Mereka bertemu dalam tujuan masing-masing. Seperti kata temannya dalam hubungan itu tidak ada perasaan yang dipertaruhkan hanya ada profesionalitas semata.
Bersama selama tujuh bulan sebagai pasangan suami-istri palsu adalah hal yang mudah pikir mereka. Tapi apakah benar takdir akan membiarkannya begitu saja?
"Maksudku. Kita tidak mudah akur bukan? kita sering bertengkar dan tidak cocok."
"Bernarkah? tapi aku merasa sebaliknya."
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karangkuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Bertemu Sang Pria
Kani termenung duduk di meja makan sementara tak jauh darinya ada Chika yang sedang sibuk mengecek hasil karyanya yang sedang terpanggang di dalam oven listrik miliknya. Wangi bolu coklat mengelilingi seluruh rumah, "Kenapa? Dari tadi diam tak bersemangat. Pasti kau memikirkan soal acara besok ya," ujar Chika sembari memotong kue itu menjadi beberapa bagian.
"Aku berpikir telah melakukan kesalahan," ucap Kani sambil menopang dagunya dengan tangan.
"Kau menyesal? Ayolah teman, di mana semangat juangmu." Chika mengeluarkan sebotol minuman rasa jeruk dan menaruhnya di hadapan Kani.
Kani merasa dirinya terlalu buru-buru dalam mengambil keputusan. Ia bahkan mengingat kembali apa saja isi kontrak yang waktu itu ia tanda tangani, bisa saja ada banyak hal yang ia lewatkan. Karena tiba-tiba ada saja hal yang mengejutkannya.
Andai bisa mengulang kembali waktu pasti ia menolak tawaran gila ini. Karena jelas ia mulai takut jika semua berjalan tidak sesuai dengan apa dia pikirkan.
Kani menghela nafas panjang, "Aku tidak tau akan bertemu dengan keluarganya secepat ini. Aku bahkan belum pernah melihat pria itu Chika. Jika seandainya kami tidak cocok pada pertemuan pertama apa aku bisa mundur? maksudku hal itu mungkin saja bisa terjadi kan." Chika menyodorkan sepiring bolu coklat kehadapan Kani dan duduk di sampingnya.
"Kau masih belum sepenuhnya yakin ya? Kalau soal Baswara kujamin kau tidak akan kecewa dengannya, dia pria idaman semua wanita." Sejujurnya Kani belum terlalu tau banyak tentang pria itu.
"Coba ceritakan lagi tentang pria itu, beritahu aku apapun yang belum aku tau," desak Kani penasaran dan dibalas Chika dengan pikiran penuh informasi tentang pria itu.
"Seperti yang sudah aku katakan sebelumnya namanya Baswara Duta Rastomo, umur 35 tahun. Kalau soal penampilan kau akan melihatnya sendiri yang pasti dia lebih tampan daripada Axel aku jamin. Baswara anak bungsu yang punya seorang kakak perempuan yang sudah menikah dengan pilot dan punya satu orang anak. Ayahnya sudah meninggal dan sekarang hanya punya seorang ibu yang sedang sakit. Jika ada yang bisa mengendalikan pria dingin itu maka dia adalah ibunya. Sejauh yang aku tau tentang Baswara dia tipe orang yang sangat serius dan bukan pria yang suka bergaul kesana kemari sebagian besar waktunya dilakukan hanya untuk bekerja. Setelah ayahnya meninggal dia menduduki posisi CEO di Hotel Wisteria dan dia yang memantau sendiri operasional di hotel itu," jelas Chika sembari menikmati kue coklat hasil buatannya dengan sangat bahagia.
"Dia sudah cukup berumur untuk menikah. Maksudku, menikah sungguhan. Apa dia tidak punya pacar atau semacamnya?" tanya Kani penasaran.
"Ada seseorang yang pernah dia cintai tapi aku tidak pernah bertemu. Axel pernah menceritakannya dulu sekali. Pria itu pernah punya seorang yang sudah dipacarinya cukup lama tapi kemudian wanita itu pergi meninggalkan Baswara untuk mengejar karirnya di luar negeri. Setelah itu yang aku tau dia tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Yah, setidaknya sampai ide gila ini muncul." Kani merasa bahwa dia harus mejaga jarak dengan pria itu sampai masa kontrak berakhir.
Setidaknya dia harus profesional tapi dengan batasan yang jelas karena sewaktu-waktu bisa saja sang wanita yang pergi itu muncul dan mereka akan kembali bersama, dia tidak ingin membuat siapapun salah paham.
***
Akhirnya hari yang ingin dihindari Kani tiba juga, hari di mana dia akan bertemu dengan keluarga besar dari pria itu dan tentunya bertemu dengan pria itu juga.
Setelah dia pergi ke salon untuk menata rambut dan riasan wajahnya, dia pun bergegas kembali ke rumah dan mengeluarkan sepotong pakaian yang sudah lama dia beli namun tidak pernah ia pakai.
Kani memakai Mid Length Dress dengan motif gingham berwarna abu-abu hitam dibuat dari bahan rajutan dan di bagian pinggang terdapat aksen pita berwarna putih dengan lengan yang pendek membuat dia terlihat elegan dan mempesona di saat yang bersamaan. Kani telah selesai memeriksa dirinya di cermin yang terlihat sangat cantik, rambut hitam panjangnya dibiarkan terurai jatuh.
Kani memeriksa jam dinding yang dia rasa sudah sekitar 15 menit ia menunggu jemputan untuk pergi ketempat itu, tak lama sebuah mobil berhenti di depan rumahnya lalu turunlah seseorang yang pernah dilihatnya, si sekertaris.
Jona ditugaskan untuk menjemput Kani di rumahnya dan dengan segera membawanya pergi menuju rumah keluarga besar bosnya. Di dalam mobil Jona melirik dari sudut matanya tampak wanita itu agak tegang seolah-olah akan pergi ke persidangan yang membahayakan hidupnya, dia berusaha untuk meringankan pikiran wanita itu.
"Nona Kani tenang saja. Keluarga besar Rastomo semua orang yang baik, di sana anda pasti betah."
"Aku tidak tau kalau harus mengikuti hal semacam ini juga," ucapnya khawatir.
"Ibunya memaksa. Tenang saja dan percaya pada pak Baswara." Jona tampak yakin bahwa bosnya akan menjadi penyelamat Kani malam itu.
Perjalanan itu tidak memakan waktu yang lama sampai akhirnya ia tiba di sebuah rumah besar bergaya eropa klasik dengan halaman depan yang sangat luas dan bagunan yang didominasi dengan warna putih.
Kani melangkah masuk menyusul Jonathan yang sudah lebih dulu berjalan d depannya menuju sebuah ruangan, Jona memberi isyarat agar Kani menunggu di luar sementara dia masuk ke dalam terlebih dahulu. Tak lama dia keluar lagi dan menyuruh Kani masuk.
"Masuklah nona Kani, ada yang ingin bicara denganmu." Dengan rasa sedikit khawatir Kani melangkah masuk.
Suasana di ruangan itu tidak terlalu terang dan di dalamnya terasa seperti ruang kerja dengan ada beberapa rak buku menjulang tinggi yang tertangkap di mata Kani.
Di tengah ruangan ada seseorang yang sedang berdiri membelakanginya. Dia tampak sibuk dengan berkas yang ada di meja depannya, jangan-jangan dia?
Suasananya kian hening dan hanya terdengar goresan pena dari pria di hadapannya itu. Sementara Kani sangat gugup sembari memegang erat tasnya. Tiba-tiba pria itu meletakkan berkas yang dari tadi menyita perhatiannya dan berdiri menghadap Kani dengan tubuh yang bersender mantap ke meja yang ada di belakangnya.
Kani melihat paras wajah pria di hadapannya. Dia ingat pernah melihatnya di suatu tempat. Ya, dia si pria tampan yang waktu itu datang untuk membeli cincin. Yang kini ia rasa bisa lihat berada dalam kotak berwarna biru tua yang berada di sudut meja tepat belakang pria itu. Kani semakin yakin sekaligus khawatir tebakannya benar kalau pria ini adalah orang yang akan dinikahinya nanti.
"Akhirnya kita bertemu," ucap pria itu dengan suara berat tapi masih terdengar merdu di telinga Kani. Rasanya tidak masuk akal, bagaimana bisa dia akan menikah dengan pria itu.
Dengan ekspresi serius ia mengamatinya dari ujung kepala hingga kaki seolah Kani adalah mahluk langka yang baru diketahui spesiesnya setelah proses penelitian panjang. Dengan gugup Kani membalas tatapan tajam sekelam malam dari matanya.
"Kau?" Kani tanpa sadar menunjuknya.
Dengan ekspresi wajah yang dingin dan serius menatap lawan bicaranya pria itu menjawab dengan lugas, "Ya, aku Baswara. Orang yang akan menjadi suamimu."