Berkisah tentang perjalanan panjang seorang pendekar tingkat tinggi dari dunia persilatan. Dia mengalami pertempuran antara hidup dan mati melawan para pendekar dari dunia persilatan.
Kisah ini berawal dari beberapa tahun silam ketika dia menemukan sebuah kitab suci legenda dan pedang pusaka. Kitab suci itu dipercayai mampu mengubah takdir dan hidup seseorang.
Dan akhirnya para pendekar dari berbagai kalangan mulai dari aliran putih, netral dan hitam bekerja sama membuat jebakan untuk mengkapnya.
Mari kita ikuti petualang Feng Xuan atau Lan Xuan Yu dalam perjalanan hidup barunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tasya anam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Kehangatan keluarga.
Dalam beberapa hari tidak ada seorang pun yang berani membuka pintu kamar Lan Xuan Yu. Di luar pintu kamarnya pun ada beberapa orang pelayan yang bergantian berjaga semua atas perintah patriak.
Patriak Lan Meng Tao sesekali juga datang untuk melihat. Namun putranya masih juga belum keluar dari latihan tertutup.
Berbeda dengan ibunya Xiao Mei meskipun saat ini tengah hamil besar. Dia tetap mengunjungi kamar putranya setiap hari, guna memastikan keadaan putranya baik baik saja.
Ketika melihat putranya masih juga belum keluar, dia berpesan pada para pelayan untuk mengabari secepatnya jika Lan Xuan Yu sudah mengakhiri latihannya.
Sementara itu di dalam kamar tubuh Lan Xuan Yu bergetar hebat. Saat ini Lan Xuan Yu sedang membersihkan tulang sumsumnya. Mengingat kualitas tulang yang dimilikinya sudah sangat tinggi yaitu kualitas tulang naga kuning.
Jika dia bisa berhasil membersihkan sumsum tulangnya dengan baik, maka Lan Xuan Yu akan memiliki banyak keuntungan. Seperti mempercepat pemulihan jika tulangnya patah, dapat menyimpan jumlah tenaga dalam berjumlah besar bahkan berkali-kali lipat dari sebelumnya dan mempercepat peningkatan kualitas tulang selanjutnya.
Tidak ada seorang pun yang bisa mempelajari cara pembersihan tulang sumsum ini dengan benar kecuali dia. Karena ilmu itu dia bawa dalam ingatan dari kehidupan pertamanya.
Lan Xuan Yu hampir saja pingsan berkali kali karena rasa sakit menderanya. Proses ini sebenarnya hanya membutuhkan waktu sebentar.
Namun dia harus mempersiapkan mentalnya sendiri dengan baik terlebih dahulu. Sebab proses ini tidak boleh ada kesalahan sedikit pun. Jika tidak maka akan berakibat fatal untuknya. Detik demi detik di lalui Lan Xuan Yu terasa sangat berat dan panjang.
Setelah selesai membersihkan tulang sumsum Lan Xuan Yu pun segera beristirahat sejenak guna memulihkan kondisinya.
Ketika di rasa tubuhnya sudah kembali prima Lan Xuan Yu selanjutnya mulai mengumpulkan tenaga dalam. Dia pun langsung menyimpannya ke dalam tulang sumsumnya.
Dua puluh hari telah berlalu semenjak dirinya memutuskan untuk melakukan latihan tertutup. Karena dirasa semua sudah cukup Lan Xuan Yu pun memutuskan untuk mengakhiri latihannya.
Kini jumlah tenaga dalam yang di miliki oleh Lan Xuan Yu sudah mencapai 18 persen. Kultivasinya pun meningkat kini sudah mencapai tingkat bergelar.
Meskipun kualitas tulangnya tidak meningkat namun berkat pembersihan tulang sumsum, kini Lan Xuan Yu memiliki pondasi jauh lebih baik dari siapapun.
Beberapa saat setelah Lan Xuan Yu mengakhiri latihannya. Tidak lama kemudian kedua orangtuanya segera sampai.
"Xuan'er lihat tubuhmu sekarang lebih kurus." Xiao Mei menetes air mata antara sedih dan haru. Dia sedih melihat putranya terlihat lebih kurus terharu karena putranya berhasil dalam latihannya.
"Sudahlah ibu. Xuan'er baik baik saja. Kasihan adikku kalau ibu bersedih." Lan Xuan Yu mengelap air mata ibunya dengan lembut.
Kehangatan keluarga yang di rasakan oleh Lan Xuan Yu perlahan lahan mulai membentuk karakter baru dalam diri. Di kehidupan pertamanya dia memiliki sifat dingin dan arogan.
"Xuan'er bagaimana kalau kita adakan latih tanding dengan murid sekte untuk menguji kemampuanmu?" Ayahnya memberikan usul pada Lan Xuan Yu. Xiao Mei yang mendengar perkataan suaminya langsung menoleh dan melotot ke arahnya.
"Apakah kamu sudah gila? Xuan'er baru saja keluar dari latihan tertutup. Dan kamu langsung saja ingin mengajaknya berlatih. Tidak. Tidak boleh." Xiao Mei menjawab dengan tegas usulan suaminya.
"Iya. Iya tidak jadi." Jawab patriak Lan Meng Tao pelan namun matanya memberi isyarat pada Lan Xuan Yu. Ketika melihat kode ayahnya Lan Xuan Yu hanya tersenyum tipis.
Ketika mendengar putranya keluar dari latihan tertutup Xiao Mei langsung memerintahkan pada para pelayan untuk menyiapkan makanan kesukaan putranya.
"Nyonya makan malam sudah siap." Salah satu pelayan datang ke kamar Lan Xuan Yu memberitahu makan malam sudah selesai disiapkan.
"Ayo kita makan dulu. Perut Xuan'er pasti sudah sangat lapar."
"Iya ibu. Xuan'er sudah sangat lapar. Dan rasanya ingin memakan sebakul nasi." Lan Xuan Yu menjawab perkataan ibunya dengan sedikit bercanda. Patriak Lan Meng Tao dan Xiao Mei tersenyum ketika mendengarnya.
Suasana makan malam kali ini terasa sangat berbeda penuh dengan kebahagiaan. Setelah selesai makan malam mereka berjalan menuju halaman belakang.
Lan Xuan Yu membaringkan tubuhnya di dekat ibunya. Kepalanya di letakkan pada di pangkuan ibunya. Di sana mereka bersenda gurau sambil menikmati langit malam penuh bintang.
"Ayah. Xuan'er rasa perkataan ayah ada benarnya. Selama ini Xuan'er hanya berlatih meningkatkan kekuatan saja dan belum pernah melakukan latihan tanding. Jadi Xuan'er ingin mencobanya."
Patriak Lan Meng Tao tidak langsung menjawab perkataan putranya. Tetapi justru menoleh ke arah istrinya yang duduk disampingnya sambil mengusap usap rambut putranya.
Sebab jika dia salah sedikit saja menjawab maka urusannya akan menjadi panjang. Saat ini istrinya tengah hamil besar dan cepat sekali mengalami perubahan mood. Jadi sebisa mungkin dia menjaga hati dan perasaan istrinya agar tetap baik baik saja.
Ketika melihat ayahnya tidak segera menjawab, justru menoleh ke arah ibunya. Lan Xuan Yu mengerti ayahnya sedang menjaga perasaan ibunya. Karena tadi ibunya sempat menolak usulan ayahnya. Lan Xuan Yu meraih tangan ibunya dan menggenggamnya erat. Tangan yang tadinya mengusap rambut lembut penuh kasih sayang.
"Ibu. Xuan'er mengerti perasaan ibu. Karena besarnya rasa sayang ibu dan takut melihat Xuan'er terluka. Tetapi Xuan'er sudah besar ibu. Cepat atau lambat Xuan'er pasti akan terjun ke dunia persilatan. Karena itu sudah menjadi garis takdir Xuan'er sebagai penerus keturunan sekte. Xuan'er harus mengembalikan kejayaan sekte Gunung Awan pada puncaknya lagi. Jadi Xuan'er mohon ibu mengijinkan dan merestui perjalanan Xuan'er sebagai pendekar..." Lan Xuan Yu menjelaskan dengan sangat hati hati.
Mendengar putranya berbicara seperti itu hati Xiao Mei menjadi bimbang. Di satu sisi dia tidak ingin melihat putranya terluka karena rasa sayangnya. Namun di sisi yang lain dia juga tidak ingin menjadi penghambat putranya untuk meraih mimpinya.
Setelah terdiam cukup lama. Xiao Mei berhasil mengendalikan perasaannya. Dia sudah mengambil keputusan. Dia tidak boleh egois dan tidak ingin menjadi penghambat putranya. Dia harus mendukung sepenuhnya apa yang menjadi cita-cita putranya.
"Baiklah. Tetapi Xuan'er harus berhati-hati dan menjaga diri dengan baik. Ibu akan sangat sedih jika melihat Xuan'er terluka."
"Terimakasih ibu." Lan Xuan Yu langsung mencium tangan ibunya karena bahagia. Patriak Lan Meng Tao pun menghela nafas lega mendengar jawaban istrinya
"Xuan'er. Berjanji akan menjaga diri dengan baik ibu."
"Ibu kapan adikku akan lahir. Aku sudah tidak sabar mengajaknya bermain..."
"Tunggu sebentar lagi. Kalau adikmu sudah lahir kamu harus menjaganya dengan baik ya!"
"Tentu saja ibu. Aku berharap adikku lahir perempuan. Cantik seperti ibu."
"Putraku bisa menggombal! Belajar dari mana?"
"Dari ayah tentunya. Kalau bukan dari ayah Xuan'er mau belajar dari mana ibu." Xiao Mei mencubit gemas pipi putranya.
Patriak Lan Meng Tao hanya bisa tersenyum mendengar obrolan putra dan istrinya. Dia sangat bahagia melihat putranya yang sangat manja dengan ibunya. Meskipun Lan Xuan Yu memiliki bakat yang luar biasa dia tetaplah anak kecil yang membutuhkan cinta dan kasih sayang orang tua.
Saya hanya berharap semoga pembaca bisa menerima karya saya tanpa harus menghakimi.