NovelToon NovelToon
Gadis Desa Vs Pewaris Sultan

Gadis Desa Vs Pewaris Sultan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cintamanis / Anak Yatim Piatu / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: I Wayan Adi Sudiatmika

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi hutan, hiduplah Kirana, gadis cantik, cerdas, dan mahir bela diri. Suatu hari, ia menemukan seorang pemuda terluka di tepi sungai dan membawanya ke rumah Kakek Sapto, sang guru silat.


Pemuda itu adalah Satria Nugroho, pewaris keluarga pengusaha ternama di Jakarta yang menjadi target kejahatan. Dalam perawatan Kirana, benih cinta mulai tumbuh di antara mereka. Namun, setelah sembuh, Satria kembali ke Jakarta, meninggalkan kenangan di hati Kirana.


Bertahun-tahun kemudian, Kirana merantau ke Jakarta dan tak disangka bertemu kembali dengan Satria yang kini sudah dijodohkan demi bisnis keluarganya. Akankah mereka bisa memperjuangkan cinta mereka, atau justru takdir berkata lain?


Sebuah kisah takdir, perjuangan, dan cinta yang diuji oleh waktu, hadir dalam novel ini! ❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon I Wayan Adi Sudiatmika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22: Kemarahan Orang Tua Susi

Kirana dan Ririn mengantar Susi pulang dengan motor mereka. Udara sore terasa dingin menyelimuti mereka seolah ikut merasakan kegundahan yang membebani hati mereka. Beban di hati mereka terasa berat seperti ada awan kelabu yang menggantung di atas kepala mereka. Kirana yang membonceng Susi mengendarai motornya dengan pelan seolah menghormati keheningan yang menyelimuti perjalanan itu. Tangan Susi memegang erat tangan Susi yang melingkar di pinggangnya sedikit memberikan kehangatan di tengah dinginnya udara sore itu.

“Kita hampir sampai Kak…,” bisiknya dengan suara lembut namun penuh kepedulian. Dia melirik ke belakang melalui kaca spion untuk memastikan Susi baik-baik saja. “Kakak harus kuat… Kami akan temani kakak sampai di rumah.”

Susi hanya mengangguk pelan dengan mata yang masih berkaca-kaca. Dia membisu selama perjalanan seperti masih terperangkap dalam bayangan kejadian yang baru saja dialaminya. Kirana kembali memberikan semangat kepada Susi. “Kakak tidak sendirian…. Kami selalu ada buat kakak…,” ujarnya dengan suara penuh ketulusan.

-----

Flashback:

Beberapa jam sebelumnya... suasana rumah Susi dipenuhi dengan kecemasan. Mama Susi terus melirik jam di dinding. Jarum jam sudah menunjukkan pukul enam sore tapi Susi belum juga pulang. Biasanya Susi sudah pulang sebelum jam 3 sore dan jika terlambat, Susi pasti akan menelpon mamanya. Namun kali ini tidak ada kabar sama sekali bahkan ponselnya tidak dapat dihubungi.

“Kenapa Susi belum pulang Pa…?” tanya Mama Susi kepada suaminya dengan suara penuh kekhawatiran. Tangannya memegang erat sapu tangannya seperti mencoba menenangkan diri.

Papa Susi sedang duduk di kursi ruang tamu. Wajahnya juga penuh kecemasan. “Papa sudah telpon dia beberapa kali tapi tidak ada jawaban,” ujarnya dengan suara rendah tapi penuh dengan tekanan. Dia mencoba menenangkan istrinya tapi hatinya sendiri juga tidak tenang.

Mereka memutuskan untuk mengirim beberapa anak buah mereka untuk mencari Susi.

Setelah beberapa lama salah satu dari mereka menelpon dengan suara cemas. “Pak… kami menemukan mobil Susi di pinggir jalan… tapi… Susi tidak ada di sini…,” lapor anak buahnya dengan suara gemetar.

Mama Susi yang mendengar percakapan itu langsung menutup mulutnya dan air matanya mulai mengalir. “Tidak… tidak mungkin…,” bisiknya dengan suara seperti pecahan kaca yang berserak. Papa Susi memeluk istrinya dan mencoba menenangkan istrinya tapi hatinya sendiri juga dipenuhi dengan ketakutan.

“Kalian cari sampai dapat…! cari informasi di sekitar tempat itu…! cari sampai ketemu…!” perintah Papa Susi pada anak buahnya dengan suara tegas namun penuh kekhawatiran.

-----

Ketika mereka sampai di depan pintu gerbang rumah Susi, terlihat orang tua Susi sudah menunggu di depan pintu dengan wajah yang dipenuhi kekhawatiran. Mata mereka terus menatap ke arah gerbang seperti mengunggu kabar baik yang tak kunjung datang. 

Begitu melihat motor Kirana memasuki gerbang rumah, wajah orang tua Susi berubah dari khawatir menjadi panik. Mereka segera melangkah maju dan tangan Mama Susi menutup mulutnya yang terbuka lebar karena terkejut. “Susi…!” teriak Mama Susi dengan suara penuh kecemasan yang tertahan.

Susi yang masih duduk di belakang Kirana langsung turun dari motor begitu mesin dimatikan. Tanpa berpikir panjang dia langsung berlari ke pelukan mamanya. Tangannya erat memeluk tubuh mamanya yang hangat. “Mama….!” Tangisnya pecah dengan suara histeris dan penuh keputusasaan. Tubuhnya kembali bergetar hebat.

Mama Susi memeluk erat anaknya dengan mata berkaca-kaca. “Susi… Susi… ada apa Nak…? Kenapa kamu seperti ini…?" tanyanya dengan suara penuh ketakutan. Takut terjadi hal yang tidak diinginkan, apalagi melihat pakaian dan rambut Susi yang berantakan. Bahkan baju Susi di beberapa bagian telah robek. 

Tangan Mama Susi mengusap rambutnya yang berantakan dan berusaha mencoba menenangkannya. Papa Susi yang berdiri di samping mereka memperlihatkan wajah yang dipenuhi kemarahan dan kebingungan. Matanya menatap Kirana, Ririn dan Dina yang masih berdiri di dekat motor mereka seolah-olah mencari jawaban.

“Ayo… kita masuk dulu…,” ujar Papa Susi dengan suara tegas tapi penuh dengan kelelahan. Dia mempersilahkan Kirana, Ririn dan Dina masuk ke dalam rumah. Ruang tamu yang biasanya terasa hangat kini terasa dingin seperti mencerminkan suasana hati yang sedang kacau.

Sedangkan Susi diajak mamanya di kamar untuk menenangkan diri. Sementara Papa Susi duduk di kursi tuang tamu dengan wajah dipenuhi dengan pertanyaan yang belum terjawab. “Apa yang sebenarnya terjadi?” tanyanya dengan suara rendah tapi penuh dengan tekanan. Matanya menatap Kirana, Ririn dan Dina secara bergantian mencoba mencari petunjuk.

Kirana menarik napas dalam-dalam sebelum mulai bercerita. “Kami menemukan Kak Susi di sebuah gubuk Om… Daniel dan teman-temannya… mereka…,” suaranya terhenti sejenak seperti mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Mereka mencoba melecehkan Kak Susi… Kami berusaha menghentikan mereka…,” ujarnya dan suaranya berhenti lagi karena emosi yang mulai memuncak. Kirana menunduk dan mencoba menahan air mata yang sudah menggenang di kelopak matanya. Kemudian Kirana menceritakan secara singkat dan detail apa yang mereka lihat dan alami. 

Papa Susi mengepalkan tangannya dan wajahnya memerah karena marah. “Daniel? Anak pejabat itu?” ujarnya dengan suara seperti deru angin yang kencang. Dia menghela napas panjang seperti mencoba menahan amarahnya yang meluap. “Tapi… apa yang bisa kita lakukan? Orang tuanya sangat berpengaruh…”

Dina yang selama ini diam akhirnya angkat bicara. “Om… saya… saya punya bukti,” ujarnya dengan suara rendah. Dia mengeluarkan ponselnya dari tas, mengutak-atik ponselnya sejenak dan menyerahkannya kepada Papa Susi. “Saya merekam semua yang terjadi. Walaupun tidak merekam apa yang terjadi di dalam gubuk tapi pembicaraan Daniel dan teman-temannya waktu bertengkar dengan Kirana dan Ririn terdengar jelas Om….”

Papa Susi mengambil ponsel itu dengan tangan yang sedikit gemetar. Matanya menatap layar ponsel seperti mencoba memahami apa yang terjadi. “Ini… ini bisa menjadi bukti yang kuat,” ujarnya dengan suara penuh semangat. “Om akan menemui orang tua Daniel secara pribadi. Ini tidak bisa dibiarkan.”

Rini menambahan, “Kami juga akan lapor ke pihak sekolah. Daniel dan teman-temannya nggak boleh dibiarkan begitu saja. Mereka harus bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan…”

Papa Susi mengangguk pelan. “Kalian sudah melakukan hal yang benar. Terima kasih sudah melindungi dan menyelamatkan Susi. Sekarang… biarkan kami yang urus sisanya.”

Kirana dan Ririn mengangguk dan merasa lega karena Susi sekarang berada dalam pelukan orang tuanya. Mereka tahu bahwa ini bukan akhir dari masalah tapi setidaknya ini adalah langkah pertama menuju kedamaian.

-----

Bagaimana keadaan Susi setelah ini..? Bagaimana orang tua Susi menyelesaikan masalah ini..? Kita lanjutkan pada bab berikutnya.

1
Atik R@hma
pertemuan pertama, 😚😚
Atik R@hma
ok ka,,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!