"Devina, tolong goda suami Saya."
Kalimat permintaan yang keluar dari mulut istri bosnya membuat Devina speechless. Pada umumnya, para istri akan membasmi pelakor. Namun berbeda dengan istri bosnya. Dia bahkan rela membayar Devina untuk menjadi pelakor dalam rumah tangganya.
Apakah Devina menerima permintaan tersebut?
Jika iya, berhasilkah dia jadi pelakor?
Yuk simak kisah Devina dalam novel, Diminta Jadi Pelakor
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Perdebatan
Perdebatan antara Elang dan Devina tidak dapat dielakkan. Elang terus saja memaksa Devina untuk memberikan penjelasan kedekatannya dengan Gilang. Sementara Devina tidak bisa mengatakan yang sebenarnya pada pria itu.
"Katakan Nana! Aku butuh kejelasan dari kamu."
"Kejelasan apa? Kita tidak ada hubungan apa-apa lagi. Aku tidak punya kewajiban menjelaskan apapun padamu, seperti dulu. Ingat, aku bukan siapa-siapa kamu Lang!" Devina terpaksa sedikit membentak pria yang dicintainya itu. Dan juga orang yang tidak sadar telah menyakitinya.
"Kita saudara Na. Kamu itu saudaraku, apa kamu lupa itu?" Devina terdiam mendengar kata saudara yang Elang gaungkan.
"Sebagai saudara aku punya tanggung jawab untuk menjaga kamu. Aku punya hak untuk tahu siapa saja pria yang dekat dengan kamu. Aku juga tidak akan melarang kamu dekat dengan siapapun, selagi itu baik. Yang penting bukan suami orang!" Elang balas membentak, bahkan urat lehernya sampai terlihat.
Devina sampai ketakutan melihatnya. Elang tidak pernah semarah ini. Bahkan saat Devina mengundurkan diri dari asisten Elang, pria itu tidak sampai marah seperti ini. Dia hanya kecewa dengan keputusan sepihak Devina. Dan kekecewaan itu reda saat ayah Dewa yang memberikan pengertian pada Elang.
"Kamu sudah bertunangan Elang. Tidak baik jika Devina masih jadi asisten kamu," ucap ayah Dewa, waktu itu.
Keributan keduanya terdengar oleh Eki yang mencari keberadaan Devina. Dia mendekat setelah yakin suara yang dia dengar adalah suara Devina.
"Devina, kamu baik-baik saja?" Eki bertanya seperti itu, karena dia melihat mata Devina yang berkaca-kaca.
"Ada apa ini?" Kini Eki bertanya pada Elang.
"Perdebatan antara saudara. Bukan apa-apa," jawab Elang. Lalu pria itu berjalan mendekati Devina dan menarik mantan asistennya itu masuk kedalam pelukannya.
"Maaf," bisik Elang. "Aku hanya tidak ingin kamu salah melangkah Na. Aku menyayangimu kamu lebih dari diriku sendiri."
Ungkapan sayang Elang inilah yang membuat Devina salah menafsirkan perasaan pria itu. Salahkah Devina, jika ungkapan sayang, perhatian, serta kebaikan Elang selama ini, membuat dia jatuh cinta. Tidak salah. Devina hanya tidak berkaca. Siapa dia, dan siapa Elang? Harusnya Devina tahu diri, sebelum dia membuka hati untuk mencintai Elang.
Devina terisak dalam pelukan Elang. Sekian lama waktu berlalu, kini dia merasakan kembali pelukan orang yang selalu memberikan perhatian padanya. Dulu, sebelum pria itu mengenal Wina.
Tanpa mereka sadari, ada yang merekam kedekatan antara Elang dan Devina. "Dapat kau," ucap orang itu.
"Devina, sebentar lagi pertemuannya dimulai," ucap Eki.
Mendengar ucapan Eki, Elang mengurai pelukannya. Tangannya reflek mengusap air mata Devina. "Jangan menangis lagi. Nanti kita bicara lagi di rumah kita."
Devina menggeleng. Dia tidak akan menginjakkan kakinya ke rumah yang penuh kenangan itu. Sebuah rumah yang Elang beli untuk mereka berdua. Elang bahkan menyerahkan Devina yang mengatur dan menentukan interiornya. Sampai disini, apa Devina salah jika dia mengira rumah yang Elang beli itu adalah rumah masa depan mereka?
Elang yang tidak ingin mereka kembali berdebat, memilih mengalah. Dia pun membiarkan Devina pergi terlebih dulu ke ruang pertemuan dengan Eki.
"Saya baru tahu, kalau kamu dan Elang itu saudara. Kenapa kamu tidak jadi artis juga? Kamu punya modal dengan kecantikan yang kamu miliki," ucap Eki.
Bukan Devina tidak pernah bermimpi, suatu saat dia juga akan menjadi selebriti seperti Elang. Bukankah banyak sekali asisten artis yang akhirnya ikut terkenal, karena diajak bermain di sinetron atau ikut mengisi acara di televisi.
Tapi Elang selalu saja menghalanginya. "Dunia artis itu kejam," ucapnya. Elang tidak mau Devina mendapat hujatan, seperti yang sering dia dapatkan. Apalagi keputusan Elang itu didukung oleh ayah Dewa. Jadilah Devina mengurungkan niatnya untuk menjadi seorang artis.
Setelah Devina tidak lagi menjadi asisten Elang, barulah Devina merasa bersyukur dia tidak terjun ke dunia keartisan. Hidupnya jauh lebih teratur dan disiplin di dunia perkantoran. Walau kadang terasa jenuh. Tapi di Cakrawala Company, Devina bertemu teman baru yang memang tulus dalam pertemanan mereka. Bukan teman yang mau berteman karena ada maksud tertentu, lalu menusuknya dari belakang.
"Dia bukan saudara, Pak. Kami hanya dekat saja sejak kecil. Kebetulan mamanya Elang itu bersahabat dengan bunda aku. Sebelum bekerja di Cakrawala Company, dulu Saya bekerja sebagai asistennya Elang," jawab Devina.
"Pantas saja dekat. Tapi kenapa berhenti?"
Devina tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Eki. Namun sayang, mereka sudah tiba di ruang pertemuan. Devina harus menahan jawabannya, karena terlalu banyak orang ditempat itu. Produser film mengundang media untuk meliput pertemuan hari ini. Itulah alasan mengapa Gilang tidak ikut hadir, dan mewakilkannya pada Eki. Dia tidak terlalu suka di sorot media. Apalagi jika terlihat bersama Sandra.
Selama pertemuan, sikap Sandra tidak ramah seperti biasnya pada Devina. Dia bahkan menunjukkan permusuhan. Itu karena Devina menolak membantu Sandra menjebak Gilang tidur bersamanya. Devina tidak bodoh. Bukan nama baik Gilang saja yang akan tercoreng, tapi juga nama baiknya. Bahkan Cakrawala Company bisa hancur karena hal tersebut.
Sekilas Devina melihat Sandra tersenyum sinis padanya. Istri Gilang itu juga terlihat berbisik pada Wina, yang pagi ini menemani Elang. Devina berusaha bersikap seperti biasa saja. Mengabaikan sikap permusuhan Sandra dan Wina.
Selesai pertemuan Devina dan Eki kembali ke Cakrawala Company. Tiba di lobby, Devina merasa tatapan karyawan Cakrawala Company tidak seperti biasanya. Mereka yang biasa ramah dan tersenyum kini menunjukkan tatapan seolah Devina itu adalah musuh.
Eki ikut menyadari tatapan para karyawan berbeda saat melihat Devina. Dia berencana akan menyelidiki masalah ini setelah kembali ke ruangannya.
"Devina ayo cepat ke ruangan kamu," ucap Salma, sahabat Devina sejak bekerja di Cakrawala Company. Gadis itu menghampiri asisten dan sekretaris Gilang itu. Dia segera menarik Devina untuk masuk ke dalam lift.
Eki yang penasaran mengekor di belakang Devina dan Salma.
"Kamu tidak melihat berita di group?" Tanya Salma setelah mereka berada di lift.
"Berita apa?" tanya Devina. Dia belum sempat membuka smartphone miliknya. Dia sibuk berbincang dengan Eki, selama perjalanan pulang.
"Ternyata berita ini," ucap Eki yang langsung memeriksa pesan group karyawan.
"Berita apa Pak Eki?" tanya Devina.
"Foto kamu dan Elang," jawab Eki sambil menunjukkan foto Devina yang berada dalam pelukan Elang.
"Apa yang salah dari foto ini?" ucap Eki lagi.
Bagi Eki yang tahu kejadiannya memang tidak ada yang salah. Tapi Eki lupa, Jika Elang itu seorang selebriti. Berita seperti ini, tentu saja akan jadi pembahasan. Karena itu, cepat sekali beritanya menyebar, biarpun kejadiannya baru beberapa jam yang lalu.
"Fotonya tidak salah Pak Eki. Tapi keterangan yang menyertai foto itu yang membuat orang jadi berpandangan buruk terhadap Devina," jawab Salma.
"Kamu benar Salma. Ini tidak bisa dibiarkan. Pak Gilang pasti marah besar. Berani-beraninya mereka membuat gosip untuk orang yang ... maksud Saya gosip untuk sekretarisnya," ucap Eki. Hampir saja dia salah bicara. Bisa-bisa dia kena semprot bosnya, karena membongkar rahasia.
Keluar pintu lift, Devina kembali menjadi pusat perhatian. Berbeda dengan karyawan yang ada di lobby, mereka menatap Devina dengan tatapan sedih.
"Devina, kamu jangan sedih. Kami tidak percaya berita murahan seperti itu," ucap Desta.
Devina tersenyum, karena masih ada orang yang peduli padanya. "Terima kasih," balas Devina.
"Devina, Saya pinjam komputer kamu. Kita lihat, siapa yang pertama kali mengunggah foto tersebut. Ini jelas fitnah. Saya ada di sana. Saya sebagai saksinya. Saya juga yang tahu persis apa yang sebenarnya terjadi. Sembarangan saja mereka bicara." Eki terlihat sangat marah dan geram saat dia bicara.
"Orangnya pasti menggunakan akun palsu, atau akun yang baru, Pak Eki," ujar Devina.
"Kamu benar Devina. Karena itu, Saya akan menyelidikinya."
Devina lupa, jika asisten pimpinan Cakrawala Company itu seorang ahli informatika. Jadi dia membiarkan Eki membantunya mencari tahu, siapa orang yang berani memfitnah dia. Walau sebenarnya Devina sudah menyimpan satu nama yang dia curigai.