Jessica Adams harus mengalami hukuman selama enam tahun lamanya di dalam penjara karena dianggap lalai dalam mengemudi mobil, hingga menyebabkan seorang model bernama Natasha Linzky meninggal dunia.
Kekasih Natasha, Axel Ray Smith, menaruh dendam luar biasa hingga memaksakan sebuah pernikahan dengannya yang saat itu dalam keadaan lumpuh. Siksaan tubuh dan jiwa menyebabkan Jessica akhirnya mengalami trauma dan depresi, bahkan Axel menceraikannya dan membuangnya begitu saja tanpa mempedulikannya.
Namun yang tidak diketahui oleh Axel adalah bahwa ia telah menitipkan benihnya pada seorang wanita yang ia anggap sebagai musuhnya. Apakah masih ada benang merah yang mengikat keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKU KUAT!
“Dad?!” Jessica tak percaya Daddynya akan mengatakan hal seperti itu. Apa yang kedua pria itu lakukan saja Jessica tidak tahu menahu dan kini Dad Jordy mengatakan bahwa dirinya bukan lagi putrinya.
“Ikut dengannya. Ia sudah membelimu! Jangan melawan dan jangan membantah! Setidaknya buat dirimu berguna bagi keluarga ini,” kata Dad Jordy, membuat Jessica meringis menahan sakit namun tak berdarah di dalam dirinya.
**
“Apa yang sebenarnya kalian inginkan?” tanya Jessica pada Jimmy saat mereka sudah berada di dalam mobil.
Jessica tertawa kecil seakan mengejek dirinya sendiri. Pertanyaannya sama sekai tak ditanggapi oleh Jimmy.
Apa yang kamu harapkan, Jess? Berharap ia bersikap sopan padamu dan menjawab semua pertanyaan yang kamu tanyakan? Jangan berharap pada siapapun atau bahkan pada dunia ini, karena kamu tak akan mendapatkan apapun. Bahkan kedua orang tuamu pun tak menginginkan kehadiranmu dan keberadaanmu dianggap kesiallan bagi mereka. - batin Jessica.
Hingga mobil tersebut melaju dan kini memasuki halaman sebuah mansion besar. Jessica turun dan menatap bangunan besar itu. Ia seakan sudah tahu apa yang akan ia hadapi di dalam sana.
“Silakan masuk. Tuan sudah menunggu anda di dalam,” kata Jimmy mempersilakan.
Jessica menghela nafasnya pelan kemudian mengikuti langkah Jimmy memasuki Mansion besar itu. Di dalam mansion itu, hanya tinggal Axel dan kedua asistennya. Ia memang sengaja berpisah dari kedua orang tuanya dengan alasan tak ingin dikasihani. Lexy dan Gia akhirnya memberinya izin, dengan catatan Axel harus tinggal bersama Jimmy dan Eric, agar kalau ada apa-apa bisa segera dibantu.
Jessica masuk ke dalam mansion tersebut. Matanya menatap ke sekeliling melihat betapa besarnya mansion tersebut. Rumah Dad Jordy tak sebesar itu, membuat Jessica masih menelisik sekeliling. Hingga sebuah suara membuatnya tersadar dari lamunannya.
“Ahhh seorang pembunuh telah tiba! Bagaimana rasanya tinggal di dalam penjara? Menyenangkan berkumpul bersama teman sepermainan?”
Mata Jessica menatap tauam ke arah Axel. Perkataan yang keluar dari bibir pria itu sungguh menyakitkan hati. Apa semua ucapannya tak pernah ia saring terlebih dahulu? Sungguh, Jessica benar-benar menyesal pernah kagum dengan pria yang ada di hadapannya ini.
Namun, mata Jessica menangkap bahwa Axel kini duduk di atas sebuah kursi roda.
Apa ia tak bisa berjalan? Apa yang sebenarnya terjadi padanya? - batin Jessica.
“Jim, siapkan semuanya!” perintah Axel, “dan kurung dia dulu agar ia tidak melarikan diri.”
“Apa maksudmu ingin mengurungku?” tanya Jessica, “aku sudah membayar kesalahanku di dalam penjara selama enam tahun. Apa itu belum cukup bagimu?”
“Cukup? Apa menurutmu enam tahun cukup untuk menggantinya? Kalau kamu tidak membuatnya meninggal, saat ini aku sudah hidup bahagia dengannya. Kami sudah menikah dan memiliki anak! Kamu menghancurkan semua impianku!”
“Bahagia? Apa kamu yakin menikah dengannya akan membuatmu bahagia?” tanya Jessica. Kalau saja Axel tahu kebenarannya, apa ia masih mau menjalin hubungan dengan Natasha?
“Tentu saja aku akan bahagia! Kamu menghancurkan semuanya, karena itu kamu juga harus ikut hancur!” teriak Axel.
Jika melihat sikapnya, aku mengerti bahwa apapun yang akan kukatakan tak mungkin ia mempercayainya. Sejak hari itu, hidupku memang sudah hancur. - batin Jessica.
Jessica diam tak menanggapi lagi perkataan Axel. Ia tak ingin membuang-buang energinya untuk mengatakan kebenaran. Biar saja Axel hidup dengan dunianya sendiri.
Jessica mengikuti langkah Jimmy menuju sebuah ruangan. Kotor dan berdebu, itulah ruangan yang ia lihat saat ini. Namun, ia tak mengeluh, membuat Jimmy sedikit menautkan kedua alisnya karena heran.
“Di sini kamar tidur anda,” kata Jimmy. Jessica diam dan masuk tanpa berkata-kata.
Ia duduk di tepi sebuah tempat tidur yang terlihat sudah usang dan kotor. Hanya seulas senyum yang bisa Jessica berikan untuk dirinya sendiri saat ini.
Tenangkan dirimu, Jess. Jika saatnya tiba, kamu akan mati dengan sendirinya. Jika belum mati, berarti masih ada sesuatu yang harus kamu lakukan di dunia ini. - batin Jessica.
**
Tak ada pengucapan janji pernikahan ataupun resepsi. Axel dan Jessica hanya menandatangani sebuah surat dari pencatatan sipil yang dilegalisasi oleh negara. Mereka berdua juga menandatanganinya di tempat terpisah.
Bukankah ia membenciku? Mengapa ia memaksakan sebuah pernikahan padaku? - batin Jessica saat melihat surat nikah di hadapannya, yang diberikan oleh Jimmy untuk ia tanda tangani.
Pernikahan biasanya terjadi antara dua orang yang saling mencintai, acara tersebut akan dihadiri oleh keluarga mereka masing-masing. Namun, tak ada cinta di dalam pernikahannya dan tak ada keluarga lagi yang ia miliki. Ia dijual, ia dibuang, ia tak diinginkan!
“Yang terjadi, terjadilah,” gumam Jessica sesaat sebelum ia menandatangani surat tersebut. Tak ada ucapan selain itu, kemudian ia memberikannya pada Jimmy.
Setelah itu, Jessica diminta masuk ke dalam sebuah ruangan yang Jessica simpulkan sebagai gudang. Tak berbeda jauh dengan ruangan yang ia tempati, tapi ini lebih banyak isinya.
“Bersihkan ruangan ini. Jangan sampai ada debu setitik pun,” jelas Jimmy.
“Aku mengerti,” jawab Jessica.
Jimmy meninggalkan Jessica sendiri. Jessica pun mulai membersihkan ruangan tersebut. Beberapa kali ia bersin dan terbatuk karena debu yang beterbangan.
Dulu saat tinggal bersama Dad Jordy, ia juga diperlakukan dengan tidak baik, namun semua kebutuhannya terpenuhi. Jessica menerima semuanya. Oleh karena itu juga, Jessica ingin secepatnya bekerja dan keluar dari rumah Dad Jordy.
Kini, ia benar-benar sudah keluar dari sana, bukan karena ia bisa menghidupi dirinya sendiri, tapi karena dijual. Miris sekali hidup Jessica, demikian pikirnya.
Jessica mengambil seember air yang akan ia gunakan untuk mengepel ruangan yang ia bersihkan tadi. Namun saat ia melangkah keluar dari kamar mandi belakang dan berjalan mendekati ruangan tadi, seseorang mendorongnya hingga ia terjatuh.
Ember yang ia bawa pun ikut terpelanting dan air pun sudah tumpah ke mana-mana. Jessica yang merasakan sakit karena siku tangannya terbentur dan sedikit terseret pun menoleh. Ia melihat Axel yang tersenyum mengejek ke arahnya.
Jessica tak membalas apapun meski ia mengumpat di dalam hatinya. Ia segera bangkit kemudian mengambil ember tersebut. Ia mengambil pel dan mulai mengeringkan lantai. Jessica sendiri dalam keadaan basah, tapi ia tak mengganti pakaiannya.
“Dasar wanita murrahann!! Sengaja membiarkan dirinya tetap basah agar bisa mempertontonkan tubuhnya. Menjijikkan!!”
Degggg
Meskipun sakit, tapi Jessica hanya bisa diam dan terus menyelesaikan pekerjaannya.
Aku kuat! Aku pasti bisa melewati semua ini. Semangat Jess! - batin Jessica.
🌹🌹🌹
terimakasih ya kak, 👍👍👍👍👍😍😍😍😍
kalo mau nggak enak. mending skip wae... terus ngorok atw ngrumpi...
kasian othor, nggak gampang lho🤭