Enggak dapet anaknya, Ayahnya pun jadi.
Begitu pula Isvara Kinandari Heksatama, gadis cantik patah hati karena pujaan hatinya menikah dengan wanita lain. Isvara atau yang kerap disapa Isva melakukan hal yang diluar nalar yaitu menikahi Ayah dari pria yang cintai yaitu Javas Daviandra Bimantara.
Keputusan terburu-buru yang diambil Isva tentu saja, membuat semua orang terkejut. Tidak terkecuali sang adik yaitu Ineisha Nafthania Heksatama, bagaimana tidak. Pria yang dinikai oleh Kakaknya adalah Ayah mertuanya sendiri, Ayah dari Archio Davion Bimantara.
Pria yang Isvara cintai memang menikah dengan adiknya sendiri, tentu hal itu membuatnya sangat sakit hati karena yang dekat dengan Archio adalah dirinya. Namun, Archio secara tiba-tiba malah menikahi Ineisha bukannya Isvara.
Demi menghancurkan pernikahan Ineisha dan Archio, Isvara harus tinggal bersama mereka. Salah satu caranya yaitu menikah dengan salah satu keluarga Archio, sedangkan yang bisa ia nikahi hanyalah Javas seorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6 | Berangkat Bareng
Keesokkan harinya...
Setelah Ineisha dan Isvara berbaikan berkat Rieta, sepasang saudara itu kini menjadi semakin dekat.
"Kak Isva, kita berangkat ke kampus bareng ya?" pinta Ineisha saat gadis itu selesai memakan sarapannya.
Keluarga Heksatama memang sedang sarapan bersama, tetapi Ineisha selesai duluan karena hanya makan satu roti bakar saja.
Isvara tidak langsung menjawab ucapan adiknya, ia memilih tetap melanjutkan makan sambil menimbang-nimbang tawaran sang adik.
"Gimana Kak? Mau enggak, Kakak enggak usah nyetir sendiri, 'kan enak."
Makanan Isvara akhirnya habis juga, waktunya gadis cantik itu menjawab. "Boleh deh, Kakak juga lagi males nyetir sebenarnya."
Kedua putri keluarga Heksatama itu langsung berpamitan pada kedua orang tua mereka, Isvara dan Ineisha berjalan berdampingan menuju depan.
"Sayang," panggilnya. Tidak perlu menebak, Isvara jelas bisa langsung tahu suara siapa itu. Siapa lagi kalo bukan Chio, pria itu sepertinya datang untuk menjemput kekasihnya yang tidak lain Ineisha.
Mendengar panggilan sayang dari sang kekasih, Ineisha langsung berlari menghampiri Chio.
"Kok enggak bilang mau ke rumah, yang?" tanya Ineisha dengan mesra.
"Semalam aku udah bilang loh, yang. Bakalan jemput kamu buat ke kampus bareng? Selama ini kita 'kan nggak pernah berangkat ke kampus," jawab Chio tidak mau salah, Ineisha sepertinya memang lupa dengan apa yang Chio katakan semalam.
Isvara berjalan dengan malas, menghampiri pasangan kekasih yang bersikap sok mesra. Baginya mereka berdua memang terlihat sok mesra, kemesraan yang diperlihatkan terlihat dipaksakan tidak alami. Walau begitu, rasa cemburu tetap membakar hati Isvara. Gadis itu tidak mungkin menghilangkan perasaaan cintanya pada Chio hanya dalam waktu sekejap, karena kenyataannya Isvara sudah mencintai Chio selama hampir dua tahun.
"Nei, kamu 'kan udah di jemput sama Chio. Kalo gitu, Kakak berangkat duluan aja. Lain kali kita bisa berangkat bareng," pamit Isvara yang hendak meninggalkan pasangan kekasih itu.
"Kak kita tetap berangkat bareng aja, jadi nggak cuma berdua. Tapi bertiga, Kakak 'kan juga kenal ini sama Kak Chio, jadi harusnya nggak masalah kalo kita berangkat bertiga." Ineisha memberikan tawaran bagus pada sang Kakak, ia sudah terlanjur meminta kakaknya untuk berangkat bersama. Tentu dirinya tidak ingin sang Kakak merasa dikerjai olehnya, padahal Ineisha sama sekali tidak berniat seperti itu.
"Enggak usah, Nei. Kakak enggak mau ngerepotin kalian berdua, Kakak bisa berangkat sendiri kok. Kalo nggak naik mobil, Kakak masih bisa telpon taksi online," tolak Isvara dengan halus. Namun, bukan Ineisha namanya jika tidak memaksakan kehendaknya pada sang Kakak.
"Enggak ada yang merasa direpotkan, kita bertiga juga satu kampus. Berangkat bertiga enggak akan ada yang mempermasalahkannya."
"Enggak usah, makasih." Isvara masih bersikeras menolak ajakan sang adik, ia membuka ponselnya untuk memesan taksi online. Karena jujur, dirinya sedang tidak ingin menyetir mobil sendiri. Padahal ia tinggal memilih memakai mobil yang mana jika mau, di garasi kediaman keluarga Heksatama memang ada beberapa mobil yang bisa digunakan oleh anggota keluarga Heksatama.
"Kak. Ayolah, aku pengen berangkat bareng sama Kakak sama Kak Chio emang salah ya?"
"Enggak salah, tapi Kakak enggak mau ngerepotin. Nggak mau ganggu kalian berdua." Sejak tadi Isvara membahasakan dirinya Kakak di depan Ineisha dan Chio, padahal dia dengan Chio seumuran. Sebentar lagi juga kan, Chio menjadi adik iparnya jadi Isvara harus mulai membiasakan diri berlaku sebagai Kakak Chio juga.
"Kan udah aku bilang, Kak. Enggak ada yang ngerasa kalo Kak Isvara itu ngerepotin. Iya 'kan, yang?" ujar Ineisha seakan meminta bantuan kekasihnya untuk meyakinkan sang Kakak.
"Ineisha bener kok, Isvara. Kami nggak ngerasa kalo kamu ngerepotin. Kalo kamu takut gangguin kita, kita sama sekali nggak ngerasa terganggu. Mobilku masih muat ketambahan kamu."
"Enggak usah, bener deh."
"Ayolah, Kak. Nanti kita telat, dari pada waktu kita ke buang buat debat doang. Mending kita langsung berangkat." Ineisha kali ini bukan hanya memaksa sang Kakak dengan mulutnya, gadis itu bahkan langsung menarik kakaknya ke mobil Chio yang terparkir di depan rumahnya.
Isvara menghela napas panjang, gadis cantik itu terpaksa menuruti kemauan adiknya. Karena takut terlambat ke kampus, apalagi jam terasa berjalan sangat cepat. Sejak tadi Isvara juga sudah berusaha untuk mencari taksi online, tetapi tidak dapat-dapat.
Ineisha meminta Kakaknya segera masuk ke mobil Chio, tentu Isvara duduk di kursi belakang. Karena kursi di samping Chio di tempati oleh Ineisha sendiri.
Mungkin Isvara memang ditakdirkan berangkat bersama Ineisha dan Chio, sesuai dengan apa yang ada dipikirannya. Pasangan kekasih itu membuat Isvara menjadi obat nyamuk, kehadirannya di mobil Chio sama sekali tidak dianggap.
Pasang kekasih itu asyik tertawa, tanpa Isvara tahu mereka berdua menertawakan apa. Dari pada terus-terusan jadi kambing congek atau obat nyamuk, Isvara berpikir untuk bertanya sesuatu kepada pasangan kekasih itu.
"Nei, Chio. Boleh Kakak tanya sesuatu sama kalian?" Ucapan Isvara sontak membuat pasangan kekasih itu diam dan saling memandang.
"Maaf, ya. Chio, gue membahasakan diri gue 'Kakak' karena gue Kakaknya Ineisha yang sebentar lagi jadi Kakak ipar lo," lanjut Isvara.
"Iya, enggak papa kok. Isvara, santai aja kali," balas Chio.
"Emang Kak Isvara mau tanya apa sama aku dan Kak Chio?" tanya Ineisha sambil melihat ke kursi belakang, kursi yang ditempati oleh Kakaknya.
"Kalian udah berhubungan sebulan lebih, kata Ineisha kalian dekatnya dari lama. Kenapa kalian enggak ada yang bilang sama Kakak ya sebelumnya? Terutama kamu, Nei. Kakak ini Kakak kamu tapi soal sepenting ini Kakak nggak tau, Kakak taunya belakangan. Kalo Chio sama Oma Tiana enggak ke rumah, mungkin aku akan terus nggak tau apa-apa tentang hubungan kalian? Apa kalian begitu takut aku bakal ngerusak hubungan kalian gitu?" tanya Isvara dengan panjang lebar. Awalnya ia membahasakan dirinya Kakak, tetapi ternyata lama-lama Isvara merasa tidak enak jadi langsung menggantinya dengan aku.
Walaupun biasanya jika berbicara dengan Chio, Isvara menggunakan lo-gue. Bukan aku-kamu.
"Maafin, aku, Kak." Ineisha seketika langsung menangis, ia tahu sudah menyembunyikan hal yang sebesar ini pada Kakaknya. Padahal selama ini sang Kakak bukan type yang ribet ataupun suka ikut campur.
"Jangan marahin, Ineisha. Ineisha enggak salah. Gue yang salah, gue yang nggak biarin Ineisha cerita ke siapapun termasuk elo, Isva. Sampai akhirnya kita yakin buat menuju ke jenjang yang lebih serius, gue sama Oma ke rumah kalian. Dan akhirnya lo tahu sendiri 'kan, sekarang," bela Chio.
Isvara langsung membuang muka, sungguh ia tidak suka melihat Chio begitu membela Ineisha. Padahal sebagai kekasih Ineisha, apa yang Chio lakukan merupakan hal yang sangat wajar dilakukan oleh seorang kekasih.
"Jadi bukan cuma aku yang nggak tau hubungan kalian?" tanya Isvara pelan. Pasangan kekasih itu kompak mengangguk, karena memang seperti itulah kenyataannya.