"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
enam
Damian melirik arloji di kenakannya, sudah jam satu siang, waktunya istirahat dan makan siang. Damian terlihat mengetuk-ngetuk meja kerjanya dengan jari telunjuk, di jam istirahat makan siang begini, biasanya Helena akan datang dengan membawa bekal makan siangnya. Damian tidak menolak, tapi juga tidak terlihat menerima.
Kedatangan Helena biasanya akan dia beri tatapan dingin dan kata-kata tajam yang menusuk hati, Damian tidak menolak makanan pemberian Helena. Biasanya Damian langsung mengusir Helena dari ruangannya setelah rantang berisi makanan itu sudah tersimpan rapi di atas meja, kur*ng ajar emang si Damian ini, udah di antar makanan malah kelakuannya pada Helena begitu kasar.
'Tok'
'Tok'
'Ceklek'
"Pak, Damian. Sudah waktunya jam istirahat dan makan siang, pak Damian mau saya pesankan, makanan? " Niko berdiri tegap di ambang pintu ruang kerja Damian, jam istirahat akan habis beberapa menit lagi tapi hingga kini Niko belum juga ada kabar sedikit pun kalau bosnya itu sudah makan siang.
"Helena ada datang membawa makan siang untuk saya? " tanya Damian, dia dengan sok sibuknya sengaja membolak-balikan kertas laporan perusahan di atas meja, yang sudah dia cek sedari tadi.
"Bu Helena tidak datang mengantarkan makanan siang, pak. Sepertinya bu Helena sibuk bertemu dengan temannya jadi tidak sempat mengantarkan makanan. Pak Damian, Mau saya pesankan makanan di salah satu restoran langganan saya? " Niko kembali bertanya, jangan sampai karena telat makan Damian akan jatuh sakit– laki-laki itu ada riwayat sakit maagh, telat makan sedikit saja maka perutnya akan sakit seperti terlilit.
Damian terdiam, tidak langsung menjawab pertanyaan Niko. Dia mengeluarkan ponselnya yang disimpan di dalam laci. "Saya mau telepon Helena dulu, kalau dia tidak mengantarkan bekal makanan saya, baru kamu pesankan makanan. "
Niko cuman mengangguk patuh, dalam hati dia ngedumel akan sikap Damian. Kemarin-kemarin, setelah pernikahan Damian sudah setahun, sikap laki-laki itu tidak pernah sedikitpun baik dan melembut kepada Helena, kata-kata kasar dengan nada ketus dan dingin selalu Damian layangkan pada Helena. Bahkan perhatian Helena pada Damian selalu di acuh kan, sekarang! Giliran Helena sudah menyerah mendapatkan balasan cinta dari Damian, laki-laki itu terlihat begitu uring-uringan dan tidak suka akan sikap Helena yang berubah acuh pada Damian.
Sementara Damian. Laki-laki itu sibuk mencari nomor Helena yang tidak di simpannya di kontak telepon, Damian hafal nomor milik Helena karena perempuan itu memang suka sekali menelpon dan mengirimkannya pesan tanpa henti. Nomor Helena sudah berapa kali Damian blokir karena merasa terganggu, tapi lama-lama dibiarkan saja karena Helena tidak akan menyerah, wanita itu akan mengganti terus nomornya bila nomor sebelumnya di blokir Damian.
"Kenapa telepon ku tidak di angkat sih!! " gerutu Damian saat panggilan pertama tidak ada jawaban dari Helena, padahal nomornya aktif. Tidak menyerah begitu saja, Damian terus menelpon Helena hingga panggilan ke empat akhirnya Helena menjawab juga.
"Halo–
" Kamu di mana saja, kenapa telepon ku tidak kamu angkat dari tadi! " Damian memotong ucapan Helena di seberang telepon sana, membuat Helena disana mengernyit bingung menatap sambungan telepon dengan Damian dengan heran.
"Aku di restoran tengah makan siang bersama temanku, kamu kenapa menelepon? Biasanya kamu tidak seperti ini, mengangkat telepon ku saja kamu enggan. "
"Kamu bersenang-senang makan siang bersama temanmu sampai melupakan aku di sini?! Kenapa tidak mengantarkan bekal makan siang ku,hari ini?! Aku kelaparan menunggu kamu dari tadi. " Damian hanya menangkap ucapan Helena yang tengah makan siang bersama temannya, tidak mengindahkan sindiran halus Helena padanya.
"Hah? Kamu sedang mabuk ya, Damian? Kenapa sikap kamu hari ini aneh sekali? Bukannya kamu yang memerintahkan aku untuk tidak lagi mengantarkan makan siang ke kantor, kenapa hari ini berubah pikiran? "
Helena diujung telepon sana berucap bingung, sedikit frustasi dengan perubahan Damian yang entah mengapa senang sekali mengurus apa yang di lakukannya.
"Si*lan! " maki Damian sebelum mematikan sambungan telepon, dia meremas kuat handphone di genggamnya, kesal dengan dirinya sendiri.
Sebenernya dia kenapa sih? Bukannya ini permintaan Damian ya, agar Helena tidak ikut campur atas apa yang di lakukannya, meminta Helena untuk tidak memperdulikannya karena pernikahan ini hanya pernikahan hasil perjodohan yang tidak Damian inginkan.
Tapi, setelah Helena mewujudkan keinginannya selama setahun pernikahan mereka, kenapa Damian tampak tidak menyukainya? Ada sisi hatinya merasa kehilangan, kehilangan akan perhatian yang selalu diberikan Helena padanya.
"Pak–
" Keluar, Niko. Terserah kamu ingin beli makanan apa saja. " Damian lagi-lagi memotong ucapan Niko, dia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi di dudukinya.
Niko membalas dengan anggukan mengerti, dengan cepat keluar dari ruangan Damian dengan menutup pintu se- pelan mungkin, dia sadar kalau mood Damian lagi tidak bagus. Cari aman saja, daripada dia yang kena getahnya.
••••••••
"Eh? "
Helena menatap bingung ponselnya yang sambungan teleponnya dengan Damian sudah diputuskan oleh laki-laki itu.
"Itu yang menelpon suami kamu, Damian? " tanya Tari yang duduk dihadapan Helena, sedari tadi dia menatap Helena yang tengah berbicara dengan Damian melalui sambungan telepon.
Helena mengangguk sebagai balasan, dia masih di landa kebingungan atas sikap Damian yang menurutnya sangat aneh.
"Damian terlihatnya seperti suka sama kamu." celeluk Tari membuat Helena sontak menatap temannya itu.
"Hah? " masih memproses atas ucapan Tari barusan, "Kamu salah sangka, Tari. Setahun pernikahan kami, tidak ada hal khusus yang membuat Damian menyukai ku, malah sebaliknya. Laki-laki itu suka sekali berkata kasar dan selalu bersikap acuh setiap perhatian yang aku berikan. Dia membenciku, Tari. "
Tari terdiam medapat jawaban dari Helena, tengah memikirkan sesuatu.
"Mungkin Damian merasa kehilangan, sekarang! " serunya tiba-tiba, memukul pelan meja membuat Helena tersentak kaget.
"Kehilangan? Maksud kamu gimana? "
"Ya, kehilangan. Biasanya kan kamu sering memperlakukan Damian penuh perhatian dan peduli. Jadi, saat kamu udah cuek dan tidak mempedulikannya lagi, Damian pasti merasa kehilangan. Dari awal dia udah ada perasaan sama kamu, tapi karena rasa gengsi, dia selalu menyangkal perasaannya, dan selalu berkata kasar dan dingin sama kamu. " ucap Tari menggebu-gebu, sangat yakin akan pemikirannya.
Helena mengernyit tidak percaya mendengar penjelasan Tari barusan, mengingat perlakuan Damian padanya yang seperti enggan untuk melihat keberadaan Helena disisi laki-laki itu, membuat Helena yang mendengar pernyataan Tari dianggap sebagai lookomong kosong saja.
"Hanya karena Damian bertanya soal bekal makan siangnya yang tidak aku bawa, kamu langsung menyimpulkan bahwa Damian selama ini menyukaiku, perlakuan dan kata-kata kasar dia lakukan padaku, sudah aku pahami kalau Damian tidak mengharapkan pernikahan ini. " celetuk Helena, menyangkal semua kesimpulan Tari bahwa Damian memiliki rasa yang sama dengannya.
"Juga. Damian memiliki wanita yang dia cintai, jadi hanya omong kosong saja kalau Damian menyukaiku. " ujarnya dengan lirih, mengingat tatapan penuh puja Damian layangkan pada wanita yang Helena tau sebagai orang yang sangat Damian cintai.
semangat 💪💪💪