Karena kesalah pahaman Satria harus menikahi cewek yang masih duduk di bangku kuliah bahkan masih satu fakultas dengannya.
Lalu apa yang terjadi pada satria selanjutnya?
wajib baca sampai end !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Satria tersenyum sinis menatap kepergian Win yang membawa kekalahan.
Satria menggapai amplop coklat itu. Menilik isi didalamnya.
Siapa tahu isinya bukan duit tapi daun.
Hehe.
"Beneran?"
"Apanya?"
Satria balik bertanya.
"Yang dikatakan Win barusan"
Eria menatap Satria lekat, kalau dipandang wajahnya sih kayanya Satria bukan playboy.
Tapi ya nggak tahu? Bisa jadi keburukan Satria tersembunyi dibalik wajah tampannya.
"Udah lah itu nggak penting. Nih buat lo. Sesuai perjanjian kita dong"
Satria mengulurkan amplop coklat itu pada Eria.
"Ambil"
Satria berseru karena Eria hanya diam saja seperti tidak berniat mengambil amplopnya.
Dengan gamang Eria mengambil itu dan membolak-balikan amplopnya.
"Ini beneran 15 juta Sat?"
Baru kali ini Eria memegang amplop isi uang sebanyak itu.
"Iya. Anggap aja itu nafkah pertama dari gue, suami lo"
Satria menatap Eria dengan kedua alis dinaik turunkan.
Melihat itu Eria menunduk menyembunyikan bibirnya yang tersenyum.
"Apaan sih? Tetap aja pernikahan kita nggak sah"
Eria mendongak menatap Satria sengit.
"Nggak sah gimana? Orang udah ada saksinya. Orang tua kita juga pada hadir semua. Ada penghulu juga yang nikahkan kita"
Satria tidak terima Eria berkata pernikahannya tidak sah.
Eria gelagapan mendengar jawaban Satria yang memang benar.
"Ya. Tetap aja nggak sah!"
Ketus Eria menatap kelain arah.
Satria mengerut kening. Tentu bingung dengan yang dikatakan Eria.
"Terus yang bikin pernikahan kita nggak sah ada dimananya?"
Walaupun Satria tidak tahu agama dan tidak ahli dalam pernikahan tapi sedikit-sedikit Satria tetap tahu tentang itu.
Eria melirik Satria sekilas, bingung mau menjawab apa.
"Ya. Pokoknya gitu deh. Nggak sah!"
Jawab Eria galak dan naik keatas motor lebih dulu.
Melihat dan mendengar itu Satria bingung, menggaruk belakang kepala yang tak gatal.
"Ck, aneh banget. Nggak jelas"
Gumamnya.
"Satria buruan!"
Teriak Eria dari atas motor.
Akhirnya Satria pun menaiki motornya dan meninggalkan area taman kota.
Dikampus.
Materi pagi ini sedang berlangsung. Pak Tio selaku dosen dijam pagi ini terlihat fokus menulis dipapan tulis.
Semua mahasiswa juga terlihat anteng karena ikut mencatat materi pagi ini dibukunya masing-masing.
Lima menit.
Pak Tio sudah selesai menulis dipapan tulis. Dia menutup dan menaruh spidol ditempatnya lalu menatap semua anak didiknya.
"Oke class. Jika kalian sudah selesai mencatat materi pagi ini saya ingin kalian berlatih membuat proposalnya. Dan proposal itu dikerjakan secara berkelompok. Satu kelompok terdiri dari tujuh orang. Silahkan kalian semua memilih sendiri-sendiri teman berkelompok kalian. Dan proposal itu harus dikumpulkan dipertemuan yang akan datang"
"Baik Pak!"
Semua mahasiswa yang dikelas menjawab sambil menatap Pak Tio.
"Oke. Tidak terasa sudah satu jam kita melaksanakan materi kali ini bersama. Dan saya ingin mengakhiri pertemuan kali ini. Selamat siang dan sampai jumpa dihari berikutnya!"
"Siang Pak!"
Jawab semuanya dengan sangat kompak.
Dan pak Tio pun mengemasi peralatan mengajarnya lalu membawanya keluar dari kelas manajemen bisnis ini.
Setelah dosen keluar mahasiswa yang sudah selesai beranjak dari kursinya masing-masing mereka keluar dari kelas.
Ada yang langsung pulang ada yang mampir dikantin dan ada yang nongkrong sama teman-temannya lebih dulu.
"Heh tungguin dong. Gue masih dikit lagi nih"
Seru Wasa saat teman-temannya berdiri dari tempat duduknya, mereka sudah selesai mencatat.
Vario tersenyum sinis, menatap Wasa yang masih sibuk sama bukunya.
"Beg0 sih catet gitu doang lama"
Maki Vario seakan dirinya punya otak yang cerdas.
Padahal ya, iya gitu deh.
"Nggak usah dengerin bac0tnya Vario. Kita tunggu dikantin"
Vega menepuk bahu Wasa lalu menggiring teman-teman yang lain menuju kantin.
Setelah teman-temannya pergi Wasa menatap sekeliling kelas.
Terlihat masih ada beberapa mahasiswa yang belum selesai mencatatat juga. Jadi Wasa santai saja.
Dikantin.
Suzu, Supra, Vega dan Vario memesan makanan dan minuman yang sama.
Mereka memilih meja yang letaknya ada dipojok paling belakang.
"Satria nggak ngampus dia kemana?"
Supra bertanya menatap Suzu yang ada disebelahnya sambil mengunyah segelinding bakso kerikil.
Iya.
Mereka berempat memesan bakso kerikil dan es teh melati.
Suzu menggeleng, tidak tahu kenapa Satria bolos hari ini. Karena sejak pagi Satria tidak menghubunginya.
"Telat bangun kali. Kaya nggak tahu aja kalau tidur Satria suka males bangun"
Sahut Vega yang mendengar pertanyaan Supra.
"Habis ini kita mampir kerumahnya yuk! Kita siram pake air comberan"
Celetuk Vario terkikik dengan kata-katanya sendiri.
Lucu aja membayangkan Satria yang lagi asyik tidur tiba-tiba disiram air comberan yang kotor dan bau.
"Hahahaha!"
Vario tertawa semakin keras. Membayangkan itu benar terjadi.
Membuat teman-teman yang lain menatap dirinya.
Vega menyenggol lengan Suzu yang ada di sebelahnya.
"Vario kenapa?" Tanyanya heran.
Suzu mengedikan kedua bahu tanda dia tidak tahu. Suzu lebih fokus sama bakso kerikilnya yang terlihat lebih menggoda.
Diambang pintu kantin Wasa celingukan mencari teman-temannya.
Setelah kedua matanya menemukan para temannya Wasa berjalan mendekati mereka.
"Kalian makan apaan?"
Tanya Wasa sambil mendudukan pantat dikursi yang masih kosong.
"Lo bisa liat sendiri kita lagi makan apaan"
Jawab Supra setelah meneguk es teh melatinya dengan sedotan.
Wasa berdecak mendengar jawaban Supra melepas tas dari bahunya lalu berdiri untuk memesan makanan.
"Bakso kerikil sama es teh melati ya Bu"
Seru Wasa sudah ada ditempat pemesanan.
"Oke Mas"
Ucap ibu penjual lalu melepas gagang centong nasi yang sedang dipegangnya karena dia tadi sedang mengaduk nasi didalam magic com.
Sambil menunggu si ibu membuatkan pesanannya Wasa mengambil hapenya yang ada dikantong celana.
Begitu hapenya ia nyalakan terlihat ada tiga chat yang masuk dari Satria. Wasa pun segera membuka chat itu.
[ Bikinin surat izin buat gue sama Eria karena hari ini gue sama dia nggak masuk kampus. Terserah lo mau buat alasan apa. Yang penting dibuatin ]
Setelah membaca chat dari Satria. Wasa menyungging senyum sinis.
"Gila. Si satria kirim chat banyak bener tapi isinya sama. Bangsat emang!"
Wasa menekan tulisan balas dan mengetik beberapa huruf disana.
[ Sorry bro baru sempet buka HP jadi gue nggak tahu kalau lo minta dibuatin surat izin ]
[ Kalian berdua bolos kemana ?]
[ Pak Tio suruh kita buat proposal berkelompok, satu kelompok isinya ada 7 orang. Proposal itu harus dikumpulin besok ]
Send Satria.
"Ini Mas pesanannya"
Seru si ibu menyodorkan satu mangkok bakso Kerikil dan satu gelas es teh melati, tentu dilandasi dengan nampan.
Wasa memasukkan HP kedalam saku celana lagi dan menerima nampan yang ada isi pesanannya.
"Makasih Bu"
"Sama-sama"
Hadehh Eria Eria....dibalikin pulang lu baru rasa
walaupun kamu nggak cinta tapi satria adalah suami kamu.
ada orang yang bilang.
lebih baik di cintai daripada mencintai
si eria kok gitu apa beneran nggak ada rasa sayang buat satria secara kan mereka suami istri.
eria /Angry//Angry/
erianya baru bangun tidur nyenyak.
/Proud//Proud/
jadi pingin tahu reaksi eria pas tahu satria yang keadaannya kaya gitu.