**Prolog**
Di bawah langit yang kelabu, sebuah kerajaan berdiri megah dengan istana yang menjulang di tengahnya. Kilian, pangeran kedua yang lahir dengan kutukan di wajahnya, adalah sosok yang menjadi bisik-bisik di balik tirai-tirai istana. Wajahnya yang tertutup oleh topeng tidak hanya menyembunyikan luka fisik, tetapi juga perasaan yang terkunci di dalam hatinya—sebuah hati yang rapuh, terbungkus oleh dinginnya dinding kebencian dan kesepian.
Di sisi lain, ada Rosalin, seorang wanita yang tidak berasal dari dunia ini. Takdir membawanya ke kehidupan istana, menggantikan sosok Rosalin yang asli. Ia menikah dengan Kilian, seorang pria yang wajahnya mengingatkannya pada masa lalunya yang penuh luka dan pengkhianatan. Namun, di balik ketakutannya, Rosalin menemukan dirinya perlahan-lahan tertarik pada pangeran yang memikul beban dunia di pundaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon d06, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 6
“Tuan putri, bangun!”
Seseorang terdengar membentak dirinya dan mengguncangkan tubuhnya dengan keras, Rosalin pun perlahan membuka matanya, pantas saja dia dibangunkan dengan cara yang tidak sopan.
Ternyata pelayan lain yang bertugas melayani nya, sebenarnya Rosalin terbiasa bangun pagi, namun semalam dia tidur terlalu larut sehingga dia tidur sampai sesiang ini.
“Calon ratu macam apa yang bangun sesiang ini cih”
Gumam pelayan itu sambil membuka gorden kamar. Rosalin membiarkannya mengoceh sendirian, sikap inilah yang sering dirasakan Rosalin asli atau dirinya.
“Seharusnya dia bersyukur bisa tinggal di istana mewah ini, jika saja dia sepintar dan sebaik putri Elena.”
“Mereka berdua memang pasangan yang cocok, sama-sama tidak berguna”
Sudah cukup! Dia tidak suka jika ada yang membandingkan dirinya dengan orang lain.
Rosalin menghampiri pelayan itu dan menamparnya.
PLAK!!
“Jangan menilaiku dengan setandar rendah mu”
“aku lah yang berkuasa di sini, kau hanya pelayan yang beruntung dapat bekerja disini!, jika kau suka kepada putri Elena, pergilah dan layani dia, dan kau bilang suami ku tidak berguna? Lalu mengapa kau tetap bekerja disini?”
“Kau bisa hidup dari belas kasihan kami, jadi seharusnya kaulah yang harus bersyukur”
“Pergilah, dan jangan muncul di hadapan ku, jika kau ingin nyawamu selamat.”
Pelayan itupun pergi dengan airmata yang berlinang. Rosalin kembali mendudukan dirinya, Mulai sekarang Rosalin akan memperlihatkan kemampuannya, agar mereka tahu batasan.
Rosalin sudah tahu konsekuensi apa yang harus dia tanggung jika kejadian tadi tersebar, tapi harga diri di atas segalanya.
***
Lihatlah ternyata apa yang dipikirkan Rosalin benar-benar terjadi, buktinya sekarang dia sedang berhadapan dengan seseorang yang memiliki julukan Royal Monster (monster kerajaan) siapa lagi kalau bukan suaminya, pangeran Kilian.
“Hukuman mu adalah harus mengerjakan pekerjaan pelayan selama satu Minggu penuh”
Apa-apaan dia, jelas-jelas pelayan itu yang salah kenapa dirinya yang diberikan hukuman, bahkan Rosalin belum menjelaskan bagaimana kejadiannya.
“Kenapa saya ikut dihukum, saya tidak sepenuhnya bersalah”
“Saya hanya mendisiplinkan dia, dan mempertahankan harga diri saya”
“Mendisiplinkan orang bisa dengan cara lain, tidak usah memakai kekerasan, dan jangan menghalangi jalanku untuk menjadi seorang raja nona Rosalin”
‘Hah! Orang ini memang gila’
“Tapi dia juga merendahkan anda, bagaimana? apa hal itu bisa anda toleransi?”
“Mereka hanya berani berkata dibelakang ku, selagi mereka tidak menghalangi jalanku, itu tidak masalah”
Entah terbuat dari apa hati laki-laki yang satu ini, bagaimana bisa dia tidak perduli dengan istrinya.
“Saya membenci anda, wleee”
Tanpa basa-basi Rosalin menjulurkan lidahnya dan pergi begitu saja.
Nevis sekertaris kilian yang melihat tingkah Rosalin kepada kilian merasa kaget, bagaimana seorang wanita sekecil itu berani dengan tuannya yang seram ini.
Rosalin marah pada kilian, bagaimana dirinya akan memberikan batasan kepada semua pelayan, sedangkan dirinya pun akan menjadi seorang pelayan, gila! Memang gilaaa!
Sebenarnya menjadi seorang pelayan bukanlah hal yang berat bagi Rosalin, hanya saja, keadaan sekarang berbeda, dirinya adalah seorang putri. Pasti mereka akan semakin mengolok-olok dirinya.
Rosalin yang memikirkan hal itu semakin frustasi, sambil memejamkan matanya dan memegang kepalanya dia berlari sekencang mungkin mencari Emma, dia akan mengadukan Kilian kepada Emma.
Bruk!
“Astaga maafkan saya”
“Astaga Rosalin kamu masih sama seperti dulu, ceroboh”
Ucap seorang perempuan seraya membantu membangunkan Rosalin, setelah diperhatikan ternyata dia Elena.
Apa maksud wanita ini menyebutnya dengan sebutan ceroboh? Apa mereka sedekat itu?
Dan apa-apaan dengan wajah mereka, kenapa terlihat seperti tidak menyukainya, padahal ini baru pertama kali Rosalin bertemu mereka, dalam ingatannya pun mereka tidak ada kecuali Wiliam dan Elena.
“Terima kasih putri Elena”
“Tidak masalah Rosalin, apa kilian ada? Kami ingin bertemu dengannya”
‘Ternyata mereka ingin bertemu dengan orang gila itu.’
Jika saja suara hati Rosalin terdengar oleh mereka sudah di pastikan nyawanya akan melayang untuk ke dua kalinya, dan kepalanya akan dipenggal di depan rakyat kerajaan.
“saya melihatnya berjalan ke ruangan kerjanya, mungkin pangeran ada di sana”
Jelas-jelas Rosalin baru saja menemuinya tadi.
“Baiklah kalau begitu, kamu tidak mau ikut?”
‘ikut untuk menemui kilian? Oh tentu. Tentu tidak’
“maaf Sepertinya saya tidak bisa ikut menemani kalian, saya ada urusan kecil, maaf saya menolak ajakan anda putri”
Sambil meraih kedua tangan Rosalin, Elena tersenyum manis seraya berkata
“tidak apa-apa, terimakasih, semoga urusanmu berjalan lancar.”
Rosalin hanya menanggapinya dengan anggukan dan senyuman yang canggung.
semoga ceritanya sering update