***
Karena kebodohannya sendiri, Grace harus menghadapi sebuah insiden tak terduga di dalam hidupnya. Dimana dia terpaksa harus terlibat dengan seorang laki-laki yang ia temui disebuah club. Saat itu dia mendapatkan dare untuk mencium seorang pria random disana. Namun sayangnya karena ciuman sialan itu mengantarkannya pada sebuah penyesalan yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Pria yang ia cium itu ternyata bukan orang yang sembarangan. Dia merupakan CEO dari sebuah perusahaan besar yang sangat berpengaruh sekali. Karena pengaruhnya itulah mau tak mau Grace harus membayar mahal atas tindakan bodohnya malam itu.
Akankah Grace sanggup membayar hal tersebut?
***
HALLO GUYS IM BACK!!!
BIJAK DALAM MEMBACA YA! BANYAK MENGANDUNG UMPATAN, DAN TENTU SAJA ADEGAN YG HM-HM. DOSA DITANGGUNG SENDIRI. SIAP-SIAP BAPER WKWK.
Ig : oviealkhsndi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ovie NurAisyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
***
Dunia memang sempit, tapi apa harus sampai sesempit ini?! Tolong, jika saja Grace tahu sejak awal bahwa pria asing yang ia cium di club waktu itu adalah CEO Atlas, mungkin Grace tidak akan pernah mau datang kesini. Kalau sudah begini, Grace harus bagaimana?!
Sekarang Grace sudah ada di ruangan pria ini dan bahkan sudah bertatap muka dengannya. Apa Grace kabur saja? Tapi dia tidak mau bertingkah konyol. Dia tetap harus jaga image.
Pria ini juga mengatakan akan memberikan penawaran pada Grace. Penawaran apa itu?
"Penawaran apa?" tanya Grace.
"Aku akan menerima mu sebagai sekretaris pribadi ku. Tapi tugas mu bukan hanya di kantor, melainkan-,"
"Saya menolaknya. Saya hanya ingin bekerja sebatas di kantor saja, tidak lebih dari itu," potong Grace dengan cepat.
Mendengar pria ini mengatakan Grace akan diangkat jadi sekretaris pribadinya saja sudah membuat pikiran Grace berkelana kemana-mana. Ditambah dia juga mengatakan Grace harus bekerja diluar kantor. Kalian paham kan maksud Grace ini apa?
"Kebiasaan buruk, memotong pembicaraan orang tanpa mendengarkannya lebih dulu. Sangat tidak sopan," ucap Atlas dengan tatapan rendah dan tajam.
"Meskipun kau menolak, aku tetap memiliki berbagai cara agar kau menuruti kemauan ku."
"Dengar, saya memang melakukan kesalahan dengan mencium anda di club waktu itu. Saya minta maaf untuk hal itu. Selain itu saya juga datang kesini untuk melamar kerja sebagai karyawan biasa, bukan untuk posisi sekretaris, apalagi sekretari pribadi. Entah apapun cara yang akan anda lakukan, saya tetap tidak akan menerimanya. Permisi," putus Grace dengan cepat.
Grace langsung berdiri dari duduknya dan berjalan pergi keluar ruangan ini. Bekerja di Atlas Group memang bisa jadi impian semua orang. Sebab perusahaan ini bukan perusahaan sembarangan. Jenjang karirnya juga sudah pasti nyata. Tapi bukan ini yang Grace mau. Jadi lebih baik dia tidak bekerja saja. Dari pada harus menuruti kemauan pria ini.
Tangan Grace berusaha membuka pintu di depanya ini. Namun sayangnya pintu tersebut susah sekali dibuka.
"Terima penawaran ku atau tidak pernah keluar dari ruangan ku ini."
Grace menegang mendengar bisikan sekaligus helaan nafas yang terasa di telinga kirinya. Tangannya hanya mampu mencengkram tuas pintu yang sejak tadi ia tarik agar pintunya terbuka. Grace bahkan meneguk ludahnya kasar, merinding sekali.
Dengan cepat Grace menghindar dari pria ini dengan berjalan kesamping. Baru saja dia membalikan tubuhnya agar bisa melihat pria ini dan melayangkan protes. Lagi-lagi nafasnya dibuat tercekat karena pria ini tiba-tiba saja mengukung tubuhnya dengan posisi berdiri.
"Sebenarnya apa mau mu?" tanya Grace.
Pertanyaan ini seolah pertanyaan yang sejak tadi ditunggu oleh Atlas. Pria itu tersenyum menyeringai dibuatnya.
"Aku memerlukan patner untuk membantu ku menjalankan misi."
"Misi?"
"Kemari lah," ucap Atlas seraya menarik gadis ini kembali ke sofa tadi. Keduanya duduk bersebelahan, bukan berhadapan lagi.
"Aku memerluka patner untuk menjadi pacar pura-pura ku selama kurang lebih satu tahun. Tapi tenang saja, aku tidak akan membiarkan hal itu cuma-cuma saja. Aku akan membayar satu juta dollar untuk semua itu," jelas Atlas.
"Kenapa harus aku? Bukankah sebelum aku, pasti sudah banyak yang tidur dengan mu, kan? Kenapa kau tidak meminta mereka saja?" tanya Grace.
Wajar jika Grace berpikiran ke arah sana. Pasalnya kan dia ini CEO, sudah pasti dia pernah melakukan hal itu dengan banyak wanita. Dan pastinya juga wanita-wanita itu bukan dari kalangan biasa.
"Ini bisnis dan aku yakin hanya kau yang bisa diajak dalam hal ini."
"Maksudnya?"
"Jika aku melakukannya dengan orang lain, maka mereka akan meminta hal lebih. Aku tidak bisa memberikan hal itu, karena aku tidak pernah berpikiran untuk menjalani hubungan seperti itu."
"Maksud mu cinta?"
Atlas dengan cepat menganggukan kepalanya. Apa pria ini pikir, Grace tidak memiliki hati? Meskipun memang dia juga tidak akan pernah menyukai pria ini. Tapi setidaknya kenapa tidak memilih gadis lain? Pasti ada kok yang juga mementingkan uang dibanding perasaannya.
"Aku tidak mau. Pertama aku tidak berminta menjalin hubungan dengan mu, meskipun hanya sebatas pura-pura saja. Kedua, aku tidak butuh uang itu. Dan yang ketiga, kedatangan ku kesini hanya untuk bekerja pada perusahaan mu."
"Kau bekerja karena butuh uang kan? Kenapa tidak sekalian saja? Bekerja di perusahaan ku dan menjadi pacar pura-pura ku."
"Aku bekerja bukan karena uang, tapi karena kemauan ku sendiri. Aku hanya ingin pengalaman berbeda dari sebelumnya. Jadi lebih baik kau cari saja wanita lain, jangan aku. Karena aku tidak mau buang-buang waktu dengan hal bodoh seperti itu."
***
Dengan kesal, Grace menendang-nendang kerikil yang ia lewati. Setelah berdebat begitu lama akhirnya dia bisa keluar juga dari ruangan pria menyebalkan itu. Bukankah sudah jelas, Grace menolak hal itu. Dia juga enggan melakukan itu karena untuk apa? Yang dia inginkan bekerja karena pengalaman dan pengetahuan, bukan karena uangnya. Uangnya sudah cukup banyak dan mampu menghidupinya sebelum ia bertemu dengan calon suami milyadernya nanti.
"ARGHHH. KENAPA SIH HARUS SIAL KAYAK GINI?" gerutunya kesal.
"Awas aja, ini semua gegara dua curut itu. Kalo aja mereka gak kasih gue dare sialan itu mungkin gue gak akan ada dizona kayak gini!"
"Ini siapa lagi yang telpon?! Gak lihat banget gue lagi kesel!!"
Grace dengan cepat mengambil ponselnya dan langsung mengangkat telepon itu tanpa melihat siapa yang meneleponnya.
"APA? GUE SIBUK!"
"Apakah itu pantas, Hazel?"
Grace terdiam seketika. Ia melirik ke layar ponselnya. Seketika kedua matanya membulat. Sialan, ndoro besar yang meneleponnya!
"Maaf, aku kira siapa."
"Kami sudah menunggu kamu sejak tadi. Sopan kah bersikap seperti itu kepada orang yang lebih tua."
"Iya-iya, aku on the way sekarang. Lima belas menit."
"Jangan mengebut!"
tut.
Grace tidak menjawab ucapan orang dibalik telepon. Dia justru langsung berlari menuju ke mobilnya dan segera pergi dari parkiran perusahaan sialan ini. Salah, bukan perusahaannya, melainkan pemiliknya.
Sementara itu diruangan tadi, Atlas terdiam sembari memikirkan satu hal. Ucapan gadis itu masih terngiang-ngiang di telinganya. Dia berniat bekerja bukan karena uang, lalu apa niatnya? Bukankah setiap orang bekerja karena butuh uang?
"Tuan," sapa Daren.
"Bagaimana? Kau sudah menemukan info gadis itu?"
"Masih belum lengkap, tuan. Identitas gadis itu cukup misterius," ucap Daren seraya memberika map ke arah Atlas.
Kemarin Atlas memang meminta Daren untuk mencari tahu tentang gadis yang menciumnya di club. Pencarian Daren hanya memunculkan satu nama, yaitu Gracellina. Dan tidak disangka nama itu masuk di salah satu email pelamar di perusahaannya. Makanya di detik itu juga Atlas meminta pihak HRD segera menghubungi gadis itu. Tapi sayangnya...
tbc.
Komen gessss
kalau mau kan mesti Sah in dulu aduhhh bang sabar Napa bang
cuman belum sampai perkenalan aja ini duh Thor lanjut
sorry Thor Baru sempet baca
takut kecebur dalam cinta karena kepura-puraan .....💪💪