Eca Permatasari janda ditinggal mati yang harus berjuang untuk meneruskan hidup tanpa suami tercinta.
Dikenalkan dengan Eldhin, pria muda yang mengalami nasib serupa ditinggal pasangan nya.
Namun Eldhin ditinggal karena kekasih nya menikah, membuat sifatnya menjadi dingin karena frustasi yang dia rasakan.
Disaat Eca sudah mencintai Eldhin, ada sebuah kejutan besar yang terjadi di kehidupan pernikahan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rofiwan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
06. Makam Suami Dan Orang Tua.
Eldhin dengan wajah tak berdosa, langsung melepas rengkuhan pinggang Eca saat nyasar di samping tubuh nya.
Nafa saat ini sedang menghampiri Eldhin dengan aura kecemburuan nya.
Sampai nya di sisi mereka, Nafa langsung mengomel seperti burung beo dengan nada cempreng yang khas.
"Jangan genit sama pacar orang ya mbak!" Labrak Nafa kepada Eca.
Eca menoleh karena dia sedikit tersinggung "Lah dia yang genit main peluk, kok saya yang disalahin?, dipikir nya saya mau dipeluk sama pria jelek itu? Enggak ya sorry-sorry aja" Kata Eca dengan nada sewot, berekpresi konyol dengan memutar bola matanya.
Setelah perkataan Eca yang menyinggung perasaan Eldhin, akhirnya dia bersuara "Saya bawa cermin, apa kamu mau ngaca?" Kata Eldhin dengan nada dingin.
Eca yang sudah tersinggung semakin tersinggung lagi dengan perkataan Eldhin yang tajam, Fatimah langsung melerai pertengkaran mereka yang sudah menjadi pusat perhatian pengunjung kafe.
Fatimah langsung membawa Eca pulang ke rumah nya, sedangkan Eldhin masih keadaan tenang sambil menatap kedua punggung wanita yang menurutnya sangat menyebalkan.
"Kamu kenal dengan mereka?" Tanya Nafa ke Eldhin dengan raut wajah menahan cemburu.
Eldhin menggeleng kepala dengan wajah datar yang khas, lalu netranya latah menoleh ke arah dompet Eca yang tertinggal di kursi yang dia duduk barusan.
Eldhin mengambil dompet itu dan meninggalkan Nafa yang sedang berkacak pinggang sambil berjalan ke tempat duduk. Pengunjung yang melihat kompak mengerut kening saat dengar Nafa sedang berbicara sendiri.
Di parkiran sana, Eldhin mengetuk kaca mobil yang sudah di tutup oleh Eca. Tak kunjung dibuka, Eldhin lekas memperlihatkan dompet milik Eca.
Barulah disitu Eca membuka kaca jendela.
"Kamu maling ya?" Sebuah kalimat dari Eca yang tersembur dari mulut nya, membuat raut wajah Eldhin menjadi penuh kerutan kening.
"Tertinggal bodoh" Jawab Eldhin dengan nada dingin, tatapan wajahnya pun sinkron dengan nada bicara nya.
Eca membuka pintu mobil, karena dia sudah tersinggung dengan mulut Eldhin yang barusan menyemburkan kata-kata tidak enak.
"Bodoh? Saya tidak bodoh! Tutup mulut kamu!" Kata Eca dengan tatapan tajam.
Eldhin menarik nafas panjang, dia memilih bungkam dan tak menanggapi ocehan dari Eca, dia sadar karena meladeni hanya akan membuat telinga nya rusak.
"Kenapa diam kamu bocah!" Kata Eca dengan nada bicara satu oktaf dari yang sebelumnya.
Eldhin terdiam, yang dia lakukan sekarang hanyalah menatap dingin ke arah Eca yang suaranya sedang cempreng seperti burung beo.
"Ca, ayolah kita pulang aja, kamu gak capek apa dari tadi ribut terus sama cowok itu?" Kata Fatimah, sampai dia keluar dari dalam mobil untuk melerai pertengkaran mereka.
"Sayang!" Pekik Nafa dengan wajah memerah karena menahan malu.
Eldhin tidak mendengarkan ocehan Nafa, dia bahkan mengulurkan tangan kanan nya ke samping, tepat di depan wajah Nafa. Percuma juga ditanggapin, tatapan Eldhin pun masih terpaku di depan wajah Eca.
"Tuh urus wanita kamu!" Kata Eca dengan gerakan frustasi, Ia balik badan untuk kembali masuk ke dalam mobilnya.
Tak lama berselang, mobil Eca telah sampai di pekarangan rumah Fatimah. Eca keluar mobil dan mengunci mobil itu.
Netranya melihat Ravid yang sedang di gendong oleh asisten rumah tangga nya.
"Mamaaa" teriak Ravid dengan senang setelah melihat Fatimah keluar dari pintu mobil.
Fatimah dengan Eca langsung menghampiri anak kecil itu, sebelum Eca pulang ke rumah nya, dia memberi mobil remot mainan untuk anak laki-laki nya Fatimah.
Fatimah sendiri bingung harus memberi reaksi seperti apa, karena dari kemarin Eca sangat baik kepada anaknya.
Eca bangkit dari jongkok nya, dan menatap ke arah Fatimah dengan kedua sudut bibir yang terangkat sempurna.
"Fati, aku mau langsung pulang ke rumah ya" Kata Eca dengan senyuman.
Fatimah merespon dengan anggukan senyum "Terima kasih banyak ya beb atas mainan nya, Ravid senang banget." Katanya.
Eca mengacungkan jempol untuk Fatimah, dia pun langsung kembali ke mobil nya.
**
Besok harinya.
Eca memarkirkan mobilnya di area parkir tempat pemakaman kedua orang tua, sekaligus makam suami nya.
Dia berjalan dengan tatapan sedih, mengingat masa lalu yang begitu sangat menyedihkan.
Langkah kakinya terhenti setelah melihat nama di ketiga batu nisan yang saling berdekatan.
"Mama, Papa, mas Niko, maaf ya Eca telat baru mengunjungi kalian lagi" Kata Eca yang sekarang mulai berjongkok untuk menatap nama seseorang yang paling dia rindukan.
Niko Dinata, Susilowati, dengan Roby Wisana
Dibawah nama nya lengkap dengan tanggal lahir dan tanggal kematian yang sama.
Eca menabur bunga di setiap ketiga makam itu, lalu dia menghening sejenak untuk mengirim doa untuk mendiang orang tersayang nya.
"Lihat Eca pah, mah, mas Niko, Eca sekarang sudah menjadi orang sukses dengan apa yang kalian inginkan dulu" Gumam Eca yang mulai meneteskan air mata sambil menunduk kepala, lalu dia mendongak dan menoleh ke makam nya Niko.
"Untuk mas Niko, mungkin ini terbilang sadis, mohon maaf mas, izinkan Eca untuk menikah lagi ya" Bisik Eca di depan nisan Niko, setelah Eca bilang seperti itu dia mengecup nisan itu dengan durasi cukup lama. Tersenyum penuh arti sebelum akhirnya Eca meninggalkan area makam.
Eca melanjutkan perjalanan nya menuju rumah Bu Siti, yang dimana Eca di telepon nenek nya Eldhin untuk makan bersama keluarga dari Eldhin.
Mobil pun telah sampai di depan rumah Eldhin, Eca di sambut baik oleh Bu Siti, nenek dari Eldhin.
Eldhin sendiri menyambut Eca tidak begitu baik, mengingat sifat Eca yang sangat dibenci oleh Eldhin saat di restoran kemarin.
"Eca sini" Teriak Tiffany yang sudah lebih dulu datang bersama Bu Idah.
Eca pun menoleh dan melongo kenapa kakak nya bisa ada disini. "Loh kok ada...."
"Ibu yang panggil mereka kesini Ca" Tukas Bu Siti dengan nada serak.
"Eh?" Kata Eca mengerut kening sambil menoleh ke sumber suara.
Eca sendiri belum kenal dekat dengan Bu Siti, tapi kenapa beliau sudah tau nama nya? Aneh.
"Eh iya bu, hehe" Kata Eca dengan terpaksa mengikuti alur dari Bu Siti.
"Sini duduk ca, gak baik berdiri terus, sudah kaya satpam aja kamu" Kata Bu Siti.
"Hih, sifatnya sebelas dua belas sama cucu nya, judes amat!" Gerutu dalam hati Eca, hampir saja suaranya pecah, dan nyaris terdengar di telinga nya.
Dengan berat hati, Eca pun duduk untuk memenuhi panggilan syukuran kecil ulang tahun dari Bu Siti.
Tak lama, Eca yang sedang asik makan, mendadak mendongak tipis ke arah Tante nya Eldhin yang sedang berbisik liar tentang Eca.
Eca tidak peduli, walau bisikan mereka sangat mengganggu kenyamanan nya.
Tok.. Tok..
Pintu rumah tiba-tiba di ketuk..
Saat pintu sudah dibuka oleh asisten rumah tangga, Daffa pun masuk dan Eca membelalak mata sempurna, kenapa ada salah satu karyawan nya datang ke rumah Eldhin.
"Loh Daffa??"
"Ca, apa kamu kenal cucu nenek yang satu ini?" Timpal Bu Siti.
"Kenal, dia salah satu karyawan saya di perusahaan" Jawab Eca.
Eldhin yang dari tadi diam karena fokus makan, dia langsung mendongak, lalu memutar bola mata untuk melihat Daffa yang sedang bercengkrama baik dengan Eca.
Garpu dan sendok nya pun tiba-tiba di taruh dengan kasar di piring, dan Eldhin pamit ke keluarga untuk pergi mengunjungi rumah pacarnya.