NovelToon NovelToon
Jodoh Jalur Ummi

Jodoh Jalur Ummi

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Wanita Karir / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Musim_Salju

Aku di kenal sebagai gadis tomboy di lingkunganku. Dengan penampilanku yang tidak ada feminimnya dan hobby ku layaknya seperti hobby para lelaki. Teman-teman ku juga kebanyakan lelaki. Aku tak banyak memiliki teman wanita. Hingga sering kali aku di anggap penyuka sesama jenis. Namun aku tidak perduli, semua itu hanya asumsi mereka, yang pasti aku wanita normal pada umumnya.

Dimana suatu hari aku bertemu dengan seorang wanita paruh baya, kami bertemu dalam suatu acara tanpa sengaja dan mengharuskan aku mengantarkannya untuk pulang. Dari pertemuan itu aku semakin dekat dengannya dan menganggap dia sebagai ibuku, apalagi aku tak lagi memiliki seorang ibu. Namun siapa sangka, dia berniat menjodohkan ku dengan putranya yang ternyata satu kampus dengan ku, dan kami beberapa kali bertemu namun tak banyak bicara.

Bagaimana kisah hidupku? yuk ikuti perjalanan hidupku.

Note: hanya karangan author ya, mohon dukungannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30: Malam yang Dinanti

Setelah makan malam kacau itu dan kecanggungan yang sempat terjadi saat kami menonton film, suasana apartemen kembali sunyi. Galaksi duduk di sofa, sibuk dengan ponselnya. Aku baru saja selesai mandi, mengenakan piyama longgar dengan rambut yang masih setengah basah.

“Galaksi, kamu nggak tidur?” tanyaku sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil.

Ia menoleh, tersenyum samar. “Belum. Aku lagi nunggu kamu. Dan tadi itu apa, aku bilang aku suka dengan panggilan Gala, tapi jangan lupa Masnya.

Aku meliriknya curiga. “Nunggu aku? Mau ngapain? Hhmm, akan aku usahakan." Ucapku mengerucutkan bibirku.

Galaksi terkekeh. “Kita suami istri, loh, Senja. Masa aku nggak boleh nunggu istri sendiri? tenang saja, aku akan menikmati proses kamu terbiasa dengan aku.

Aku mengangkat bahu, lalu melangkah ke dapur untuk mengambil segelas air. Setelah minum, aku kembali ke kamar. Galaksi sudah lebih dulu masuk, duduk di sisi ranjang dengan ekspresi serius yang jarang kutemui.

“Ada apa?” tanyaku sambil duduk di tepi ranjang.

Ia menghela napas panjang sebelum akhirnya menjawab. “Senja, aku tahu kita baru menikah, dan aku nggak mau buru-buru. Tapi…” Ia menggantungkan kalimatnya, tampak ragu.

Aku menatapnya, mencoba membaca pikirannya. “Tapi apa?”

“Kita belum benar-benar menjadi pasangan, kan? Maksudku, secara… fisik,” katanya pelan, wajahnya sedikit memerah.

Aku terdiam sejenak. Topik ini memang belum pernah kami bahas secara langsung. Sejak menikah, hubungan kami lebih mirip teman dekat yang kebetulan tinggal bersama. Bukannya aku nggak tahu bahwa ini penting dalam pernikahan, tapi aku selalu merasa canggung membicarakannya.

“Galaksi… Eh, kak Ga-la.” aku mulai, tapi tak tahu harus berkata apa. Dan aku berusaha sebisaku mengubah panggilan kepada suamiku. Namun aku malah memanggil Galaksi dengan kakak, memang usianya di atasku, dan aku lebih nyaman dengan sebutan kakak dibanding Mas. Bagaimanapun aku harus menghormati suamiku. Namun Galaksi sepertinya suka dengan penyematan panggilan yang aku berikan untuknya.

“Aku nggak mau maksa kamu, Senja. Aku hanya mau tahu, apa yang kamu pikirkan soal ini?” tanyanya dengan nada lembut.

Aku menggigit bibir, merasa sedikit bersalah. “Aku… Aku nggak tahu. Aku cuma belum siap, mungkin?”

Galaksi mengangguk pelan, meski aku bisa melihat kekecewaan di matanya. Namun, seperti biasa, ia tidak menunjukkan itu padaku.

“Baiklah,” katanya akhirnya. “Aku akan tunggu sampai kamu benar-benar siap.”

Malam itu, aku berbaring di ranjang dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, aku tahu bahwa Galaksi sudah sangat sabar denganku. Tapi di sisi lain, ada sesuatu dalam diriku yang membuatku sulit untuk membuka diri sepenuhnya.

Aku menoleh, melihat Galaksi yang sudah memejamkan mata di sisi lain ranjang. Perlahan, aku mendekatinya.

“Galaksi… Eh, kak Gala.” aku memanggil pelan.

Ia membuka mata, menatapku dengan ekspresi bingung. “Ada apa?”

“Aku mau coba,” kataku, meski suara ku terdengar ragu.

Galaksi duduk, menatapku dengan serius. “Senja, kamu nggak perlu memaksakan diri.”

“Aku nggak mau kamu merasa aku nggak peduli. Aku hanya… butuh waktu. Tapi aku mau mencoba,” jawabku.

Ia terdiam sejenak, lalu mengangguk. “Kalau begitu, kita coba pelan-pelan, ya?”

Aku mengangguk. Tapi seperti yang bisa ditebak, sikapku yang absurd kembali membuat suasana kacau.

Saat Galaksi mendekatkan wajahnya, aku spontan menutup wajahku dengan kedua tangan.

“Senja?” tanyanya bingung.

“Aku malu,” jawabku, membuat suasana langsung berubah canggung.

Galaksi tertawa kecil. “Kamu ini, gimana mau mencoba kalau kamu malah malu?”

“Aku nggak tahu! Aku nggak terbiasa dengan ini,” kataku defensif.

Galaksi menarik napas panjang, lalu tersenyum. “Oke, aku ngerti. Kita berhenti aja kalau kamu nggak nyaman.”

“Tapi aku mau!”

“Tapi kamu malu.”

Kami saling menatap, lalu tertawa bersamaan. Suasana yang tadinya penuh harap berubah menjadi momen kocak yang entah bagaimana membuatku merasa lebih rileks.

“Gini, deh,” kata Galaksi akhirnya. “Aku nggak akan nyentuh kamu sampai kamu yang mulai duluan. Gimana?”

Aku menatapnya ragu. “Kamu serius?”

“Serius. Jadi kalau kamu masih belum siap, ya nggak apa-apa. Aku nggak akan marah,” katanya sambil tersenyum.

Aku mengangguk, merasa sedikit lega. Namun, dalam hati aku tahu bahwa aku harus mulai membuka diri. Galaksi sudah melakukan banyak hal untukku, dan aku tidak ingin terus membuatnya menunggu.

Keesokan paginya, aku bangun lebih awal dari biasanya. Aku melihat Galaksi yang masih tertidur di sebelahku, wajahnya terlihat damai. Untuk pertama kalinya, aku merasa ingin melakukan sesuatu yang spesial untuknya.

Aku bangkit perlahan, mencoba tidak membuat suara. Setelah mandi cepat, aku membangunkan suamiku untuk melaksanakan shalat shubuh. Sedangkan aku setelah melaksanakan shalat lebih dulu, aku pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Namun, seperti biasa, usahaku untuk memasak justru berakhir dengan kekacauan.

“Senja, kamu ngapain?” suara Galaksi membuatku terkejut.

Aku menoleh, melihatnya berdiri di pintu dapur dengan rambut acak-acakan.

“Masak sarapan,” jawabku sambil memegang spatula.

Galaksi melangkah mendekat, melihat dapur yang sudah berantakan. “Kamu yakin ini sarapan? Kelihatannya lebih seperti medan perang.”

Aku memukul lengannya pelan. “Aku berusaha, tahu!”

Ia tertawa, lalu mengambil alih spatula dari tanganku. “Udah, sini. Biar aku aja yang masak.”

Aku duduk di meja makan, memperhatikannya yang sibuk di dapur. Meskipun aku sering merasa canggung dengan hubungan kami, momen-momen sederhana seperti ini membuatku merasa nyaman. Ternyata kali ini Galaksi berhasil memasak menu sarapan untuk kami nikmati.

Hari itu, aku bertekad untuk mencoba lebih banyak membuka diri. Aku tahu bahwa Galaksi adalah orang yang tepat untukku, dan aku tidak ingin terus menutup hati.

Malamnya, setelah selesai beres-beres, aku mendekati Galaksi yang sedang duduk di sofa.

“Galaksi, eh Kak,” panggilku pelan.

Ia menoleh, tampak sedikit kaget. “Ya?”

“Aku mau kita bicara,” kataku sambil duduk di sampingnya.

Ia mengangguk, menunggu aku melanjutkan.

“Aku tahu aku bukan istri yang sempurna. Aku sering bersikap aneh, dan aku tahu kamu sering merasa frustasi,” kataku jujur.

Galaksi tersenyum tipis. “Aku nggak pernah berharap kamu jadi istri yang sempurna, Senja. Aku hanya ingin kamu jadi diri sendiri.”

“Tapi aku juga ingin jadi istri yang lebih baik untuk kamu kak,” kataku sambil menunduk.

Ia mengangkat daguku, membuatku menatap matanya. “Kamu sudah jadi istri yang baik, Senja. Karena kamu selalu berusaha, dan itu yang paling penting.”

Aku tersenyum kecil, merasa sedikit lega. “Aku akan terus berusaha. Aku janji.”

Malam itu, kami kembali ke kamar dengan perasaan yang lebih ringan. Meski perjalanan kami sebagai pasangan baru masih penuh tantangan, aku tahu bahwa selama ada Galaksi di sisiku, aku tidak perlu takut menghadapi apa pun.

To Be Continued...

1
Siti Faridla Nuryani
ribet
rina Rismayanti
Luar biasa
Amin Srgfoo
menarik
Nanik Arifin
lari dari masalah, bukan sesuatu yg baik senja.
apa yg dikatakan Senja benar, Galaksi. jika mmg hanya Senja di hatimu, tidak seharusnya memberi Maya ruang dalam hidupmu. padahal kamu tahu betul, Maya jatuh hati padamu.
Tidak bisa menjaga hati Senja, berarti kesempatan lelaki lain menjaganya. jangan menyesal ketika itu terjadi, Galaksi
Nurgusnawati Nunung
Alhamdulillah orang orang disekitarmu mereka orang yang baik, Assyifa
Nurgusnawati Nunung
Hayooo semangat..
Nurgusnawati Nunung
Alhamdulillah ada teman untuk berbagi. semangat thor
Nurgusnawati Nunung
menarik ceritanya. semangat thor
Musim_Salju: Terimakasih kak selalu hadir di setiap karya author 😘🤗
total 1 replies
Nunuy
Dapat notif langsung cuss baca..ternyata bagus dan buat penasaran,lanjutttt 💪💪
Musim_Salju: Alhamdulillah, semoga menghibur kak🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!