Kanara Rusadi, wanita beranak satu yang menikah dengan laki-laki keji karena dijual oleh ibu tirinya. Kanara kabur dari rumah akibat mendapatkan kekerasan dari suaminya. Ia bersama putranya harus hidup serba berkekurangan.
Demi sang putra dan berbekal ijasah SMA, Kanara bertekad masuk di sebuah perusahaan besar milik laki-laki yang pernah dia tabrak mobil super duper mahalnya.
Pertemuan awal mereka meninggalkan kekesalan Brandon. Namun seiring berjalannya waktu, Brandon mengetahui bahwa Kanara sedang bersembunyi dari suaminya dan saat ini berada di dalam bahaya yang mengancam nyawanya.
Brandon yang diam-diam mulai ada rasa pada Kanara, berusaha menyelamatkan wanita itu dari ancaman sang suami yang berkuasa di dunia gelap. Tanpa ia sadari Kanara adalah wanita yang pernah pernah terjerat dengannya sepuluh tahun lalu dan bocah bernama Bian itu adalah putra kandungnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Waktu berlalu dengan cepat. Hari ini Bian sudah bisa pulang. Brandon masih setia menemani Kanara dan sang putra. Pria itu bahkan menginap di rumah sakit sampai semalam. Sebenarnya sudah Kanara suruh pulang berkali-kali, tapi karena tidak ingin Brandon banyak ngomong dan bertanya perihal pertanyaan-pertanyaan yang tidak ingin dia jawab, akhirnya Kanara pun membiarkan pria itu turut menemani mereka.
Daripada dia dibuat pusing dengan pertanyaan-pertanyaan Brandon yang berputar-putar pada di mana suaminya, apakah pernikahannya dan suaminya baik-baik saja, termasuk apa pekerjaan suaminya, lebih baik Kanara mengijinkan saja dia turut menjaga Bian di rumah dengan catatan tidak boleh lagi menanyakan hal yang pribadi.
Brandon pun setuju. Kanara tidak tahu saja kalau dia sudah menyuruh anak buahnya menyelidiki semua tentang wanita itu.
"Biar aku saja," Brandon mengambil barang-barang Bian yang hendak Kanara masukan ke dalam tas. Mereka sedang mengemasi barang-barang sebelum pulang ke rumah.
"Tidak apa-apa, ini pakaian kotor, biar aku saja." ucap Kanara.
"Kau temani Bian saja. Biar aku yang mengemasi semua barang-barang yang akan dibawa pulang." Brandon tetap mendominasi.
Kanara pun mengalah, membiarkan Brandon yang mengemasi semua barang-barang Bian. Ada juga beberapa barangnya. Kanara duduk di ranjang bersama Bian. Dari ranjang, sesekali ia mencuri-curi pandang ke Brandon yang sibuk memasukkan semua barang ke dalam tas.
Melihat Brandon mengingatkan Kanara pada Damian. Brandon dan Damian adalah dua pria yang sama-sama sangat mendominasi menurut Kanara, tetapi sifat mereka jauh berbeda. Damian adalah sosok yang kejam dan tak terbantah. Keberadaannya selalu membuat Kanara merasa terintimidasi dan takut. Sikapnya yang keras dan seenaknya membuat siapa pun tak berani menentangnya. Damian adalah bayang-bayang gelap yang selalu mengintai, penuh ancaman bagi Kanara.
Sementara Brandon memiliki karakter yang berbeda. Meski sama-sama dominan, Brandon tidak memperlihatkan kekejaman seperti Damian. Brandon memang dingin, jarang menunjukkan emosi atau ekspresi. Namun, di balik sikapnya yang tak mudah didekati itu, Kanara merasa ada sesuatu yang menenangkan. Saat bersamanya, ada rasa aman yang sulit dijelaskan. Brandon adalah sosok yang membuat Kanara bisa bernapas lega, sesuatu yang tidak pernah ia rasakan saat bersama Damian.
Walau Kanara melihat Brandon adalah tipe pria dingin dan sulit di dekati, namun hal lain yang ia temukan adalah, pria itu juga memiliki sisih lain. Dia punya sisi lain yang disukai Kanara. Sisi hangat. Dua hari ini Brandon memperlakukan dirinya dan Bian dengan begitu hangat. Tidak pernah ada orang yang memperlakukan mereka sehangat itu selama sepuluh tahun terakhir. Mungkin itulah yang menjadi alasan kenapa Kanara tidak bisa membenci pria itu, meski dia tahu pria itu adalah laki-laki yang mengambil paksa kesuciannya dulu.
"Kalian sudah siap? Kalau sudah kita pulang sekarang." kata Brandon menoleh ke belakang.
"Sudah!" Sahut Bian semangat. Kepalanya masih di perban, lukanya belum kering baik-baik. Dokter menyarankan agar anak itu datang ke rumah sakit satu kali sehari untuk membersihkan lukanya.
Mereka pun keluar dari kamar tersebut. Bian menggandeng tangan mamanya, anak itu ingin menggandeng tangan Brandon juga, tapi tidak bisa karena tangan Brandon menjinjing tas.
Sekitar tiga puluh menit perjalanan dari rumah sakit barulah sampai di rumah kontrakan Kanara. Begitu masuk rumah, Kanara dan Bian tampak kaget.
"Wuahh!" Bian berseru senang. Isi di dalam rumah itu berubah drastis. Ada banyak mainan yang Bian suka juga di dalam sana.
Rumah kontrakan kecil itu kini terlihat sangat berbeda. Dari luar, tampak sama seperti sebelumnya, bangunan sederhana yang berdiri di dalam gang sempit, tidak mencolok sama sekali.
Namun, begitu melangkah ke dalam, perubahan yang terjadi sungguh mengejutkan. Seluruh interiornya telah berubah total. Dinding-dinding yang sebelumnya terlihat kusam dan catnya mulai mengelupas kini dilapisi dengan warna baru yang cerah.
Perabotan usang digantikan dengan furnitur berkelas, seperti sofa kulit yang nyaman, meja kayu solid dengan ukiran indah, dan lampu gantung kristal yang memberikan sentuhan elegan pada ruangan.
Kanara berdiri terpaku di ruang tamu, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Semua terasa seperti mimpi. Rumah yang sederhana dan penuh keterbatasan itu kini berubah menjadi tempat tinggal yang terlihat seperti milik orang kaya. Ia berjalan perlahan menuju kamar tidur, dan rasa terkejutnya semakin besar.
Kamar itu telah berubah total. Tempat tidur kecil yang digantikan dengan ranjang besar yang empuk. Lemari kayu tua yang rusak dan jatuh menimpa Bian pun sudah tidak ada. Sebagai gantinya, sebuah lemari pakaian yang modern berdiri megah di sudut ruangan.
Kanara menghela napas panjang, mencoba mencerna apa yang terjadi. Bian, sudah duduk di lantai ruang tamu dengan mainan barunya, mobil-mobilan mewah yang sangat dia sukai. Anak itu tertawa riang, sama sekali tidak peduli dengan perubahan yang terjadi di sekelilingnya.
Kanara menatap anaknya sebentar sebelum pandangannya beralih ke arah Brandon, yang berdiri di ambang pintu dengan sikap tenang namun penuh wibawa.
"Apa yang kau lakukan dengan rumah ini?" suara Kanara terdengar pelan.
"Seperti yang kau lihat. Bawahanku bekerja dadakan memperbaiki rumah ini, mereka hanya bekerja dalam sehari, tapi hasilnya lumayan memuaskan." kata Brandon.
"Kau tenang saja. Yang di ubah hanya bagian dalamnya. Aku ingin kalian tinggal dengan nyaman di sini." tambahnya.
Kanara mengerutkan kening, mencoba memahami maksud pria itu.
"Kenapa? Kenapa repot-repot melakukan ini? Kami baik-baik saja dengan kondisi sebelumnya."
Brandon berjalan mendekat, langkahnya mantap namun tidak tergesa-gesa.
"Kau tahu jawabannya." gumamnya pelan setelah sampai di dekat Kanara.
Kanara berusaha tenang, ia menatap Bian lagi yang tetap fokus dengan mainan baru seakan anak itu berada di dunianya sendiri, lalu Kanara menatap lagi ke Brandon.
"Sudah ku bilang aku dan suamiku belum bercerai." bisik Kanara pelan. Keduanya saling bertatap-tatapan. Brandon menatapnya lama lalu tersenyum miring.
"Tidak apa-apa. Karena aku yakin hubungan kalian tidak sedang baik-baik saja."
"Brandon,"
"Aku yakin kau sedang menyembunyikan sesuatu. Tapi tidak apa-apa kalau kau tidak ingin cerita padaku, itu hakmu, aku bisa cari tahu sendiri." balas Brandon masih dengan suara pelan.
Kanara terdiam, tak mampu membalas kata-kata Brandon. Baiklah, dia tidak ingin membicarakan masalah yang itu sekarang. Sekarang bicarakan dulu masalah rumah. Kanara merasa Brandon terlalu banyak mengeluarkan uang untuk mereka.
"Tapi ini terlalu banyak, Brandon. Bagaimana aku mengganti uangmu? Kami tidak terbiasa dengan caramu ini. Aku dan Bian ..."
"Belajarlah untuk terbiasa," potong Brandon dengan nada tegas.
Kanara mendesah pelan. Ia ingin membantah, tetapi sulit untuk menolak niat baik Brandon yang begitu jelas.
Brandon menatapnya dalam-dalam, lalu mengalihkan pandangannya ke Bian yang masih bermain dengan riang.
"Aku ada urusan pekerjaan setelah ini. Aku harus pergi. Kalau kau masih enggan dengan sikapku yang menurutmu berlebihan padahal kau masih punya suami, aku tidak akan mengganggumu untuk sementara."
Setelah DNA itu keluar dan Bian terbukti putra kandungku, jangan harap kau bisa kabur dariku.
Kata Brandon dalam hati
"Mulai besok, kau bisa kerja lagi seperti biasa."
Ujar pria itu lagi singkat, lalu pamit ke Bian sebelum berbalik dan berjalan keluar, meninggalkan Kanara yang masih terdiam di tempat.
kamu malah datang sendiri menyerahkan nyawa dgn suka rela😉
Nunu & Vana yg sudah menyakiti Kanara....tidak akan semudah itu dilepaskan sama Damian