Kisah seorang murid yang menjadikan gurunya sebagai inspirasi terbesar nya. Terjadi di dunia modern, yang semuanya serba ada namun serba sulit banyak kekurangan.
Murid yang selalu berusaha mencari perhatian sang guru. Dengan kemampuan aneh yang dimilikinya. Dan bagaimanakah kisah kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Sadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hampir Tak Ikut
Bintang masih membaca ulang-ulang apa yang diumumkan Permata dalam grup obrolan wa. Dia begitu tampak kebingungan. Menggaruk-garuk kepalanya sendiri yang tak gatal, berjalan kesana kemari di dalam kamarnya. Padahal jam di dinding telah menunjukkan ke angka pukul tujuh. Sedangkan jam perkuliahan empat puluh menit lagi akan dimulai.
Rumahnya yang cukup jauh untuk ditempuh menuju ke tempat kuliah, berkali-kali pula dia menatap jam dinding di kamarnya. Perlahan, dia kembali duduk di kasur kamarnya, kasur yang begitu sederhana itu. Hanya kasur spons bukan kasur springbed.
"Aku bolos kuliah aja paling ya. Aku mau lembur aja ke percetakan." ucapnya sendiri. Dia ngomong sendiri, dan dia jawab sendiri dalam kamarnya.
"Tapi nanti bos nanya, kenapa tumben lembur. Gak kuliah lagi. Waduh tambah pusing nanti aku." jawabnya sendiri.
Perusahaan percetakan tempat dia bekerja telah sangat berbaik hati padanya, dia digaji 3 juta satu bulan, dan bosnya itu sangat mendukung perkuliahan nya. Karena dia sudah bagaikan anak emas di perusahaan itu.
Bintang kembali menengok ke arah jam dinding, kini telah menunjukkan pukul 07.15 hanya tinggal beberapa menit lagi perkuliahan nya akan dimulai.
"Ah udah lah! Ada Allah!" pekiknya kini, menyerahkan segalanya pada Tuhannya.
Dia pun akhirnya berangkat kuliah, dengan sepeda motor buntutnya. Dia melaju kencang bagaikan disambar petir. Walaupun begitu, di tengah perjalanan ada rambu lalu lintas tetap dia patuhi. Karena dia tak ingin menambah rumit kehidupannya yang sudah rumit itu.
Setibanya dia di kampus tercinta nya. Dia langsung masuk ke dalam kelas. Padahal, Bara dan Hasbi telah menunggunya di balkon dekat kelasnya.
"Loh kok anak itu malah nyelonong masuk sih." pekik Hasbi.
"Bintang!" sapa Bara.
Dimana Bintang tak mendengar, "Dia pura-pura gak dengar ya?" pekik Bara.
Mereka berdua pun langsung menyusul masuk ke dalam kelas dan mendekati Bintang. "Eh bro ngapain kamu melengos gak noleh ke kita." sapa Bara.
Bintang pun berhasil menyembunyikan apa yang kini terjadi padanya, "Ya Allah... Maaf... Kalian di balkon? Maaf....aku buru-buru beneran takut telah nih!" jawab Bintang seadanya.
Padahal dalam hatinya bergumam, "Jangan Sampek mereka berdua tau kalau aku kesusahan uang."
Hasbi yang melihat sisi lain Bintang, dari sorot kedua mata Bintang berbeda, dia pun mulai berbisik pada Bara, "Bintang menyembunyikan sesuatu kayaknya dari kita."
Bara pun seketika langsung menoleh ke Hasbi. Mengisyaratkan dengan tatapan Bara pada Hasbi yang seolah berkata, "Masak sih?" tapi hanya isyarat mata tanpa berkata apa-apa.
Hasbi pun juga membalas dengan isyarat mata pula, dia berkedip dengan isyarat Bara padanya yang bertanya apakah benar ucapannya itu.
Bara pun mengisyaratkan kembali, dengan mengangkat hp nya memperlihatkan pada Hasbi, seolah mengisyaratkan bahwa "Wa aja." begitu.
Hasbi pun mengangguk pula, membalas isyarat dari Bara.
Bintang masih membuang muka pada kedua temannya itu, berusaha keras agar kedua temannya tak mengetahui apapun tentang perihal kesulitan ekonominya.
Tak lama kemudian Permata masuk, dimana bersamaan dengan itu Pak Dosen juga memasuki kelas. Saat itu juga Permata menerima sinyal berbeda dari sorot mata Bintang yang baginya tak dapat dia sembunyikan dari Permata.
Permata pun menyapa Bintang dengan berkata, "Kamu baik-baik aja?" Permata mengatakan nya dengan suara lirih. Karena pak dosen sudah ada di dalam kelas.
Mendengar pertanyaan dari Permata yang baginya satu-satunya teman pertama kali yang dia punya itu pun, langsung menoleh pada Permata. "Aku oke kok." jawab Bintang dengan begitu singkat.
Permata tanpa curiga dia hanya mengangguk dan mereka pun mengikuti jam perkuliahan seperti biasanya.
Seusai perkuliahan di hari Selasa itu selesai, Permata, Bintang, Bara dan Hasbi pun keluar kelas. Seperti biasa, pikir Hasbi dia ingin mengajak teman-temannya itu nongkrong dulu di tempat basecame mereka.
Mereka memiliki basecame sejak adanya alumni SDIMT, yaitu di rumahnya Hasbi. Tapi, jika yang datang hanya para laki-laki, Permata tidak akan di suruh untuk mengikuti tongkrongan itu.
"Yuk ke rumah yuk." Ajak Hasbi pada Bara dan Bintang.
Dan terherannya Hasbi ketika, "Nggak dulu deh aku absen dulu. Kapan-kapan aja nongkrong nya ya... Aku pulang duluan." Bintang berbicara demikian.
Bara dan Hasbi menatap pada Bintang, mengikuti gerakan Bintang yang mulai melenggang pergi meninggalkan mereka berdua di halaman kampus.
Setelah Bintang pergi, Bara dan Hasbi saling tatap. "Ada yang tidak beres!" pekik Bara dan Hasbi secara bersamaan.
Mereka pun tak butuh waktu lama hingga membuang-buang waktu berharga mereka. Keduanya langsung menyusul Bintang dari belakang secara diam-diam, detective Konan versi nyata pun terjadi disini.
Bara dan Hasbi mengikuti Bintang dari Belakang yang dimana benar firasat mereka. Bintang tidak langsung pulang ke rumah, dia malah datang ke sebuah pasar yang sangat ramai. Banyak toko yang besar menjual berbagai sembako.
Bara dan Hasbi yang diam-diam memperhatikan Bintang pun terkejut. Saat Bintang memasuki salah satu toko sembako. Yang ternyata tak lama kemudian Bintang keluar dari toko dengan bertukar pakaian lusuh dan ikut menjadi kuli angkut sembako di toko tersebut.
Bara dan Hasbi bersembunyi di balik salah satu truk besar pengangkut sembako. Mereka berdua terus memperhatikan Bintang, hingga Bintang menyelesaikan pekerjaannya.
Setelah itu, Bara dan Hasbi pun pulang tepat saat Bintang pun juga hendak pulang dari menjadi kuli angkut itu.
Sepulangnya Bara dan Hasbi, Bara masih berhenti sejenak tepat di depan rumah Hasbi. "Aku benar-benar gak nyangka, begitu sulit ekonominya teman kita." ucap Bara.
"Iya Bar. Kita soal uang tak usah minta udah dijatah aja sama ortu kita. Lah dia harus banting tulang kayak gitu. Aku kalau jadi Bintang, kayaknya belum tentu sanggup deh." ucap Hasbi.
Bara adalah putra pertama dari Pewaris perusahaan Kayu terkenal. Sedangkan Hasbi adalah putra pertama dari perusahaan fashion online terkenal. Jadi mereka tak pernah yang namanya merasakan kesusahan uang.
...****************...
Tak terasa telah hari Jum'at, dimalam yang gelap itu, Bintang masih berkutat dengan pekerjaannya yang begitu melelahkan. Ya, kini Bintang ada disebuah Warung kopi, dia seperti biasa shif malam berkerja di warkop itu. Kedua temannya tak datang malam itu, biasanya Hasbi dan Bara selalu stand by datang ke warkop nya setiap hari Jum'at malam.
Bintang menghela nafas lega, karena dia tak ingin teman-temannya tau apa yang kini dia alami. Dia masih bisa mengumpulkan uang sebesar 350 ribu saja. Belum untuk bekal dan uang sakunya jika dia jadi untuk ikut serta dalam acara perkemahan besok.
Di malam itu, sang bos berkata padanya, "Jika kamu jaga sampai jam 4 subuh, mendapatkan income lebih, aku akan berikan bonus lima puluh persen malam ini khusus untuk kamu."
Sedangkan Bintang mendengar ucapan bosnya dia langsung jaga warkop malam itu. Dimana biasanya dia sering sambil ngantuk saat jaga. Kini dia berusaha untuk tidak ngantuk sama sekali.
Sedangkan Bara dan Hasbi saat itu juga kenapa tidak datang ke warkop Bintang, karena mereka berdua sedang menugaskan beberapa orang untuk membeli kopi di warkop yang sedang dijaga oleh Bintang.
Tanpa sadar, Bintang pun sebelum jam yang ditentukan oleh sang bos, dia kini telah mampu memberikan income di luar dugaannya setelah melayani beberapa pembeli dengan pembelian diluar nalar.
"Ya Allah Alhamdulillah.... Padahal ini masih jam 12 malam. Tapi semua persediaan sudah habis malam ini. Alhamdulillah...." ucap Bintang saat itu juga, sembari mengusap kedua tangannya pada wajahnya.
Dia pun langsung berkemas untuk pulang. Karena esok hari dia sudah harus berangkat pagi sekali. Sebelum pulang, bosnya dia datangi. Dan bosnya sangat senang dengan kerja keras Bintang malam itu.
Sembari menepuk lembut pundak Bintang sang bos berkata, "Hebat kamu Bintang! Pekerja keras bener kamu! Semoga tetep semangat ya....ini bonus buat kamu."
Tak Bintang sangka dia malah menerima bonus malam itu saja, sebesar 300 ribu. "Waduh bos banyak banget. Biasanya juga aku dikasih 150 itu pun udah sama bonusnya. Gak kelebihan kah bos?" ucap Bintang, saking terkejutnya.
"Udah ini rejeki kamu. Aku dengar kamu juga besok mau kemah, kan lumayan buat uang saku. Ini kopi satu renteng aku udah siapin buat kamu bekal di hutan kawah." ucap Sang bos.
Bintang pun masih tak menyangka atas rejekinya malam itu. Dari kejauhan, Bara dan Hasbi pun tersenyum. Dimana hal itu tak sama sekali diketahui oleh Bintang.
"Aku pamit pulang dulu bos. Assalamualaikum..." ucap Bintang, dia pun melenggang pergi.
Bara dan Hasbi ikut pulang saat Bintang pun berpamitan pulang.
Malam itu juga pun, rasa kantuknya seolah melengkapi kebahagiaan nya, dia segera berkemas untuk perlengkapan besok berkemah. Dia sangat bahagia malam itu. Dia pun tidur dengan nyenyak malam itu.
.
.
.
Lanjutannya besok 😘