She'S My Wife

Pasangan ini sudah mulai akur dan saling menerima satu sama lain. Sudah 1 bulan mereka seperti teman dalam apartemen, walau terkadang sering berdebat masalah sepele.

Pagi ini, Gevano sudah siap untuk berangkat kerja. Dan ia sempatkan untuk memasak sarapan.

Andin sering memasak secara diam-diam tanpa Gevano tau.

Setiap pagi dan malam, Gevano yang memasak untuk siang Gevano sering menyuruh Andin untuk membeli makan di online.

Walau Andin mengiyakan bukan berarti dia turuti, terkadang dia bebal memasak sendiri.

Karena hanya di waktu Gevano kerja lah, Andin bisa leluasa memasak tanpa di larang-larang.

"Au berangkat dulu ya, kamu habis kan aja dulu sarapan mu" ucap Gevano sembari bangkit dari kursi dan mengecup pucuk kepala Andin.

"Hati-hati" pesan Andin yang masih dengan mulut penuh nasi goreng buatan Gevano.

Gevano memang ahli dalam memasak, asal masakan nya yang sederhana dan mudah.

"Ah akhirnya bebas" seru Andin setelah menyelesaikan sarapan nya dengan terburu-buru.

Gevano memang tidak tau apa saja yang di perbuat Andin selama diri nya kerja.

Karena kedua nya sepakat untuk tidak memasang cctv sama sekali di apartemen.

"Aku bisa nonton drama korea yang kemarin sambil masak deh" Andin mengoceh dengan riang gembira.

Tak lama Andin membereskan piring-piring kotor dan mencuci nya segera agar tidak menumpuk.

Waktu siang pun tiba, Andin segera membereskan serpihan keripik di sofa bekas dia nyemil sambil menonton drama korea nya.

Dia urungkan niat untuk memasak dikarenakan gas di rumah habis, ingin memberitahu Gevano tapi dia harus berpikir dua kali.

Kalau dia memberitahu Gevano gas habis, maka sudah di pastikan Gevano akan curiga dan akhirnya dia makin di batasi untuk memasak.

Sampai akhirnya Andin memilih diam dan menonton drama korea nya sepanjang hari, hingga siang tiba.

Tit tit tit tit

Ceklek

Andin mengernyit alis bingung mendengar bunyi tombol sandi yang di tekan dari luar, bahkan berhasil membuka pintu apartemen itu.

Apa ada orang lain selain Gevano dan diri nya yang tau sandi apartemen itu? Andin harus waspada.

"Bi taruh tabung gas baru itu di dapur terus langsung ganti ya sama yang udah habis" titah seorang wanita paruh baya terdengar di telinga Andin yang bersembunyi di dalam kamar.

"Baik nyonya" Andin mendengar sahutan dari wanita lain yang menurut.

Siapa mereka? Ku kira cuma satu orang.

"Nyonya" panggil wanita itu membuat Andin kembali menempelkan telinga nya ke pintu berharap obrolan kedua wanita itu terdengar.

"Kenapa ini banyak sekali camilan disimpan di sini? Apa Gevano ketagihan jajanan luar sekarang?" Andin mendengar nada marah dari wanita itu.

"Perlu saya buang kah Nyonya?" Andin melotot mendengar kata-kata itu yang langsung membuat jiwa nya meronta untuk menahan semua belanjaan nya.

"Jangan!" sentak Andin mau tak mau keluar dari tempat persembunyiannya dan mengagetkan kedua wanita itu.

"Siapa kamu? Kenapa bisa kamu ada di dalam apartemen Gevano? Dan.. Dari dalam kamar nya?!" hardik wanita yang berpakaian elegan menatap nyalang Andin.

"Sa-saya istri nya Gevano, pemilik apartemen ini" jawab Andin dengan tegas walau gugup.

Wanita itu mengernyit dan menatap tubuh Andin dari bawah ke atas. "Istri? Sejak kapan?" tanya wanita itu masih dengan ketus.

"Sejak sebulan lalu, anda siapa ya asal masuk aja tanpa izin atau ucap salam" jawab Andin membuat wanita itu terkekeh sinis.

"Saya Mama nya Gevano! Dan saya tidak perlu meminta izin untuk masuk ke rumah putra saya sendiri" balas Mama Gevano dengan tegas.

Deg

Jadi.. Ini mertua ku??

Kedua nya masih saling tatap dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Kamu jangan mengarang cerita kalau kamu itu istri nya Gevano, dia belum memiliki istri, kekasih saja tidak punya"

Andin menghela nafas dan berlalu masuk ke dalam kamar milik nya dan Gevano untuk mengambil sesuatu.

"Jangan kabur kamu!" sentak Mama Jasline tak membuat Andin menurut.

Tak berselang lama, Andin kembali dengan membawa sebuah Akta Nikah milik nya.

Mama Jasline membaca dengan teliti mulai dari tanggal, bulan, tahun, hingga nama putra nya yang terpampang jelas bercetak tebal.

"Jadi.. Gevano nikah tanpa Mama nya tau--" gumam Mama Jasline tak percaya membaca Akta Nikah itu.

"Kamu Andina Putri?" Mama Jasline menatap Andin yang mengangguk mengiyakan dengan jelas.

"Jadi kamu.. Kamu yang di ceritakan Gevano minggu kemarin" lirih Mama Jasline membuat Andin mengernyit bingung.

Apa Gevano sudah menceritakan tentang nya ke Mama nya yang ada di hadapan nya?

Mama Jasline menatap Andin lekat kemudian menarik tangan Andin untuk duduk di kursi meja makan bersama nya.

"Kamu beneran setuju nikah sama Gevano? Karena apa?" tanya Mama Jasline melenyapkan nada nya yang ketus dan arogan.

Andin mengangguk sebelum memberi jawaban. "Karena.. Karena dia melamar ku?--" Andin tak tau alasan kenapa dia menerima Gevano.

Mama Jasline segera bangkit dan menyuruh Andin bangkit juga. Setelah nya ia putar-putar tubuh Andin.

"Kamu harus aku make over" gumam Mama Jasline, Andin hanya diam dengan kebingungan yang bersarang di pikiran nya.

"Kamu akan Mama bawa ke rumah utama, biar lah Gevano panik sendiri mencari istri nya. Salah nya sendiri tidak langsung menemui ku"

Andin hanya diam tak tau harus berkata apa, tidak seperti awal sebelum mengetahui bahwa wanita di hadapan nya ini ialah mertua nya.

Segera Andin di bawa oleh Mama Jasline setelah pembantu yang dia bawa untuk memasang tabung gas telah menyelesaikan tugas nya.

Tak akan Jasline biarkan Andin di sembunyikan oleh Gevano terus menerus.

Apalagi Grandma nya Gevano sudah mulai mencarikan Gevano istri, takut-takut Grandma sudah menikahkan Gevano tanpa Gevano tau.

Sebelum kembali ke rumah utama, Andin di bawa ke salon kecantikan untuk di permak serta di beri perawatan khusus.

Tak butuh banyak perawatan karena kulit Andin yang memang sudah mulus, lembut, serta bersih itu.