Ziva adalah seorang penulis novel romantis yang di gemari banyak orang, suatu karya nya di notis oleh seorang sutradara.
namun mereka meminta Ziva untuk menambah sosok baru untuk membuat cerita lebih menarik lagi.
dan malam itu Ziva menciptakan tokoh figuran dengan kehidupan menyedihkan,di hamili oleh antagonis pria yang tergila-gila pada protagonis perempuan.
namun karena sesuatu yang terduga keesokan harinya, Ziva malah bertrasmigrasi ke tubuh figuran itu, dan sial nya dia berpindah setelah figuran melakukan malam panas nya.
bagaimana kelanjutan kisah nya, staytune yaaa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yulia setiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 21 kita hanya orang asing
Silas terkejut saat melihat netta sudah sadar, ia menetap netta yang terlihat menatap nya datar.
Gadis itu menyentak tangan silas yang ada di perutnya, membuat Silas menurunkan tangan nya.
"Jadi kamu sudah tau. " tanya netta datar.
"Iya, dan maaf aku... " ucap Silas terpotong oleh netta.
"Jangan membicarakan nya lagi, aku juga tidak akan meminta mu bertanggung jawab. " ucap Netta datar.
"Tapi... " ucap Silas kembali terpotong.
"Menurut mu apa, aku akan mengemis bahkan meminta pertanggung jawaban mu, seperti dulu. " ucap netta sinis.
"Bahkan aku bodoh karena masih berharap pada orang yang tidak menginginkan keberadaan ku. " ucap netta lagi.
"Kamu... " ucap Silas.
"aku mengingat semua nya, dan lebih baik semua nya seperti sekarang, kita tidak ada hubungan apapun, seperti yang kamu ucapkan dulu. " ucap netta lagi.
"Maaf karena aku mencintai orang lain. " ucap Silas.
Netta menarik nafas nya dalam saat rasa sesak tiba-tiba menghantam dada nya.
"Silas." ucap netta dengan nada lirih.
"Tidak bisakah kamu berbicara dengan lembut saat menjelaskan situasi mu saat itu. " ucap netta.
"Kamu bisa mengatakan dengan jelas jika kamu merasa risih dan juga mencintai gadis lain, bukan mengabaikan ku bahkan membuat ku terlihat mengekang mu. " ucap netta lagi.
"Kamu bahkan, membuat ku bodoh dan selalu hampir mati karena mengharapkan kepedulian mu. " ucap netta lagi.
"Silas kamu tau, aku mungkin dulu sebodoh itu, tapi jika di fikirkan lagi, apa menurut mu aku tidak merasa kehilangan saat itu. " tanya netta.
"Kedua sahabat baik ku, pergi, dengan perlahan dan itu menyakitkan. " suara netta sudah bergetar mengatakan hal itu.
Silas menatap netta yang sudah mengeluarkan air mata nya di sana, ia bisa melihat dengan jelas tatapan terluka gadis itu.
"Dan seperti nya keputusan ku sudah benar sekarang, aku tidak ingin terlihat oleh mu." ucap netta lagi.
"Bahkan di saat aku mengandung anak mu saat ini, tidak terbersit pun dalam fikiran ku untuk mengekang mu. " ucap netta sambil menangis.
"Aku tidak jahat kan Silas hiks. " ucap netta lagi.
"Aku tidak akan lagi mengganggu mu hiks. " ucap netta sambil menangis tersedu.
Silas mengepal kan tangan nya mendengar itu, mata nya sudah memerah melihat netta serapuh itu.
Dan itu karena ulah nya.
Silas bangun dari duduk nya dan memeluk agnetta erat, netta hanya diam dan masih menangis di sana.
"Maaf." lirih Silas Terus-menerus mengulang kalimat yang sama.
Netta menatap ke arah Silas yang masih memeluk nya, air matanya masih mengalir, tapi ia tersenyum tipis melihat itu.
'Seperti nya aku tau apa yang di maksud riri. 'Batin netta.
'Aku akan membuat mu mencintai Agnetta Silas, karena musuh yang sebenarnya lebih kuat dan aku tidak yakin bisa melawan nya sendirian. 'Batin nya lagi.
***
Agnetta meminta pulang setelah dokter mengatakannya jika dia baik dan keadaan calon bayi nya juga.
Tadi silas sempat menolak karena agnetta baru saja sadar, bahkan luka di sekujur tubuh nya baru di obati beberapa jam yang lalu.
"Kenapa kamu tidak pulang saja si. " ucap Netta menatap Silas bingung.
"Bukan nya kamu sendiri yang bilang, jika kamu sudah muak dekat dengan ku. " ucap Netta lagi.
"Jika kamu khawatir pada bayi ku, maka enyahkan pemikiran mu itu. " ucap Netta datar.
Gadis itu berlahan duduk, dan menurunkan kedua kaki nya ke lantai rumah sakit.
"Apa maksud mu, dia anak ku juga. " ucap Silas.
"Tidak, dia hanya! Anak ku. " ucap Netta tegas.
"Awas, aku harus pergi. " ucap Netta mendorong Silas menjauh.
"Kenapa kamu jadi keras kepala Netta. " ucap Silas marah.
"Dulu kamu tidak seperti ini. " ucap Silas lagi.
Netta terdiam, ia menundukkan kepalanya sedikit lama, lalu menatap Silas datar.
"Menurut mu di kondisi ku yang sekarang, aku harus seperti dulu. " ucap Netta datar.
"Jika aku seperti itu, apakah menurut mu aku akan bertahan hingga saat ini. " tanya Netta datar.
"kehidupan ku dulu dan sekarang, sangat berbeda, jadi jangan bandingkan semua itu sekarang. " ucap Netta lagi.
"kamu tidak tau apa apa Silas. " ucap Netta datar.
Silas terdiam, semua yang di ucapkan Netta sepenuhnya adalah kebenarannya.
Dia tidak memiliki hak, begitu juga membandingkan kehidupan nya yang dulu juga sekarang.
"Tapi setidaknya rawat dirimu dulu. " ucap Silas lirih.
"Aku tidak perduli tubuh ku, mendengar calon anak ku baik-baik saja, itu sudah cukup. " ucap Netta datar.
Gadis itu dengan langkah tertatih keluar dari ruangan rawat nya, membuat Silas menghela nafas lelah.
Laki-laki itu dengan palan, mengikuti Netta di belakang, berjaga-jaga jika Netta terjatuh nanti.
Netta berjalan pelan, hingga ia sampai di depan meja resepsionis, gadis itu mengeluarkan kartu nya dalam dompet.
"Permisi, pembayaran untuk kamar xx. " ucap Netta pada petugas nya.
Silas hanya diam di belakang, ia sudah membayar semua biayanya, melihat apakah Netta akan menerima nya atau tidak.
"Sudah selesai, di bayar lunas oleh Silas Frederick. " ucap petugas itu sambil membaca catatan nya.
Netta menghela nafas, ia tidak ingin melihat kan Silas lagi dalam hidup Netta saat ini.
"Kak, bisa kembali kan uang nya, saya bayar sendiri saja. " ucap Netta pada petugas itu.
Silas yang mendengar itu kembali menghela nafas nya, ia berjalan ke arah Netta dan menggendong gadis itu.
"tidak perlu dengan kan dia, kami permisi. " ucap Silas pada petugas itu.
Netta yang awal nya memberontak dalam gendongan Silas, akhirnya diam, saat seluruh tubuh nya terasa sakit.
"Makan nya diam. " ucap Silas saat mendengar Netta meringis.
Netta akhirnya diam, gadis itu akhirnya mengalungkan tangan nya ke leher laki-laki itu.
Lalu menyandarkan kepalanya pada bahu Silas, membuat Silas tersenyum melihat itu.
Entah lah, rasa nya benar-benar hangat, ia sangat merindukan rasa hangat ini.
Silas berjalan menuju mobil nya, lalu mendudukkan Netta dengan pelan di sana.
Jika bertanya bagaimana bisa ada mobil nya di sana, karena Silas menyuruh bawahan nya membawa nya.
Netta duduk diam di kursi mobil itu, ia melihat Silas yang juga duduk di samping nya lalu pemuda itu menjalankan mobil itu.
Dalam perjalanan hening Netta diam begitu juga Silas, namun tiba-tiba suara notif ponsel Silas berbunyi.
Silas mengecek nya, ternyata itu adalah notifikasi pengiriman uang yang di kirim oleh Netta.
Silas menatap Netta datar, gadis itu terlihat sedang memainkan ponsel nya, ia kira gadis itu tidak akan mempermasalahkan ini lagi.
"Kenapa kau selalu menolak uang ku. " ucap Silas datar pada Netta.
"Aku tidak ingin menyusahkan orang. " ucap Netta.
"Kenapa kamu masih belum mengerti, aku melakukan ini semua tanpa niat apapun Netta. " ucap Silas frustasi.
"Aku tidak mempercayai nya. " ucap Netta.
"Terlebih sekarang kita adalah orang asing, bukan kerabat ataupun sahabat... Seperti dulu. " ucap Netta melirih di akhir ucapan nya.
Deg.
***