Sebuah kecelakaan merenggut pengelihatannya. Dia merupakan dokter berbakat yang memiliki kecerdasan tinggi, tampan dan ramah menjadi pemarah.
Beberapa perawat yang dipekerjakan selalu menyerah setiap satu pekan bekerja.
Gistara, gadis yang baru lulus dari akademi keperawatan melamar, dengan gaji tinggi yang ditawarkan dia begitu bersemangat. Hampir menyerah karena tempramen si dokter, namun Gista maju terus pantang mundur.
" Pergi, adanya kamu nggak akan buatku bisa melihat lagi!"
" Haah, ya ya ya terserah saja. Yang penting saya kerja dapet gaji. Jadi terserah Anda mau bilang apa."
Bagaimna sabarnya Gista menghadapi pasien pertamanya ini?
Apakah si dokter akan bisa kembali melihat?
Lalu, sebenarnya teka-teki apa dibalik kecelakaan yang dialami si dokter?
Baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dokter dan Perawat 06
Fyuuuuh
Gista mengambil nafasnya dalam-dalam dan mengeluarkan secara perlahan. Tidak bisa dipungkiri sat ini dia sangat gugup. gadis itu sangat penasaran dengan sosok sang dokter, tapi dia juga sedikit takut mengingat semua yang dikatakan victor kepadanya.
Saat ini Gista tengah berjalan di belakang Hyejin yang sedang menunjukkan dimana kamar Haneul berada. Sebenarnya Gista menyimpan pertanyaan, mengapa Haneul yang menderita kebutaan tinggal di lantai dua, bukannya itu akan menjadi sesuatu yang berbahaya? Tapi Gista memilih untuk tidak mengemukakan pertanyaannya itu, dan menyimpannya sendiri.
Tok! Tok! Tok!
" Bang, ini Eomma."
" Masuk."
Suara baritone khas pria dewasa yang bernada rendah membuat Gista sedikit terhenyak. Ia merasa suara itu sangat indah, dan Gista semakin terpana ketika melihat wajah Haneul.
" Woaaah, ganteng bener nih Pak Dokter alias Pak Pasien," ucap Gista dalam hatinya. Ya benar, Haneul merupakan pria yang tampan. Tubuhnya tinggi, badannya atletis, kulit putih bersih dan sesuai dengan namanya yakni wajah dan perawakan Haneul seperti pria-pria yang berasal dari negara Gingseng yakni Korea.
" Abang, kenalkan ini namanya Gista. Dia yang akan jadi perawat Abang mulai hari ini hingga kedepannya. Eomma harap Abang bisa bekerja sama dengan baik."
" Ya terserah."
Hyejin membuang nafasnya, ia tahu bahwa reaksi Haneul akan seperti itu. Hyejin pun menoleh ke arah Gista. Gista paham apa yang ingin disampaikan oleh Hyejin dan ia hanya mengangguk sembari tersenyum.
" Gista, mohon bantuannya ya nak."
" Baik Bu."
Hyejin melenggang keluar kamar. Ia tidak menutup pintu kamar Haneul dan membiarkannya terbuka lebar.
" Oh jadi kamu perawat barunya, siapa nama mu? Aah nggak perlu juga sih tahu, paling lama seminggu kamu di sini. Jadi aku nggak perlu tahu nama mu."
" Hadeeeh."
Tanpa sadar Gista mengeluh. Dia mengerutkan kedua alisnya melihat pasien yang ada di depannya itu. Sejenak dia meragukan citra si dokter. Katanya Haneul adalah dokter yang baik dan ramah. Tapi sat ini yang dia lihat adalah hanyalah seorang pria yang arogan dan pemarah.
Raut wajah Haneul yang tampan itu menjadi kurang enak dipandang karena menunjukkan ekspresi kemarahan.
" Pak Dokter atau saya panggil Anda Pak Pasien, jangan marah-marah mulu. Apa Anda tahu, wajah Anda sekarang kelihatan 5 tahun lebih tua dari usia Anda yang sebenarnya."
" Ya! Beraninya kamu ngomong kayak gitu ke aku. Waah perawat kurang ajar."
" Nah Pak, silakan Anda mengomel sepuasnya tapi setelah itu mari kita makan dan minum obat. Saya lihat Anda belum meminum obat Anda."
Gista melihat adanya makanan dan obat yang masih ada di atas nakas. Dia langsung paham bahwa pria itu sering melakukannya.
Meskipun tubuhnya atletis tapi jika menyesuaikan tinggi tubuh, Haneul termasuk kurus.
" Kalau lama-lama Anda nggak makan nanti kena mall nutrisi lho Pak."
" Waah sialan nih perawat."
Sreeeet
Krompyaaaang
Gista terjingkat saat Haneul mengambil tongkatnya lalu menyapu makanan yang ada di atas nakas. Terlihat sekali wajah Haneul yang puas ketika melakukan itu.
Sedangkan Gista, tubuhnya sedikit bergetar. Kaget dan sedikit takut, itulah yang dirasakannya. Tapi dia berusaha menguasai dirinya. Meskipun Haneul adalah seorang dokter namun saat ini dia merupakan pasien yang harus Gista rawat. Dimana hanya dengan sekali lihat saja Gista tahu bahwa pasiennya ini tengah dalam kondisi psikis yang lelah dan tidak normal.
" Dia pasti berat mendapat cobaan seperti ini," batin Gista. Bukannya kesal gadis itu malah memaklumi apa yang Haneul lakukan. Bayangkan saja, seseorang yang biasanya aktif bekerja menggunakan matanya, melihat semuanya dengan jelas, melalukan segala hal yang ia inginkan, kini dia hanya bisa duduk tanpa bisa melihat situasi apapun. Dan hanya kegelapan yang tampak di depannya.
" Naah kalau Anda sudah puas, sekarang saya akan ambilkan makanan lagi. Setelah ini Anda harus makan dan minum obat. Karena banyak hal yang akan kita lakukan. Tunggu di sini ya, saya akan turun sebentar."
Tap tap tap
Gista melenggang keluar kamar. Ia harus segera membersihkan piring yang berserakan beserta isinya. Dan dia juga harus mengambil makanan lagi untuk Haneul.
Lalu Haneul, pria itu kembali mengerutkan alisnya. Meskipun suara Gista sedikit bergetar tapi gadis itu bisa bersikap tenang. Ini berbeda dari perawat yang sebelum-sebelumnya. Ya Haneul dapat merasakan itu.
Mungkin Gista bisa bertahan lebih lama, tapi terlalu dini untuk menilai. Haneul tidak akan cepat percaya begitu saja. Ia tahu semua perawat yang bekerja di rumahnya ini mau karena gaji besar yang diberikan. Tapi ia yakin bahwa mereka pun tidak akan betah berlama-lama jika melihat bagaiman temperamennya Haneul.
Tap tap tap
" Nah, sebentar ya Pak saya bereskan ini dulu. Setelah itu baru makan."
Srak srak srak
Gista bergega, ia tidak ingin makan pagi Haneul terlambat. Dan baginya beberes adalah hal yang mudah karena itu ia lakukan setiap harinya.
" Aaaa."
" Berikan ke aku, aku bisa makan sendiri."
" Ooh oke kalau gitu. Ini, silakan."
Gista mengambil tangan Haneul dan memberikan sendoknya. Bisa ia lihat meskipun sedikit kesulitan, Haneul bisa makan sendiri. Walau tidak habis tapi isi piring itu tinggal setengahnya.
" Sudah, oke itu sudah cukup banyak. Nah sekarang minum obat Anda."
Lagi-lagi Gista meraih tangan kanan Haneul. Dia lalu memberikan obat di telapak tangan, lalu dia juga memberikan gelas berisi air putih di sebelah kirinya.
Gluk gluk gluk
Gista tersenyum, pagi ini makan dan minum obat berhasil dilakukan dengan baik. Meskipun harus diawali dengan drama kecil tapi itu bukanlah sebuah masalah besar.
" Jadi apa kaki Anda udah bisa digunakan dengan normal? Boleh saya lihat?"
" Nggak usah, aku udah bisa jalan dengan baik kok. Aku tahu kayak mana kondisi tubuhku."
" Aaah iya maaf saya lupa. Anda ini kan dokter ya. Duuuuh saya yang cuma perawat ini jadi sok tahu deh. Nah karena Anda adalah Pak Dokter, jadi Anda tahu dong bahwa Anda harus banyak bergerak untuk mengembalikan kondisi kaki Anda agar semakin baik. Jadi mari kita berjalan-jalan ke luar kamar."
Seketika raut wajah Haneul berubah. Yang tadi sudah tenang seketika mengeras. Gista bisa melihat dengan amat sangat jelas bahwa Haneul sedang dalam kondisi marah saat ini.
Gista menjadi sedikit bingung. Hal apa yang membuat pria itu mendadak begitu."
" Waah kau ini bener-bener ya. Kamu mau ngajak aku keluar! Kamu mau ngasih tahu ke orang-orang kalau aku ini buta ya! Pergi, keluar dari kamarku sekarang!"
" Hah? Oh astaga, salah rupanya."
Gista bergumam lirih, rupanya apa yang dia katakan tadi tidak disukai oleh Haneul. Pria itu benar-benar tidak ingin orang tahu kondisinya.
" Baiklah saya akan keluar, sampai bertemu di makan siang nanti Pak."
TBC
Mantul thor 🥰🥰🥰
Lanjuut