Kehidupan ini terlalu menyakitkan, cinta yang telah Aluna perjuangkan terpaksa harus ia relakan berakhir tak bahagia bersama Rain.
Lalu bagaimana bisa seorang Aluna yang telah terpuruk dengan keadaan harus terus berjuang agar tetap hidup, bak semua komedi dirinya di paksa melupakan semuanya
"Biarkan aku pergi" Lirih Rain
---
"Rain, maafkan aku, aku terpaksa pergi, dan melanggar janjiku" Lirih Aluna
---
Ibaratkan terjebak di alam mimpi, Aluna kecil terbangun dengan keringat yang sudah melekat di bajunya
"Siapa kakak tadi ya?" ujar si toddler sambil menatap mamanya yang masih tertidur
Apakah ini kesempatan berikutnya bagi Aluna? apakah Rain juga telah lahir di kehidupan berikut nya meskipun keduanya tak lagi saling mengenal maupun memiliki perasaan yang sama, bagaimana kisahnya? yuk saksikan bersama
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putriiiiiiiiiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMM
...
Sejam setelah penanganan Aluna segera di pindahkan ke ruang rawat inap, yah VVIP karena permintaan kedua orang tua Aluna
Rain masih enggan kembali ke sekolah sebelum Aluna sadar, begitu pun dengan lita yang menyusul bersama trio kembar itu
"eehmm"
"Aluna! ini mama sayang? aluna?"
"mama?"
"iya sayang? mama sangat bangga sama kamu tapi.... kamu pikir bagus seperti itu hah?! bahaya tau! tajam ya tajam! buang!!" kesal mama aiya
"sabar mama, anaknya baru siuman juga" bela papa Morgan
"untung ada rain, kalau nggak mama nggak tau lagi pa" kesal mama aiya
"rain?! rain mana ma?"
"tuh" tunjuk mama aiya pada sofa yang ada di ruang rawat inap Aluna
"sayang?" panggil Aluna seketika membuat semuanya kaget
"sa-yang?" kaget papa Morgan
"iya, sini sayang, aku tau kamu khawatir sama aku, jangan gengsi karena ada mama sayang"
"tante i-ini nggak seperti yang tante dan om pikiran ak-"
"sayang kok kamu bilang gitu sih? mama aku mama kamu juga, papa aku papa kamu juga"
"tapi ak-"
"ma! lihat tuh calon menantu mama! suka banget isengin Aluna"
"tunggu i-ini nggak seperti itu jangan percaya a-aluna se-"
"kamu mau menuduh aku bohong lagi sayang? jahat kamu"
trio kembar dan lita hanya bisa menahan tawa mereka melihat kepanikan seorang rain, yah kini mama dan papa Aluna saling menatap karena kebingungan dengan reaksi panik rain
"akh aku menyesal nungguin kamu siuman!!" kesal rain yang hanya bisa ia katakan dalam hatinya
"kemari sayang"
rain mau tak mau mendekat, namun ia kembali mendapat gebrakan Aluna karena gadis itu tiba-tiba memeluknya dengan erat, ia bisa melihat reaksi mama dan papa Aluna
"alun! lepas!!! kamu!!"
"udah diam aja!!! biar aku nggak malu kenapa sih!!" bisik Aluna membalas rain
"ini berlebihan"
"apanya? menurut ku nggak kok"
"alun!"
"diam rain"
trio kembar itu benar-benar tak mampu menahan tawanya, tak ada yang bisa memperlakukan si kulkas sombong itu seperti ini selain Aluna seorang diri dengan keberanian yang luar biasa
"aduuuuhhhhhhhh kalian ya? kalian anggap kami toping? jangan bermesraan dong" sinis mama aiya
"ak-u harus kembali ke sekolah dengan anak anak" ujar rain sedikit khawatir
"kok pulang? di sini aja dulu sayang"
"om tante ra-rain pamit"
"kembali ke sini ya? tante tunggu kamu ganteng"
"ta-tapi tante"
"iya soalnya om harus kembali ke kantor setelah kamu datang lagi"
"baik"
rain benar-benar tak menyangka kejadian hari ini, bak petir yang sedang menyambarnya di siang bolong nan cerah ini
"kasihan tuan muda kita, di buat syok sama sibo-"
belum menyelesaikan kalimatnya rain sudah menoleh dengan tatapan tajam nya
"iya maaf" cicit roi
"kembali aja ke sana rain, pasti juga jam pulang akan di percepat dan akan libur, karena ini adalah kejadian lama yang akhirnya di kuak oleh Aluna"
"iya" angguk rain kemudian memejamkan matanya
bukannya tak suka dengan kejadian yang di lakukan Aluna di rumah sakit, sebenarnya ia sangat bahagia namun ia tak mau menberikan sedikit pun harapan untuk bagaimana kedepannya
"Aluna, aku mencintaimu" batin rain menahan isak tangisnya membayangkan tangis Aluna di hari ia terpaksa pergi untuk selamanya
"jangan di pikirin, nikmati selagi bisa rain" bisik tio meyakinkan sahabat nya itu
"tapi..."
"benar rain, semua ada hikmahnya, ya?" jelas lita yang tau sebenarnya melalui si kembar
"ehm aku pikir pikir dulu"
siapa tak mengenal rain maka ia akan sedih dengan jawaban rain, berbanding dengan mereka ber empat, jelas mereka tau bahwa rain setuju dengan pendapat mereka
saat tiba di sekolah rain dan lita segera masuk ke kelas mereka, jelas terasa berbeda menurut rain, padahal sebelum nya juga terasa seperti itu
"bagaimana kondisi Aluna rain?" tanya seseorang yang merupakan wali kelas mereka
"ehm sudah membaik bu, hanya 24 jam saja"
"oh baguslah, besok sekolah akan meliburkan kalian semua, rain? besok kamu sibuk? tolong dampingi kami para guru ke rumah sakit"
"iya bu"
rain melanjutkan aktivitas nya namun sedikit suram tanpa gangguannya dari seorang Aluna yang hiperaktif jika berada di dekat rain
"lu kangen Aluna? baru berapa menit juga" cibir lita
"sok tau lu" sinis rain
"alahhh bilang aja kangen kan sama sahabat gue yang cantik itu, iyakan?" bisik lili ikut mengganggu
"LILI! LITA!! PERHATIAN KE DEPAN! BUKAN KE RAIN!!" Teriak wali mereka
"i-iya bu"
rain tersenyum sinis kemudian kembali fokus mendengarkan, Aluna yang ekstrovert itu mudah mendapat kan teman namun dari banyaknya hanya lita, lili dan kia yang merekat erat bersama Aluna, dan sejak itu rain juga mulai berinteraksi dengan teman sekelasnya karena ajakan Aluna
....
tok tok
"masuk" teriak mama aiya
ceklek
"tante"
"oh Hai rain, Aluna lagi tidur, masuk sini sayang, kamu ketemu papa Morgan di depan?"
"iya tante"
"yaudah duduk dulu ya? eh bantu tante deh, bentar lagi sahabat tante mau datang, tapi anaknya katanya nggak ikut sibuk katanya"
"iya tante"
"jangan canggung gitu dong rain, biasa aja sama tante, ya?"
"i-iya tante"
rain membantu mama aiya menyiapkan segala makanan yang ia pesan, namun yang paling mama Aluna spesial kan adalah makanan yang di bawa rain
"nahhhh biar tante bisa pamer ke mereka yang di bawakan sama calon menantu tante"
"iya tante" kekeh rain
rain menatap jendela yang terbuka di tambah dengan ac yang dingin membuat Aluna sedikit menggigil namun tak membangunkan gadis itu dari tidurnya yang lelap
"tante... jendela nya rain tutup ya? Aluna kedinginan"
"iya sayang"
rain menutup jendela tersebut di susul dengan kedatangan tamu yang di maksud, rain melihat Aluna mulai terbangun dan tersenyum menyapa tamu tersebut
"haiii beb, kenalkan ini anakku Aluna, dan ini calon menantu ku, sayang sini dong"
rain menoleh namun ia terkejut melihat siapa yang datang itu, mama dan ayahnya, sontak saja mereka saling melemparkan pandangan
"RAIN?!" kaget Wanita bernama Reina
"Mama?!"
"hah?! mama?!" kaget mama aiya dan Aluna
"iya, dia rain, anak pertama kami" ujar stefan ikut kaget
"kamu.... ngapain di sini?" tanya mama Reina
"dia pacar Aluna tante" santai Aluna
"APA?!!" kaget mama Reina menjadi-jadi
"mama! mama dengar aku ak-"
"sini kamu! mendekat!!!"
Rain mendekati mamanya yang sekarang terlihat seperti singa kelaparan yang siap menerkam mangsanya, khawatir pria yang sangat ia cintai akan mendapatkan amarah, Aluna ikut mendekat sambil membawa infusnya
"kamu!!! udah nggak ngabarin mama! nggak pulang lagi?! asik pacaran kamu?! hah?!"
"nggak ma nggak" lirih rain saat telinga di jewer mamanya
"terus apa?!! hah?! mama tanya, apa?!"
"i-itu karena.... aaaaaaahhh mama!!!" jerit rain
"aku nggak mau mama sedih" lirih rain
grep
"mama justru sedih kalau kamu mengabaikan mama dan ayah!"
"maaf ma" sendu rain
"habis ini pulang sama kami, ya?" ajak ayah stefan
"iya ayah"
"ih kalian! kalian pikir ini rumah kalian? ayo makan dan kita diskusi" lerai mama aiya
grep
"beb aku kangen" lirih mama Reina
"aku juga kangen" balas mama aiya
Rain, Ayah stefan dan Aluna hanya bisa mengelus dada dengan pertemuan antara dua wanita itu, sama sama cerewet, cerita tak habis dan sebagai nya
. ...
bersambung