ini… persis seperti yang Xiao Yan gunakan untuk menjebakku di kehidupan sebelumnya. Satu-satunya perbedaan adalah tempatnya. Dulu di kamarnya, sekarang di kamarku sendiri, pikirnya sambil memutar kalung itu dengan ujung jarinya. Licik sekali kau, Xiao Yan. Sayang sekali aku sudah jauh lebih pintar sekarang.
Tanpa membuang waktu, ia berjalan ke balkon kamarnya yang luas. Ia melangkah perlahan, memastikan tidak ada seorang pun di sekitar yang bisa melihatnya. Ia memandang taman bunga yang terhampar indah di bawah sana. Setelah memastikan area itu cukup terbuka dan mudah terlihat, ia melemparkan kalung itu dengan gerakan sempurna. Kalung itu melayang dan jatuh tepat di tengah taman bunga.
Senyum di wajah Miao Miao semakin melebar. Besok pagi, seseorang pasti akan menemukannya. Drama ini akan segera dimulai, pikirnya puas.
Ia kembali masuk ke kamarnya dengan langkah santai, menutup pintu balkon dengan tenang. Setelah memastikan semua tirai tertutup, ia naik ke tempat tidurnya yang nyaman. Dengan pikiran penuh kemenangan, Miao Miao merebahkan diri, menarik selimut, dan tersenyum senang. Biarkan Xiao Yan bermain dengan permainannya sendiri, aku akan pastikan dia tidak bisa menang.
📢
Jangan lupa untuk follow author dan tekan tombol like serta tinggalkan komentar agar cerita ini bisa terus berlanjut! Dukungan kalian sangat berarti dan menjadi semangat bagi author untuk terus berkarya. Terima kasih sudah meluangkan waktu membaca cerita ini. Jangan lupa juga cek karya lainnya, ya! Selamat membaca dan menikmati kisah seru ini. 📝
semangat lanjut karya baru lagi thor ...
ngga bisa di lepas
namanya miao miao 😘😘😘