Lingga Sari tercipta sebagai makluk dalam dua wujud, bisa menjelma menjadi perempuan yang cantik jelita namun juga dalam wujud kera putih yang besar.
Lingga Sari jatuh hati pada Wanandi, pemuda desa manusia biasa, cinta terbalas, kebahagiaan mereka lengkap dengan hadirnya sang buah hati..
Akan tetapi kebahagiaan itu sirna saat Wanandi mulai tidak kerasan tinggal di kerajaan alam astral.
Kehancuran Lingga Sari semakin parah di saat dia dijadikan abdi oleh dukun sakti..
Suatu ketika Lingga Sari berhasil lepas dari dukun sakti dia lari sembunyi di hutan yang lebat dan bertemu dengan seseorang di hutan lebat itu, siapa dia akan mencelakakan atau membantu Lingga Sari?
Bagaimana perjuangan Lingga Sari untuk meraih lagi kebahagiaan nya, apakah dia bisa bersatu lagi dengan suami dan buah hatinya di alam astral atau di alam nyata????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 11.
Waktu pun terus berlalu, pagi hari pun telah tiba.. para pemuda masjid sudah pamit pulang..
“Paman sudah pagi hari aku akan kembali ke Kerajaan Sang Ratu, mungkin Ibu ku sudah di sana Paman, aku juga takut kalau orang orang mengusir ku lagi..” suara imut Windy sambil bangkit berdiri.
“Baiklah Windy, aku akan ke kota untuk beli semen, nanti makam ayah kamu akan aku semen agar orang susah untuk mengambilnya. Aku juga akan lapor ke pengurus Desa tentang orang orang yang akan mencuri jasad Ayah kamu. ” Ucap pemuda kerabat Wanandi yang juga bangkit berdiri.
“Terima kasih Paman, nanti kalau aku bertemu ibu aku akan cerita kan itu. Tapi kalau Ibu ku mengambil tubuh Ayah masih bisa kan Paman?” tanya Windy yang masih ingin tubuh Sang Ayah dibawa ke kerajaan Sang Ratu. Dan dia tidak tahu kalau Sang Ibu sudah terperangkap masuk di dalam batu akik Mbah Dukun.
“Bisa Win, kita bongkar tapi agak lama.. yang penting pencuri susah untuk mengambil nya dulu, besok kalau Ibu mu mau pindah makam Ayah kamu kita pikirkan lagi..” ucap pemuda kerabat Wanandi sambil menatap wajah imut Windy yang terlihat bingung..
“O ya Wind.. ini uang dari penjualan kalung Ibu kamu, ada banyak sekali.. ternyata kalung Ibu kamu itu sangat mahal..” ucap pemuda kerabat Wanandi sambil memegang tas salempang nya dan membuka retsleting nya, terlihat satu tas penuh uang berwarna merah jambu seratusan ribu.
“Paman bawa saja uang itu.. untuk beli semen..” suara imut Windy yang tidak tahu uang.
“Ini sisa banyak Windy..”
“Paman simpan saja dulu, besok tanya kan pada Ibu..” suara imut Windy lagi..
“Baiklah, sekarang pulanglah kamu ke Kerajaan Sang Ratu datanglah ke sini lagi kalau kamu rindu Ayah dan Nenek.. Aku juga akan segera ke kota, biar nanti bisa segera mengecor makam Ayah kamu. “ ucap pemuda kerabat Wanandi..
Dan Windy pun menganggukkan kepala nya, sesaat kemudian..
CLING
Tubuh Windy sudah hilang lenyap dan dalam sekejap dia sudah berada di dalam rumah nya.. Di Kerajaan Sang Ratu yang kini telah larut malam..
Windy melangkah menuju ke kamar, kedua matanya berkaca kaca karena di tempat tidur itu kosong tidak ada sosok Ibu dan Ayah nya yang biasa nya terbaring di atas tempat tidur itu.
“ibu kenapa belum juga pulang...” suara imut Windy dan air mata sudah meleleh pada kedua pipi mulus nya
“Ibu ke mana ya.. apa Ibu ditangkap orang orang hu.... hu.... hu.....” Windy pun mulai menangis tersedu sedu ada perasaan di hatinya yang tidak enak..
Windy pun membaringkan tubuh mungilnya di atas tempat tidur sambil memeluk bantal Sang Ibu dan bantal Sang Ayah..
Sementara itu di lain tempat, di bumi alam nyata, sebuah bis malam melaju dengan kencang di sebuah ruas jalan raya antar provinsi.
Di dalam bis itu duduk seorang laki laki setengah baya, kumis tebal melintang, dengan memakai baju hitam hitam dan celana panjang juga hitam. Dia lah Ki Selo Marto, seorang dukun dari Jawa yang diundang oleh Mona. Kini pekerjaan nya sudah selesai dan dia akan pulang ke Jawa. Meskipun Mona memberi uang transport yang bisa untuk membeli tiket pesawat, tetapi Ki Selo Marto lebih memilih naik bis malam karena disamping harga lebih ekonomis dia juga takut naik pesawat terbang.
Bibir Ki Selo Marto tersenyum senang sambil melihat batu akik di cincin nya..
“Rejeki nomplok dapat bayaran banyak dan dapat oleh oleh.. ingon ingon.. ( peliharaan) ha. Ha... ha....” gumam Ki Selo Marto di dalam hati dan tertawa nya tentu saja juga di dalam hati.
Penumpang bis lain yang duduk di dekat Ki Selo Marto tampak menoleh ke arah nya, karena sejak tadi Ki Selo Marto terus saja memandangi batu akik nya dan tersenyum senyum sendiri.
Sedang kan Lingga Sari yang menjadi kecil dan berada di dalam batu akik, hanya bisa menangis sedih. Sebab sudah mengerahkan segala kekuatan nya dan segala daya upaya hasil nya sia sia, justru dia merasa semakin lemah tidak berdaya..
“Hu... hu... hu... Windy.. Ibu malah dibawa orang entah ini mau ke mana hu... hu... hu... nanti kalau Ibu sudah bisa keluar nanti Ibu akan segera menemui kamu Windy.. hu.... hu.... hu....” tangis Lingga Sari di dalam batu akik Ki Selo Marto.
Bis malam itu terus melaju menuju ke pelabuhan dan selanjutnya, bis akan naik ke kapal feri untuk menyeberang samudra untuk terus melanjutkan perjalanan nya ...
Waktu pun terus berlalu, pagi hari di alam astral Kerajaan Sang Ratu. Windy sudah bangun dari tidur nya. Tetangga nya sudah memberi tahu jika Ibu nya Lingga Sari belum juga terlihat pulang ke rumahnya..
“Aku akan menghadap Sang Ratu saja..” gumam Windy di dalam hati tampak dia berpikir pikir.
“Tapi aku takut pada Sang Ratu, aku ajak Paman sebelah saja...” gumam Windy di dalam hati lalu dia melangkah ke luar dari rumah nya untuk menemui Paman tetangga sebelah rumahnya.
“Paman.. “ suara imut Windy agak keras..
“Hei Wind kamu kemarin aku cari cari mau aku ajak main, tapi kamu tidak ada..” ucap Gotri anak Paman sebelah teman Windy tetapi umurnya sudah lebih tua dua tahun dari umur Windy.
“Kakak Gotri apa Bapak kamu ada?” suara imut Windy
“Bapak dan Ibu ku sudah kerja, ada apa?”
“Mau aku suruh antar aku menghadap Sang Ratu aku mau lapor ibu ku hilang dan Ayahku meninggal..” suara imut Windy terdengar sedih.
“Ayo aku antar saja, aku kan sudah lebih besar dari kamu. Bapak dan Ibu ku lama bekerja nya, biar Ibu kamu cepat ketemu..” ucap Gotri yang wajah nya agak seram tidak imut seperti Windy, bulu bulu putih di tubuh Gotri pun tampak lebat dan panjang panjang.
Dua bocil makluk astral dan makhluk campuran itu berjalan menuju ke kedaton tempat Sang Ratu bertahta..
“Aman tidak ada Nyi Dasih. “ ucap Gotri saat sudah melangkah di taman depan kedaton, selain Nyi Dasih adalah tukang kepo dia juga suka nyuruh nyuruh bocil bocil di kerajaan Sang Ratu itu..
Sesaat dua bocil itu sudah di depan kedaton..
“Kamu mau ambil sandal ya?” tanya penjaga pintu kedaton saat melihat sosok Windy..
“Iya Paman, tetapi di samping itu aku juga mau menghadap Sang Ratu. Ibu ku hilang..” suara imut Windy sambil menatap Paman penjaga pintu kedaton.
“Ratu sedang pergi melakukan lawatan ke kerajaan kerajaan relasi relasi Sang Ratu, untuk mencari Putri calon istri Pangeran Dewa Anum. “ ucap Paman Penjaga pintu kedaton.
“Kapan Sang Ratu pulang paman ?” suara imut Windy dan wajah imut nya mendongak menatap sosok paman penjaga pintu kedaton, ada nada dan ekspresi wajah kecewa Windy