NovelToon NovelToon
Masa Kecil Bulan

Masa Kecil Bulan

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Nikahmuda / Duniahiburan / Kehidupan di Kantor / Slice of Life / Careerlit
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: yuliani fadilah

Sinopsis:
Cerita ini hanyalah sebuah cerita ringan, minim akan konflik. Mengisahkan tentang kehidupan sehari-hari Bulbul. Gadis kecil berusia 4 tahun yang bernama lengkap Bulan Aneksa Anindira. Gadis ceria dengan segala tingkahnya yang selalu menggemaskan dan bisa membuat orang di sekitar geleng-geleng kepala akibat tingkahnya. Bulbul adalah anak kesayangan kedua orangtua dan juga Abangnya yang bernama Kenzo. Di kisah ini tidak hanya kisah seorang Bulbul saja, tentunya akan ada sepenggal-sepenggal kisah dari Kenzo yang ikut serta dalam cerita ini.

Walaupun hanya sebuah kisah ringan, di dominan dengan kisah akan tawa kebahagian di dalamnya. Akan tetapi, itu hanya awal, tetapi akhir? Belum tentu di akhir akan ada canda tawa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yuliani fadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 15 freak parah

"Hello epribadeh!" ucap seorang cowok dengan setengah berteriak, memasuki kamar Kenzo lalu menghempaskan tubuhnya pada kasur Kenzo yang telah dirapihkan cowok itu sebelumnya.

Kenzo yang sedang asik dengan gamenya dengan posisi berada duduk di bawah lantai yang beralaskan karpet berbulu, dan tubuh disandarkan pada sofa yang ada tepat di belakangnya. Mendengkus, menatap malas sepupunya itu yang kemarin baru saja datang dari Bandung bersama Kakek, Neneknya.

"Epribadeh, epribadeh apaan dah, lu!" ujar Kenzo, "Mau ngapain lu ke kamar gue!" sambung Kenzo, beranjak dari duduknya, setelah menyelesaikan terlebih dahulu bermain game dan menyimpan asal ponselnya itu. Cowok itu kembali memposisikan tubuhnya menjadi duduk diatas sofa.

"Sewot amat lu!" jawab Dion, mengubah posisi badannya menjadi duduk bersila.

"Iye! Gue lagi pms! Mau apa lu, mau berantem sama gue?!" ucap Kenzo sembari mengendikan dagunya pada Dion.

Dion terkekeh dibuatnya, "Anjir pms, kebayang gak tuh, anu lo jadi hot dog entar!"

"Caelah, hot dog pala lu kutuan," seketika Kenzo ikut terkekeh mendengarnya.

"Jo, lu gak keluar gituh, pacaran kek, kemana kek. Ngelon mulu lo di kamar kaya anak perawan!" ujar Dion melirik Kenzo yang kembali memainkan ponselnya.

Kenzo mendengus mengelilingkan bola matanya menatap Dion. "Iye! Pacar gue masih di jagain cowok lain! Mau apa lo, hah?!"

"Anjir, lo kayanya beneran pms. Sewot mulu bawaannya!" ujar Dion lagi.

"Ngenes banget hidup lo ya, pacar gak ada, gebetan gak punya. Perasaan muka lu gak buluk-buluk amat dah, masih okelah buat iklan obat kuat!" tutur Dion kembali, yang langsung dihadiahi sebuah lemparan sandal jepit dari Kenzo.

"Mulut lo minta di gampar keknya pake pantat wajan!"

"BANG OON!" panggil Bulbul tiba-tiba setengah berteriak, berjalan dari arah pintu luar kamar Kenzo yang terbuka. Dengan pupil mata yang melebar, menatap garang Dion.

Kenzo dan Dion seketika melihat kearah si empu. "Naon, Bul?" tanya Dion, setelah itu decakan keluar dari mulutnya. "Ck! Bul panggilnya jangan Oon kek, gak enak banget dengernya!"

"Ata Mama, Bang Oon yang makan cotat Bulbul!" sewot Bulbul, sambil membawa bungkus coklat yang ditemukannya di meja makan.

"H-hah, enggak. Bang Kenzo kali," elaknya.

Kenzo kembali melempari Dion dengan sebelah sandal jepit. Dan mengangkat tangannya diiringi gelengan pada kepalanya. "Enggak, enak aja, Abang gak doyan coklat!"

Bulbul mengerucut bibirnya masih menatap sinis Dion. "Bang Oon boong! Tuh, ata Bang Jojo, Bang Jojo Endak cuka cotat!"

"Ata Kakek juga Bang Oon yang makan cotat Bulbul tadi pagi!"

Dion terkekeh, "Dikit Bul!"

"Pokona Bulbul mau cotat puna Bulbul!" pekiknya menyebikan bibirnya kesal.

"Iya-iya, nanti Abang gantiin cotatnya lima belas!"

"Endak mau!" pekik Bulbul kembali. "Bulbul maunya cepuluh!" lanjutnya sambil menunjukan sepuluh jarinya.

"H-hah?" beo Dion dengan mengerjapkan matanya lambat.

"BULBUL MAU CEPULUH COTAT!"

"Ha-hah, iya, nanti diganti sepuluh cotat," ujar Dion.

"Janji?" tanya Bulbul sambil mengangkat jadi kelingkingnya.

Dion mengangguk singkat dan menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking milik Bulbul. "Janji!"

Bulbul tersenyum dan mengecup singkat pipi Dion. "Ya udah, maacih," putusnya dan berbalik badan berjalan santai keluar dari kamar Kenzo.

Dion terkekeh, "Itu yang modelan begituan Adek lu, ye?!"

Kenzo mendengkus kasar, "Bukan!" sahut Kenzo, masih menatap kepergian Bulbul yang belum hilang sepenuhnya dari pandangan keduanya.

Kenzo menaikan kakinya ke sofa dan bersila. "Mau ngapin sih lu ke kamar gue, pergi dah sana, kalo mau numpang tidur doang mah!" lanjut Kenzo berujar, dengan ada nada mengusir terselip disetiap ucapannya. Sembari diiringi kibasan pada tangannya.

Dion mendengus pelan, "Kagak, gue kesini tadinya mau ngajak lu keluar, kemana kek, makan gitu, direstoran misalnya. Mumpung gue ada di jakarta."

"Gak bo'ong nih?"

Dion mengangkat bahunya angkuh.

Seketika Kenzo beranjak dari duduknya. "Ayo dah, gue siap anter. Kayanya lo lagi banyak duid, nih!"

"Iyalah, sultan Ciwidey!" sahut Dion sembari memukul dadanya.

"Gaya lu, Sefuloh!" ujar Kenzo berjalan memasuki kamar mandinya.

"JO, ENTAR PAKE BAJU RAPIH, SEKALIAN DAH PAKE JAS. JANGAN MALU-MALUIN, KITA MAU PARTY-PARTY DI RESTORAN!" ujar Dion setengah berteriak, sebelum cowok itu keluar dari kamar Kenzo.

"IYE! BERISIK LU!"

••

Keduanya telah siap rapi dengan pakaian yang masing-masing kenakan. Kenzo dan Dion sudah berada di dalam mobil Aldan, keduanya menggunakan mobil Aldan kareana usaha Kenzo yang susah payah membujuk agar Aldan meminjamkannya, dengan dalih Dion, lah yang akan menyetir. Karena, sebenarnya Kenzo terpaut umur satu tahun dari Dion, jadi Dion sudah merasa cukup umur untuk mengendarai sebuah mobil. Itulah yang membuat Aldan meminjamkan mobilnya.

Kini Dion tengah memberhentikan mobilnya, atas perintah Kenzo untuk menunggu Satria dan Gibran. Kenzo tidak mau jika hanya dirinya dan Dion yang pergi jalan berdua, nanti seperti sepasang kekasih dong kalo berdua. Fikirnya.

Satria terlebih dahulu mengetuk kaca mobil dari luar. Hanya untuk memastikan.

"Masuk!" perintah Kenzo.

"Tumben bet, lu ngajak kita Makan-makan," ujar Gibran yang telah masuk dan duduk di kursi belakang bersama Satria.

"Bukan dia, tapi gue!" Dion membenarkan pernyataan Gibran, sambil menyalakan mesin mobilnya dan melaju bergabung bersama kendaraan-kendaraan lain di jalan raya sana.

"Oh, pantes. Si Kenzo, kan lagi bokek!" sahut Satria.

"Uang jajannya dipotong, gara-gara ketauan gak ngenterin si Bulbul," Gibran menambahi dan tertawa bersama Satria.

"Bukannya untung, malah buntung!" Satria kembali menimpali.

"Diem lu berdua, buka mulut lagi gue turunin di trotoar!"

Keduanya mendengkus dan memilih bungkam.

Setelah beberapa menit menempuh perjalanan, akhirnya mobil yang Dion kendarai sampai direstoran, yang ada di salah satu kota besar itu.

Mobil yang Dion kendarai memasuki area parkiran.

"Yon, Yon kasih tip satpamnya jangan kek orang miskin dah!" suruh Kenzo sebelum Dion memarkirkan mobil itu dengan benar.

Dion mendengkus dan merogoh celana jeansnya mengambil dompetnya. "Iye!"

"Cepet dah, gue udah laper!" pinta Kenzo, melihat Dion dari tadi hanya meraba-raba setiap saku yang terdapat di setiap pakaiannya.

"Mending kita duluan aja ke dalem, entar lu nyusul, Yon," usul Gibran hendak membuka pintu mobil itu.

"Eh--eh, tunggu!" Dion segera mencegah ketiga cowok itu yang hendak turun.

"Kunaon?!"

(kenapa?!)

Dion menampilkan deretan giginya, sembari menggaruk kepalanya yang gatal. "Anu--em--"

"Kunaon sih maneh!" ujar Kenzo.

(kenapa sih lo!)

"Anu ... do--dompet gue ketinggalan dirumah," aku Dion kembali menampilkan deretan giginya.

Satria sepontan memukul pintu mobil itu. "Yeh--lu yah, terus gimana nasib kita anjir!"

"Lu bener-bener yeh!" Kenzo menatap sinis Dion.

"Duit yang gue bawa cuman segini--" Dion mengeluarkan uang yang berada disaku celannanya, dengan berjumlah lima puluh ribu, yang duapuluh ribu satu lembar, satu lembar sepuluh ribu, dan lima ribuan empat lembar.

"Ini gimana dengan nasib perut kita Malih!" Gibran ikut bersuara.

"Puter balik, dah puter balik malu-maluin amat lu, katanya sultan Ciwidey!" suruh Kenzo kesal.

Dion segera menyalakan mesin mobilnya kembali, melesat pergi dengan gesit dari area restoran itu. "Gue emang sultan, ya, cuman gue lupa bawa dompet!" sahut Dion membela diri.

"Padahal gue udah tahan-tahanin gak makan dari rumah, anjir!" protes Satria tak terima.

"Mana di suruh pake baju rapih lagi! Eh taunya cuman makan angin parkirannya doang!" Gibran ikut berprotes.

"Tenang gue tetep bakal teraktir kalian," ucap Dion dan memberhentikan laju mobilnya di pinggir jalan.

"Sesuai budget yang ada," sambung cowok itu. Dan turun terlebih dahulu.

Ketiganya berdecak kesal dan ikut turun dari mobil.

"Udah rapih, pakean gue udah cakep macem model, golep gue udah kelimis kek gini. Eh, taunya jadinya makan di warteg!" ujar Kenzo menatap warteg dihadapannya.

"Mengsedih emang!" Satria menimpali. Sementara si pelaku hanya bisa terkekeh mendengar ucapan demi ucapan yang di lontarkan ketiga cowok itu.

"Lima puluh ribu, buat berempat bisa buat makan apa coba!" Gibran ikut merutuk, sambil melangkah berjalan masuk mengikuti ketiga cowok itu.

Dion terlebih dahulu mendudukan bokongnya pada kursi panjang disana, diikuti Kenzo dan kedua temannya.

"Mak! Saya mau makan sama ayam go---"

"Eh--lu enak aja makan ayam goreng budget gue cuman limapuluh ribu!" ujar Dion memenggal ucapan Satria.

"Sayur aja ama tempe, empat Mak!" ujar Dion kembali pada pedagang itu.

Ketiganya mendengkus kesal, "Nyesel gue ikut, bukannya makan di restoran bintang lima, eh malah nyasar ke warteg!" ujar Gibran kesal.

"Banyak omong lu, makan noh, udah baek gue jadi ngajak lo makan, daripada enggak sama sekali," sahut Dion.

Ketiganya hanya menghela napasnya pasrah dan menikmati makanan yang ada.

••

Setelah menghabiskan makanan masing-masing dan Dion pun sudah membayarnya. Keempatnya langsung bergegas keluar dari warteg itu.

Dion yang berjalan terlebih dahulu dihadapan Kenzo, Satria dan Gibran, bertanya pada Kenzo dengan menolehkan kepalanya ke belakang sambil terus berjalan. "Jo, lu bawa powerbank g--"

Bak!

Seseorang menyenggolnya yang berjalan dari arah berlawanan, sampai-sampai ponsel yang tengah digenggamnya terlepas dari tangannya.

"Anjir hp gue!" ujar Dion dan segera memungut ponselnya itu dibawah.

"Sorry gue gak liat kalo ada orang," ucap cewek itu ikut berjongkok juga memungut barang bawaannya yang ikut terjatuh.

"Iye, dah gak papa. Untung hp gue gak kenapa-kenapa," sahut Dion dan membantu cewek itu merapihkan barang bawaanya.

Keduanya beranjak dari jongkoknya. "Nih," Dion tersenyum dan memberikan sebagian barang yang dipungutnya.

"Gak usah senyum-senyum! Senyum lu pait!" sewot Kenzo mengusap wajah Dion, yang sudah berada dimana Dion berdiri diikuti Satria dan Gibran.

Dion mengusap wajahnya sendiri menghilangkan jejak usapan dari tangan Kenzo. "Apa sih lu!" ujarnya menatap sinis Kenzo.

"Makasih," ucap cewek itu membalas senyuman Dion dan telah menerima pemberian barangnya dari Dion.

"Sama-sama! Lu gak usah senyum so manis gitu!" sahut Kenzo berucap terlebih dahulu sebelum Dion yang menjawabnya.

"Apa sih lo dari tadi nyaut mulu, terserah gue dong mau senyum kek, mau ketawa kek!" sahut Zeline merotasikan bola matanya sinis pada Kenzo.

"Nyenyenyenyenye!" ucap Kenzo memenye-menye perkataan Zeline. "Btw, lo abis ngebobol toko buku mana?" lanjut Kenzo bertanya, melihat barang bawaan Zeline yang berupa berbagai buku.

"Enak aja kalo ngomong, gue beli, yah!" sewot Zeline, melayangkan paper bag yang berisikan buku pada samping paha Kenzo.

"Lo pada ngapain disini?" tanya Zeline beralih menatap Satria dan Gibran bergantian.

"Iye, kita abis makan dari warteg--"

Sepontan Kenzo menendang tulang kering Satria, agar tidak melanjutkan ucapannya.

Zeline seketika tertawa. "Apaan anjir, makan di warteg aja banyak gaya bener lo pada, rapih bener, kek mau rapat!"

"Heh! Jangan salah lo, gak akan ada cowok cekep yang mau makan di warteg kaya kita-kita!" ucap Kenzo, sambil menunjukan dirinya dan ketiga cowok itu.

"Emang--"

"Dah, lo gak akan ngerti kehidupan orang cakep!" Kenzo memotong ucapan Zeline.

"Yok ges pulang!" perintah Kenzo berjalan terlebih dahulu. Diikuti Gibran dam Satria.

Namun, decakan kembali keluar dari bibir Kenzo melihat si Dion masih berdiri berhadapan dengan Zeline.

Terpaksa Kenzo harus berjalan kembali menghampiri Dion. "Gewat balik Saefuloh!" ujar Kenzo sembali menarik jaket jeans yang Dion gunakan.

(cepet pulang)

"Apa lo liat-liat! Suka lo sama gue!" ujar Kenzo sambil menoyor pelan jidat Zeline yang menatapnya kesal.

"Ihh! Ngeselin banget si lo!" sahut Zeline mengusap jidatnya dan kembali melayangkan paper bagnya sampai mengenai punggung Kenzo. "Amit-amit gue suka sama lo!" sambungnya menghentakan kakinya kesal.

••

1
yuliani fadilah
hallo
Amai Kizoku
Saya suka sekali sama cerita ini, ayo cepat update lagi biar saya gak kesal.
★lucy★.
terharu banget pas adegan romantisnya, ini the best story ever ❤️
Jennifer Impas
Gaya penulisanmu sungguh memukau, thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!