di kota pemalang, tepatnya jalan sudirman terdapat sebuah toko boneka yang terlihat sangat biasa. pemiliknya seorang pemuda bernama sugi, semua orang menaruh hormat kepadanya, karena kesaktianya tiada tanding, segala macam ilmu hitam tidak berpengaruh padanya, ucapanya seperti mantra itu sendiri, segala jenis pusaka tidak berani menunjukan kadigdayaanya di depan sugi. para orang orang sakti yang menunjukan kesaktianya hanya di anggap orang gila di matanya. namun sugi sendiri tidak menyadari bahwa dia adalah orang sakti.
"kenapa kalian berlutut padaku...?"
ig: abdulrizqi60
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
mengobrol dengan arwah
Waktu berjalan cepat tidak terasa siang menjelang sore tiba. Awal adegan ini di buka dengan sugi yang menyanyikan lagu setyo tuhu, sambil menyisir nyisir rambutnya.
Pindha mimi lan mintuno....
Ayo nimas barengan netepi wajib.....
Buat yang tidak tahu mimi dan mintuno itu adalah hewan simbol cinta masyarakat jawa, yang termuat dalam lagu setyo tuhu. Bagi yang penasaran bisa browsing.
Setelah menyanyikan lagu setyo tuhu, sugi menghela nafas panjang. Sugi kemudian mengambil HPnya. Sugi baru ingat handphonenya belum di cas.
Karena sugi tidak membawa cas casan, Sugi keluar kamarnya dan mencoba meminjam cas casan milik pengunjung lain.
Sugi kemudian keluar, dan mengetuk pintu kamar yang terdekat.
"Assalamualaikum!" Ucap sugi.
"Walaikumsalam.." jawab orang dari dalam.
"Loh mas ini yang tadi kan..?" Tanya orang di depan sugi. Yang ternyata teman pria dari beni, orang yang di tabrak sugi.
"Ehh... iya mas.." jawab sugi sambil garuk garuk kepala.
"Ada yang bisa saya bantu..?"
"Emmm, saya mau pinjam charger ada ga mas.."
"Ada sih... tapi... Emmm, hp mas apa..?"
"Hp saya hp samsung A6 mas.."
"Waduh beda merek sama charger saya mas, ga bakal bisa masuk.."
"Emang hp mas apa.."
"iPhone.."
Sugi langsung tersenyum kecut saat ini. "Napa put..?" tanya beni.
"Ini ben... mas ini mau pinjam charger loh punya charger merek samsung...?"
"Inikan mas yang tadi..."
"Hehe, iya mas.."
"Kalau charger samsung, saya ga punya mas... kayanya vina punya deh.."
"Vina? Kamarnya di mana mas...?"
"Itu!" Tunjuk beni pada kamar yang tidak jauh dari tempat berdirinya.
"Ya sudah, makasih yah mas.."
Sugi kemudian berjalan ke arah kamar vina.
"Assalamualaikum!"
"Walaikumsalam.."
Ceklek!
Pintu di buka dan yang membuka adalah vina langsung. Wajah manis vina langsung berubah pucat, ketika yang datang adalah sugi.
Sugi yang melihat wajah pucat vina tersenyum kecut. "Maaf mbak ganggu, saya mau pinjam charger saya lupa bawa."
Bagai di hipnotis, vina langsung masuk ke kamar dan mengambil charger.
"Makasih mbak.." ucap sugi sambil tersenyum ramah. Tetapi dari mata vina senyuman sugi seperti senyuman seorang psychopath.
Vina hanya mengangguk angguk.
Sugi kemudian berjalan kembali ke kamarnya. Walaupun dalam benak sugi masih bertanya tanya, kenapa vina begitu takut padanya.
Sementara itu saat beni dan Putra akan istirahat mereka melotot begitu baru menyadari, bahwa vina takut pada buto khodam dari sugi.
"Gawat ben!"
"Gw udah tau! Cepat kita ke kamar vina.."
Mereka berdua pun berlari secara tergesa gesa ke kamar vina. Di lihatnya sugi sudah masuk ke kamarnya, dengan tangan kanan memegang charger.
Beni dan Putra menghela nafas lega.
Sementara itu sugi langsung mengecas handphonenya. Secara sekilas sugi melihat wajahnya di cermin. Sugi tersenyum kecut, begitu melihat mukanya seperti tampang pencopet.
Setelah mengaca Sugi kemudian pergi dari kamarnya, hendak mencari makan siang.
Sugi berkelilng keliling mencari di sekitar warung yang ada di area curug. Setelah memilih beberapa warung, sugi memutuskan untuk makan di Salah satu warung yang lumayan besar dan ramai.
Saat sugi akan memasuki warung, terlihat kakek kakek tua kurus dengan rambut putih dan sedikit membungkuk, melambai ke arahnya kakek tau itu duduk di salah satu kursi yang kosong.
Di pinggang kakek tua itu juga terselip arit, yang sering di gunakan oleh petani untuk memotong rumput liar.
Sugi kemudian menghampiri kakek tua itu. "Ada apa yah kek?" Tanya sugi.
Kakek tua kurus itu tersenyum tipis kemudian menjawab. "Temani aku di sini nak.." ucap kakek tua itu sambil tersenyum tipis.
Sugi mengakat bahunya, kemudian duduk di hadapan kakek tua itu.
Tiba tiba wanita muda datang. "Silahkan mau pesan apa mas...?" Ucap wanita muda tersebut. Sugi kemudian memesan ayam bakar dan es teh.
Pelayan itu kemudian pergi setelah mengetahui pesanan sugi. Dalam perjalanan pelayan itu pergi pelayan itu mendengar.
"Kakek kenapa tidak makan..?" Ucap sugi.
Pelayan itu heran padahal di depan sugi tidak ada siapa siapa. "Apa ga waras yah ini orang..." batin pelayan itu. Kemudian pergi dari situ.
"Tidak nak, kakek di sini cuman mau berteduh sebentar... kamu kesini liburan nak?" Tanya kakek tua itu.
"Iya kek... kakek ini petani yah..?"
"Iya nak, kakek petani yang bekerja di salah satu sawah, milik juragan ridwan..."
"Juragan ridwan... di mana rumahnya kek?" Tanya sugi basa basi agar ada obrolan.
"Rumahnya ada di desa sumowono, ga jauh dari sini nak..."
"Ohh, iya iya saya tau desa sumowono.."
Beberapa menit yang lalu. Di cottage tempat menginap sugi.
"Vin, kamu napa..?" Tanya septi. Saat melihat vina meringkuk di kasur seolah ketakutan.
Vina yang mendengar ucapan septi langsung bangkit. "Ga papa..." ucap vina karena tidak ingin teman temannya khawatir.
"Makan yuk.. udah laper banget nih..." ucap Monica.
"Ayo, Kita ajak juga Putra sama beni..."
Singkat kata singkat cerita. Beni, putra, septi, Monica, dan vina berjalan di sekeliling warung mencari makan siang.
Tidak lama kemudian mereka semua sampai di warung, yang di tempati sugi.
Saat mereka masuk, seketika wajah vina langsung pucat, ketika melihat perampok tidak sugi duduk bersama seorang arwah kakek tua.
"Gila, di mana mana ada manusia dekil itu.." ucap septi.
"Husss.. jangan gitu sep.. dia itu bukan orang biasa..." ucap vina.
"Eh, orang itu ngobrol sama siapa guys padahal di depannya ga ada siapa siapa...." ucap Putra.
"Dia ngobrol sama arwah kakek tua pembawa arit, yang sedang menggentayangi desa sumowono..." ucap vina.
"Whattt..!!!" Kaget ke empat teman vina. Mereka kaget karena mereka bukan indigo seperti vina.
"Guys, gw punya ide gimana kalau kita nguping obrolan mereka.. yah walaupun cuma vina yang bisa mendengar ucapan kakek tua itu. Siapa tau kita dapat informasi kenapa kakek tua itu menggentayangi desa sumowono.."
"Oke.. tapi kalian harus bisa sandiwara jangan sampai kakek tua itu tau bahwa aku indigo.." ucap vina.
Ke empat teman vina mengangguk. Mereka berlima langsung duduk di meja yang tidak jauh dari sugi.
"Vin, lo bisa denger kagak dari sini...?" Tanya Monica
"Bisa.."
Mereka berlima pun berbicara seperti pada umumnya dengan suara lirih, agar vina tidak terganggu, dan tidak di curigai sedang menguping.
Kembali pada sugi dan kakek tua.
"Nama kamu siapa nak, lalu kamu kerja apa..?"
"Nama saya damar aby sugito kek biasa di panggil sugi dari kecil, kalau untuk kerja saya cuman penjual boneka biasa kek.."
Aura dingin yang sangat menusuk kulit langsung terasa, ketika sugi mengatakan. "Penjual boneka biasa."