NovelToon NovelToon
Janda Miskin Menjadi CEO

Janda Miskin Menjadi CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Poligami / CEO / Janda / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Sherly

"Heh, bocil? Nanti setelah ini aku minta di traktir ya." Goda adrian.

"Adrian!? Mulai deh kamu?." Ketus shely.

"Nggak mau!?, om adrian banyak makannya." Tebak aqilla membuat semua orang di sana tertawa.

"Ye? Mana ada aku makan banyak!? Lagian yang kamu pesankan, semua makanan nya hanya seumil. Gimana nggak makan banyak,." Jawabnya asal.

"Iss maruk, om adrian nya." Ujar aqilla namun tangan adrian mulai usil. Ia pun mulai menarik pelan hijab aqilla.

"Bundaaaaa!?." Teriak aqilla yang taj terima, jika hijab nya ditarik.

"Aduh sayang ampuuunn!!!!?." Pekik adrian yang merasakan nyeri di pinggang, akibat cubitan ulfa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sherly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 Sepucuk surat bu mirna seri 2

.

.

.

Dirasa semua aman kini adrian dan shely, pergi ke dalam sebuah ruangan kerja adiknya.

"Mbak? Seperti nya mau berbicara serius nih, emang kenapa mbak, apa ini ada sangkut pautnya dengan mereka yang mbak bawa kesini?." tanyanya dan jawaban itu diangguki oleh shely.

"Mbak mohon dek, karna kemungkinan aqilla sangat membutuhkan mbak." ujarnya sehingga adrian termenung sejenak.

"Emang dia siapa mbak?." tanyanya lagi.

"Jadi tadi mbak ketemu anak kecil di depan kantor mbak, dia terlihat membawa keranjang, dan ternyata dia sedang berjualan, nah yang mbak pikirin kenapa gitu anak sekecil dia harus belajar mencari uang, bukannya sepantaran dia itu harus nya belajar. Nah dari situ mbak penasaran? jadi mbak anter dia, ternyata dia tidak tinggal sendiri, sehingga terjadilah percakapan panjang yang membuat mbak terharu ikut sedih." kini shely pun menceritakan semuanya tentang asal mula aqila dibesarkan sama bu mirna, dan bi mirna yang sekarang harus tinggal di rumah kumuh.

Tak terasa hati adrian ikut tersentil sehingga bola matanya mengembun, sekali berkedip saja pasti akan terjatuh.

"Jadi mau mbak sekarang apa?." tanya adrian

"Mbak jadi keingat anak dek, hiks." kini air mata shely pun terjatuh ketika ia teringat anaknya. Yang belum sempat ia melihatnya disaat terakhir sebelum di makamkan.

Adrian pun mendekat pada sang kakak, lalu memeluknya erat, ia juga merasakan hal yang sama dengan kakak nya.

"Sudahlah mbak, adrian tau betapa hancurnya dulu kakak, saat bersama mas aldi, jadi sekarang adrian paham kemana arah mbak, dan apa yang mau dibicarakan, mbak mau anak itu menjadi anak angkat mbak kan?." tebak adrian dan shely pun mengangguk.

"Mbak, apapun yang mampu membuat mu bahagia, adrian tak melerai nya, asalkan semua itu baik buat sekitarnya?." sambungnya lagi dan seketika shely pun tersenyum.

"Makasih dek, makasih." hanya itu yang bisa shely jawab dan adrian pun manggut-manggut.

"Okeh, mbak ingin sekarang meminta tolong, bawahan mu untuk membawa bu mirna berobat, ntah itu keluar negri sekalipun, aku nggak masalah. Dan setelah bu mirna sehat seperti semula, mbak minta bu mirna untuk menginap disini ya, biar saja dia ikut bantu-bantu dirumah ini, lagian juga sebentar lagi kan istrimu akan lahiran, jadi biar bu mirna yang merawat anakmu, mbak yakin kok jika beliau adalah orang yang baik." katanya penuh yakin.

"Baik mbak, adrian nggak keberatan kok." jawabnya sambil tersenyum.

.

.

**

Di rasa urusan mereka kelar, kini adrian dan shely keluar dari satu ruangan, dan disana terlihat ulfa sedang melayani anak kecil, untuk mengambilkan makanan.

"Gimana kamu suka nggak dengan makanan tante." tanya ulfa pada anak kecil yang kini sudah terlihat cantik, dengan memakai bando pink serta dres panjang, yang kini terlihat senang dengan menu makanan diatas meja.

"Enak tan, aqil suka dengan makanan semua ini." jawabnya dengan girang.

"Sepertinya ulfa senang mbak jika anak itu ada disini, dan lihat lah istriku sekarang tampak bahagia sekali?." ujar adrian pada shely yang sependapat pada adiknya itu.

Akhirnya mereka pun bergegas menghampiri ulfa juga qila.

"Eh, mbak, mas adrian, ayo makan dulu sini?." ajak ulfa dengan semangatnya.

"Iya dek, oh ya mana bu mirna?." tanya shely yang mencari seorang wanita yang bersamanya tadi.

"Eh iya mbak, tadi dia pamitnya mau ketoilet deh, coba mbak cari aja sapa tau masih di toilet?." ujar ulfa namun saat hendak berdiri, shely pun mencekal tangannya.

"Udah kamu duduk aja, biar aku yang ketoilet." katanya lalu meninggalkan ruang makan, dan kini shely berjalan menuju kamar mandi dapur, juga kamar mandi depan, namun nihil sehingga ia menemukan secarik kertas. Shely pun mengambil lalu membacanya.

"Assalamu'alaikum nak, 

Maafkan ibu jika ini kesanya membuat mu kecewa, bukan maksut ibu harus meninggalkan rumah adikmu, tapi ibu tidak bisa menerima tawaran kamu. Ibu tau jika kamu adalah orang yang baik, maka dari itu kebaikanmu cukuplah merawat aqillah, Kamu sudah mau merawat dan menganggap aqila seperti anakmu sendiri, ibu sudah jauh lebih lega, karna sekarang aqilla tidak lagi merasakan kelaparan saat bersamaku, tolong jaga anak itu dengan baik.

Aku yakin kalian adalah orang-orang yang baik, dan saya ingin kepergian ku kelak tidak membuatnya kesepian, sekarang akhirnya saya lega, aqilla bisa diadopsi pada orang yang baik seperti kalian, saya pamit ya neng, jangan cari saya lagi fokus lah tujuan mu untuk aqilla, masalah penyakit saya tidak usah dihiraukan, lagian kata dokter sakitku tidak bisa disembuhkan lagi. Trimakasih sekali lagi. Semoga aqilla bahagia berama kalian, dan berkas kematian juga akte semua tentang aqilla sudah saya taruh di kamar bibik saya pamit.

Assalamu'alaikum 

Salam bu mirna.

Kini tak habis pikir kepada bu mirna, namun apa boleh buat, dirinya juga tidak bisa memaksanya, hanya saja ia juga khawatir dengan kondisi beliau,

Lalu ia pun berjalan gontai kearah meja makan, adrian ulfa yang melihat raut wajah shely, yang nampak pucat juga sembab, itupun menjadi pertanyaan di pikiran adrian juga ulfa.

"Mbak?." tanyanya.

"Hmm." hanya helaan nafas berat yang keluar dari mulut shely, ia pun segera memberikan secarik kertas.

.

.

Saat shely kembali ke ruang makan kini adrian nampak, menaruh curiga pada wajah kakaknya yang ditekuk, sehingga ia memberanikan diri bertanya.

"Mbak gimana?." tanyanya shely pun hanya menggeleng, untung saja aqilla tak mempertanyakannya, kemungkinan ia sudah nyaman di rumah adrian.

"Ibu itu kabur, dan memberikan aqilla pada kita, mbak nggak tau nanti kedepannya gimana? Yang jelas aqilla harus tumbuh dengan kasih sayang seorang ibu, mbak ingin aqil tumbuh besar, masalah bu mirna nanti mbak minta orang buat mengawasinya, jika dipaksa kesini takutnya dia kabur lagi." adrian manggut-ia membenarkan omongan kakaknya, dan sependapat dengannya.

Kini shely menoleh pada aqilla yang nampak wajahnya yang tak ceria, ia pun ikut sedih dengan apa yang terjadi pada kehidupannya.

"Aqilla sayang?." aqila menoleh pada orang yang telah menolongnya.

"Kak hiks, ibu pergi ya? Kok aqilla nggak diajak?." kini aqilla menangis namun shely mencoba menenangkan nya.

"Sayang? Aqil katanya mau sekolah?." aqilla mengangguk.

"Jadi mulai sekarang aqilla belajar untuk menerima kehidupan baru ya? Dan aqilla sekarang boleh kok. Manggil kakak dengan sebutan mama karna sekarang? Aqil menjadi anak angkat kakak." cercanya panjang lebar.

"Tapi nanti kita cari ibu ya?." ucapnya yang sedikit memohon, sehingga tak melanjutkan makan malam nya. Shely yang merasa kasihan pada anak yang akan diangkat menjadi putrinya, kini ikut merasakan kesedihannya, awalnya tersenyum bahagia namun senyuman itu hilanng, ketika aqil mendengar ibunya yang sudah lama merawatnya, kini hilang meninggalkan dirinya.

"Iya nanti kita cari okeh? Tapi sekarang kita makan dulu abis itu tidur, dan besok kita pulang kerumah? Tapi kalau sekarang tidur di rumah om adrian dulu ya?." ujar shely yang membujuk aqilla makan, dan akhirnya ia mau makan sambil tersenyum.

"Iya mah? Emang pulang kemana." jawabnya seketika membuat shely mengembangkan senyuman, lalu mengecupnya dengan berulang-ulang, bahagia dengan cepat aqilla mau memanggilnya mama.

"Mmmh, pulang kerumah mamah dong pastinya." ujar shely sembari masih memeluk aqilla mencium nya, sehingga adrian dan ulfa pun tersenyum.

"Baik mah, tapi aku mau sosis itu." tunjuknya ke salah satu piring, berisikan sosis nugget dengan saus tomat, sosis dan lainnya memang di sediakan untuk aqilla.

Sehingga aqilla pun makan dengan lahap, membuat semua di ruang makan menatapnya, penuh dengan kebahagiaan.

.

.

Selang beberapa menit semua tampak leha-leha setelah selesai makan, kini hari sudah menujukan pukul 15:55 dimana aqilla selesai makan, aqil diajak shely kakamarnya, agar bisa beristirahat di kamar tamu, shely pun mulai merapikan ramput aqilla yang nampak indah dengan terurai.

"Nah udah dilepas ikatannya sekarang bobok yuk, kan tadi belum tdur siang."

"Iya mah?." jawabnya

Kebetulan aqilla tak lama itupun tidur, sehingga shely terbangun setelah menidurkan aqilla, ia pun memilih keluar dan menemui adk-aknya, di ruang tengah kedua adiknya pun melihat kakaknya duduk adrian pun bertanya',

''gimana mbak? aqil udah tidur?.''tanyanya shelly pun hanya mengangguk. Tak berselang lama terdengar suara pintu.

Ting, tong.

''Biar mbak yang buka aja, mungkin itu asisten mbak, tadi mbak minta bawain perlengkapan aqila?.'' jawab shely, yang mencegah adrian buat buka pintunya. dan setelah shely yang membukanya benar saja, bahwa yang datang adalah suruhannya.

''Ini sesuai kan sama yang aku minta?.'' tanya nya sambil melihat semua isi yang di bawa asistenny.

''Iya bu ini sesuai sama yang ibu minta tadi?.''jawab satu pegawai perempuan, lalu shely pun manggut-manggut.

''Yasudah sana kembali ke gudang kantor? Oh ya  asih saya minta tolong, bilangkan ke adi kalau dia hari ini ada tugas, untuk memata-matai salah satu rumah yang terletak didesa terpencil, mmh, namanya kalau nggak salah kampung duren, ntar saya kirim alamatnya ke no kamu ya? Trimakasih." pintanya dan asistennya pun manggut-manggut.

"Baik bu, nanti saya sampaikan sama pak adi, kalau begitu saya permisi." ucap asih yang berlalu meninggalkan bosnya di depan pintu, dengan menenteng barang banyak.

'Semoga kamu suka nak' batinnya yang melihat barang-barang yang ditentengnya.

Kini shelly pun masuk kedalam rumah dan kembali menutupnya sambi menenteng barang, sehingga adrian pun ikut membantu.

"Mbak sini adrian bantu."tawarnya sehingga shelly pun mengangguk.

Bersambung...

1
Sulfia Nuriawati
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!