Hanya karena dipuji ketampanannya oleh seorang wanita, Miko justru menjadi target perundungan sang penguasa kampus dan teman-temannya.
Awalnya Miko memilih diam dan mengalah. Namun lama-kelamaan Miko semakin muak dan memilih menyerang balik sang penguasa kampus.
Namun, siapa sangka, akibat dari keberanian melawan penguasa kampus, Miko justru menemukan sebuah fakta tentang dirinya. Setelah fakta itu terungkap, kehidupan Miko pun berubah dan dia harus menghadapi berbagai masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pindah Rumah
Ibu dan anak itu tidak memiliki pilihan lain. Mau tidak mau, Seruni dan Miko akhirnya mengikuti Saran William untuk pulang ke rumahnya.
Bahkan mereka keluar dari rumah sakit dengan penjagaan yang cukup ketat. Hal itu semakin mengundang rasa penasaran semua mata yang mengetahui hal itu.
"Bagaimana bisa aku dikatakan seperti itu? Enak aja ngatain aku mantan pelakor! Siapa yang bikin gosip murah kaya gitu sih?" sungut Seruni begitu dirinya sudah berada di dalam mobil.
Sebelum keluar dari rumah sakit, Seruni sempat ikut membaca berita yang ditunjukan William kepada Miko dan berita itu sukses membangkitkan kemarahannya.
"Kok bisa ya, mikirnya sampai sejauh itu?" Seruni masih ngedumel. "Berita buruk apa lagi yang akan aku terima jika William benar-benar menceraikan Renata?"
"Sabar, Bu, nanti kita cari jalan keluarnya sama-sama," ucap Miko yang duduk di sebelah Seruni.
"Bagaimana caranya, Miko?" Seruni geram. "Kalau kaya gini, kita menyangkal pun akan tetap disalahkan."
"Ya sudah, Ibu terima aja tawaran pria itu," Miko malah memberi solusi yang langsung membuat Seruni melayangkan telapak tangannya pada lengan sang anak. "Aduh.... sakit, Bu."
"Kalau ngasih saran tuh yang benar," sungut Seruni. "Kamu mau, ibu semakin dipandang buruk oleh orang-orang?"
Miko sontak tersenyum lebar. "Terus Ibu mau bagaimana? Mau sembunyi? Yang ibu hadapi itu orang besar loh, Bu."
Seruni mendengus. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa kesalnya. Tatapan matanya dia lempar ke arah sepanjang sisi jalan. Mereka tidak satu mobil dengan William karena William ada sesuatu yang harus dia urus.
"Apa jangan-jangan, yang nyebar gosip istrinya William, Bu?" tanya Miko tiba-tiba.
Seruni sontak melirik. "Yang sopan kalau manggil orang yang lebih dewasa!" sungut Seruni. "Ibu tidak pernah ngajarin kamu kurang ajar loh."
Miko malah cengengesan kembali. "Ya bingung, Bu, manggil pria itu dengan sebutan apa. Panggil Tuan, tapi aku anaknya. Panggil Ayah, mulutku kaya kaku gitu. Enaknya panggil apa dong?"
Bibir Seruni langsung mencebik lalu dia kembali menatap jalanan yang dilalui. "Terserah kamu panggil dia dengan sebutan apa. Kalau kamu ingin memaafkan dia ya nggak apa-apa. Jangan terbebani dengan sikap ibu kepadanya."
Miko pun mengangguk paham dan dia juga melempar pandangan ke sisi lain. "Entahlah, Bu, aku tidak tahu. Aku sudah terbiasa hidup tanpa sosok ayah dan keluarga. Kaya aneh aja, tiba-tiba memiliki ayah di saat aku udah segede ini."
Seruni tertegun sampai dia menatap anaknya. Namun, tidak ada lagi kata yang dia ucapkan. Seruni hanya bisa menghela nafas panjang.
Hingga beberapa menit kemudian, mobil yang mengantar Seruni dan Miko, sampai di tempat tujuan. Mereka cukup terkejut kala mata mereka menangkap beberapa sosok di depan rumah, seperti sengaja menyambut kedatangan Seruni dan anaknya.
Begitu turun dari mobil, Seruni kembali dibuat terkejut saat seorang wanita melangkah ke arahnya dan langsung memberikan pelukan hangat.
Wanita itu tidak berkata apa-apa. Namun Seruni dapat mendengar suara isakan dari wanita yang memeluknya sangat erat. Seruni terpaku, tak bergerak.
"Wow! Apa ini cucu Kakek?" Hendrik malah menyambut Miko dengan penuh keceriaan. Pria tua itu juga langsung memeluk Miko yang mematung kebingungan. "Tanpa tes DNA pun, Kakek yakin kalau kamu memang cucu saya. Wajah kamu sama persis dengan wajah saya saat masih muda, Benar kan, Albert?"
"Benar, kakak," sahut Albert sembari melangkah, mendekat ke ke tempat dua pria beda usia. "Selamat datang, Miko," ucap Albert tak kalah heboh.
Miko hanya tersenyum cangggung.
"Lebih baik segera ajak mereka masuk, kak," seru Rena, istri dari Albert.
"Ayo masuk, Nenek kamu sudah menyiapkan hidangan spesial buat menyambut kalian," ajak Hendrik tanpa melepas lingkaran tangannya pada pundak Miko.
Miko tersenyum tipis. Sungguh, dia masih tak percaya mendapat sambutan sehangat ini dari yang namanya keluarga.
"Ayo Seruni, kita masuk," ajak Amelia setelah berhasil menguasai keadaan dirinya.
"Baik, Tante," jawab Seruni canggung.
Di saat bersamaan, mobil yang dikendarai William dan Thomas juga datang. Dua pria itu terlihat senang, karena Seruni dan Miko disambut baik oleh keluarga Dixion.
Satu persatu anggota keluarga William menyebut namanya masing-masing. Dari informasi tersebut diketahui kalau di sana kurang satu anggota keluarga, yaitu adik kandung William, yang sekarang berada di luar negeri.
"Makan yang banyak, Miko, biar kamu bisa melawan ayahmu, jika dia berbuat gila lagi," ucap Hendrik sambil meraih lauk menggunakan garpu dan menaruhnya di piring Miko.
Miko masih tersenyum canggung. Dia benar-benar bingung, mau mengambil sikap seperti apa untuk mengurai rasa canggungnya.
"Gimana rasanya, bertarung dengan anak yang sok berkuasa, Mik?" tanya Ben.
"Seru, Om," jawab Miko. "Dia cuma beraninya keroyokan."
Ben tersenyum lebar. "Harusnya kamu patahkan semua anggota tubuhnya, Mik. Om lihat, gaya bertarungmu keren."
"Hust! Jangan ngajarin yang tidak benar," protes Rena.
Ben malah cengengesan. "Kalau aku yang jadi ayahnya Kelvin, sudah aku biarin aja kalian bertarung. Anak laki-laki kok beraninya ngadu sama ayahnya."
William melirik tajam saudara sepupunya. Namun pria itu tidak bersuara karena merasa cukup malu telah melindungi orang yang salah.
"Tapi wajar sih, Kelvin merasa orang yang paling kuat. Ayahnya aja ada tiga. Jadi, mana ada yang berani melawannya," sindir Jeni.
"Udah-udah, jangan sebut anak itu lagi," ujar Rena. "Sekarang anak itu sudah bukan anggota keluarga ini lagi, jadi, sudah cukup kalian mengungkit namanya."
Seruni dan Miko sontak tercenung bersamaan.
"Emang Kelvin kemana?" tanya Miko pelan tapi matanya menatap ke arah Rena.
"Panggil aku Nenek juga," balas Rena sebelum menjawab pertanyaan Miko. "Anak itu sudah diusir beserta ibunya."
"Diusir?" Miko terkejut. Begitu juga dengan Seruni.
"Iya," Albert yang menjawab. "Berkat bukti dari ibu kamu, keluarga Dixion selamat dari penipuan terselubung, selama bertahun-tahun."
Seruni langsung melempar pandangannya pada William. Seketika William pun melempar senyum dan Seruni membalasnya dengan cibiran.
"Kenapa, Nak?" tanya Hendrick. "Apa kamu takut, mereka akan menyerangmu?"
Miko tersenyum, kemudian dia menggeleng. "Saya merasa tidak enak, jika mereka pergi gara-gara saya."
"Tidak perlu merasa seperti itu," Amelia yang bersuara. "Justru kamu yang lebih berhak tinggal di sini dan menikmati semua fasilitas milik ayah kamu."
"Will, serahkan semua yang seharusnya menjadi hak anakmu," titah Hendrick.
"Sebagian sudah aku letakkan di kamarnya, Dad. Sebagian lagi, biar Miko yang menentukan, barang apa aja yang dia inginkan," jawab Wiliam. "Karena semua barang yang berhubungan dengan Kelvin sudah aku singkirkan."
"Mobilnya juga?" tanya Rena.
William mengangguk. "Aku tidak mau, Miko memakai barang bekas. Apa lagi bekasnya Kelvin. Sangat tidak layak bagi penerus keluarga Dixion."
"Penerus?" tanya Miko.
"Ya," jawab Hendrick. "Kamu adalah penerus keluarga Dixion."
berarti cerita ini konyol...😄😄😄
anak penguasa dengan banyak bodyguard kok bisa lepas pengawalan...😄😄😄
konyol...😄😄😄
lanjut thor 🙏