NovelToon NovelToon
Olimpiaders & Lover

Olimpiaders & Lover

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat
Popularitas:802
Nilai: 5
Nama Author: Zuy Shimizu

sinopsis:
Nama Kania Abygail tiba tiba saja terdaftar sebagai peserta Olimpiade Sains Nasional.

Awalnya Kania mensyukuri itu karna Liam Sangkara, mentari paginya itu juga tergabung dalam Olimpiade itu. Setidaknya, kini Kania bisa menikmati senyuman Liam dari dekat.

Namun saat setiap kejanggalan Olimpiade ini mulai terkuak, Kania sadar, fisika bukan satu - satunya pelajaran yang ia dapatkan di ruang belajarnya. Akan kah Kania mampu melewati masa karantina pra - OSN fisikanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zuy Shimizu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#Chapter 2 - Sedekat Hujan dan kulitmu

Chapter 2: Sedekat hujan dan kulitmu

"Aku sudah berusaha. Aku berusaha keras. Dan kini aku lelah akan semua usaha itu."

\#\#\#

DINGINNYA mobil Sabiru adalah perpaduan sempurna saat di gabungan dengan birunya atmosfer antara dua kakak-beradik.

Belasan tahun hidup bersama rupanya tak pernah membuat suasana cair seolah keduanya benar-benar dekat. Kania tidak pernah begitu paham mengapa, yang ia tahu hanya keduanya punya dunia yang berbeda.

Sabiru lebih sibuk dengan latihan anggar dan keluar bersama teman-teman atletnya, sedangkan Kania sendiri lebih suka membaca buku soal sains dan ilmu pengetahuan lainnya.

Meski begitu, keduanya sama-sama bersikap begitu tenang hingga semua tak menyadari bahwa gadis setenang Sabiru bisa membantai lawan.

Yah, hanya itu kesamaan psikologis mereka. Selebihnya nol besar. Sabiru memang kelihatan tidak punya banyak topik untuk dibicarakan dengan Kania, dan Kania sendiri juga terlalu malu untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu.

"Berapa hari di karantina?"

Kania tersentak kecil lalu reflek menoleh.

"Sebulan, Teh."

"Sebulan?" Sabiru reflek menoleh sembari mengangkat satu alisnya.

"Kenapa?" tanya Kania balik.

"Ah, nggak apa." Sabiru menghela nafas lalu kembali terfokus pada jalanan. "Si calon dokter itu ikut?"

"Calon dokter?" Kanao mengerutkan dahinya. "Maksud Teteh, Liam?"

"Iya, Sangkara Liam atau Liam Sangkara itu lah yang dulu masuk 3 besar NEM tertinggi waktu angkatanmu daftar."

"Ikut, Teh. Dia dapet peringkat satu, perolehan nilainya juga tinggi."

"Oh.." Sabiru mengangguk paham. Namun dalam batinnya sendiri, gadis itu sudah jengah mendengar eksistensi Liam Sangkara di sekolah.

Bagi Sabiru, Liam hanyalah siswa penjilat guru, bisa dilihat dari senyum ramahnya pada siapa pun. Dan bagi Sabiru, terkadang itu berlebihan. Sabiru tidak bisa berhenti berpikiran buruk pada Liam.

Pastinya Liam hanya beruntung mewakili sekolahnya dalam OSN.

"Kalo kamu peringkat berapa?" tanya Sabiru ringan.

"O-oh, aku-"

"Eh, maaf!" Sabiru mendadak menutup mulutnya. Gadis itu merutuki pertanyaannya sendiri pada adiknya.

Niatan Sabiru memang hanya untuk mengisi keheningan, lagi pula kecerdasan Kania juga bukan suatu hal yang bisa diremehkan. Bahkan ia juga jadi siswi dengan posisi 3 besar NEM tertinggi saat mendaftar.

Namun kalau dipikir-pikir lagi, pertanyaan itu justru terkesan membandingkan. Yah, cukup Sabiru saja yang merasakan.

Adiknya jangan.

"Nggak apa-apa, teh." Kania tersenyum tipis.

"Aku dapet peringkat 3. Nilai Liam emang lebih tinggi, tapi aku bakal berusaha lagi, kok."

Sabiru tak menyahut lagi bersamaan saat nyeri menyerang hatinya begitu mendengar kalimat terakhir Kania. Diam-diam, gadis itu berusaha menahan diri agar tidak emosional. Namun tepat beberapa saat usai mobilnya berhenti di lampu merah, air mata Sabiru jatuh.

"Teteh iri sama kamu."

Sabiru menelan ludahnya sendiri.

"Bunda mau punya anak yang jago sains, bukan bela diri. Bunda mau punya anak yang pinter, bukan tangguh. Dan kamu adalah apa yang dimau Bunda, bukan teteh."

"Teh..." Kania menggigit bibir bawahnya sembari menepuk pundak Sabiru. "Ayah selalu bangga punya atlet yang udah tembus nasional kayak teteh, kok."

Sabiru menggeleng sembari mengusap air matanya. "Ayah jarang di rumah. Teteh juga mau punya orang tua yang selalu peduli sama Teteh, nanyain tadi latihannya kayak gimana. Teteh capek di banding-bandingin sama kamu."

Deg.

Kania menggigit bibir bawahnya. Mungkin Sabiru tidak tahu, namun diam-diam Kania pun iri dengan sikap mandiri kakaknya yang begitu mengagumkan. Bahkan di sekolah pun, Sabiru lebih dikenal ketimbang Kania.

Tepat saat lampu lalu lintas menghijau, Sabiru kembali memajukan mobilnya sembari menghapus jejak air matanya. Kadang aneh saat Sabiru bisa sejujur ini dihadapan adiknya.

Begitu keduanya tiba di hotel yang dimaksud, Sabiru menghela nafas. Kania yang sudah siap pun segera menyiapkan barangnya dan berpamitan dengan Sabiru.

Kania masih sempat melambaikan tangannya dari jendela mobil setelah ia turun. Dan saat itu lah Sabiru kembali melempar tatapan dingin dan hanya menghela nafas sebelum akhirnya gadis itu berucap.

"Sukses. Teteh harap kamu bisa dapet mendali meski itu cuma bikin kamu makin menang di hadapan Bunda."

Pada kelokan jalan pertama dimana Sabiru dan mobilnya lenyap dari panjangan, rintik hujan pertama di awal pagi itu jatuh.

Pagi pertama, di depan hotel karantina.

Ketimbang mendali, kini Kania berharap hubungannya dengan kakak perempuannya baik-baik saja.

Karena ini baru pertama kali, mereka sedekat ini.

Sedekat hujan dan kulit Kania saat ini.

1
Bông xinh
Mantap tenan!
Felix
Bravo thor, teruslah berkarya sampai sukses!
Esmeralda Gonzalez
Bikin baper 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!