Kamila gadis yatim piatu mencintai Adzando sahabatnya dalam diam, hingga suatu malam keduanya terlibat dalam sebuah insiden.
Adzando seorang artis muda berbakat.
Tampan, kaya, dan populer. Itulah kata-kata yang tepat disematkan untuknya.
"Apapun yang kamu dengar dan kamu lihat, tolong percayalah padaku. Aku pasti akan bertanggung jawab dengan apa yang aku lakukan. Kumohon bersabarlah."
Karena skandal yang menimpanya, Adzando harus kehilangan karier yang ia bangun dengan susah payah, juga cintanya yang pergi meninggalkannya.
"Maafkan aku, Do. Aku harus pergi. Kamu terlalu tinggi untuk aku gapai."
"Mila... Kamu di mana? Aku tidak akan berhenti mencarimu, aku pasti akan menemukanmu!"
Kerinduan yang sangat mendalam di antara keduanya, membuat mereka berharap bahwa suatu hari nanti bisa bertemu kembali dan bersatu.
Bagaimana perjalanan cinta mereka?
Mari baca kisahnya hanya di sini ↙️
"Merindu Jodoh"
Kisah ini hanya kehaluan author semata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
...*...
Kamila terpaku di tempatnya berdiri, menatap tulisan berisi kecaman terhadap dirinya. Kata-kata yang tidak pantas dituliskan oleh seorang yang mengaku dirinya berpendidikan.
Dia langsung menarik kertas yang tertempel di pintu ruangannya, lalu meremasnya dalam genggaman. Dadanya bergemuruh menahan amarah. Selama hampir dua bulan dirinya bekerja di Puskesmas itu, ia merasa tidak pernah membuat masalah dengan siapapun.
Kamila membalik badan bermaksud untuk keluar gedung. Namun siapa sangka begitu sampai di luar, dia justru bertemu dengan manusia yang telah menorehkan luka di hatinya.
"Mas Ikhsan, bisa kita bicara sebentar?" ucap Kamila dengan wajah datar. Namun kilat kemarahan terlihat dari sorot matanya.
"Bicara saja di sini, toh tidak ada orang, kan!" sahut Ikhsan dengan sinis.
"Perbuatan Anda sungguh sangat picik, seolah bukan orang yang berpendidikan." Kamila diam sesaat lalu melanjutkan kembali ucapannya.
"Saya tahu, saya bukanlah orang yang suci. Tapi haruskah Anda sampai berbuat seperti itu untuk mempermalukan saya? Apa masalah Anda terhadap saya?" lanjutnya dengan penuh penekanan.
"Ada apa ini?" tanya Pak Damar yang tiba-tiba datang.
"Oh, ini Pak. Dokter Kamila memohon pada saya untuk menikahinya demi bayi yang dikandungnya." Ikhsan berkata dengan memutar balik fakta.
Kamila terkesiap mendengar perkataan Ikhsan. Mulutnya bahkan sampai ternganga karena tidak menyangka pemuda itu bisa memfitnah dirinya.
Beruntung Kamila secara diam-diam telah merekam pembicaraan mereka tanpa sepengetahuan lawan bicaranya. Sehingga dirinya punya bukti bahwa ucapan Ikhsan tidaklah benar adanya.
"Sebaiknya kita bicarakan ini di ruangan saya. Tidak baik jika di dengar oleh orang yang tidak bertanggung jawab," tegas Pak Damar.
Kamila dan Ikhsan segera mengikuti Pak Damar menuju ruangannya. Keduanya sampai tidak menyadari bahwasannya telah menjadi tontonan beberapa orang pegawai yang sudah datang. Dan menimbulkan kasak-kusuk di antara mereka.
Begitu masuk ke dalam ruangan, Pak Damar mempersilakan keduanya untuk duduk.
"Silakan duduk, kita berbicara dengan kepala dingin." Pak Damar menatap Kamila dan Ikhsan secara bergantian.
"Tolong ceritakan ada apa sampai kalian bersitegang seperti tadi!" tegas Pak Damar.
"Dokter Kamila, coba ceritakan versi Anda!" titah Pak Damar.
"Baik, Pak. Saya tidak tahu punya masalah apa Mas Ikhsan dengan saya. Tapi setelah saya pingsan kemaren, beliau berbicara yang melukai perasaan saya." Kamila diam sesaat.
"Terus-terang saya tidak mengerti, mengapa sampai beliau memfitnah saya dengan mengatakan bahwa saya memintanya untuk menikahi saya, padahal itu sama sekali tidak benar," sambungnya kemudian.
"Benar itu Mas Ikhsan?" tanya Pak Damar.
"Dokter Kamila berkata bohong, Pak! Beliau berulangkali memohon pada saya untuk menikahinya karena telah hamil di luar nikah. Dan beliau seorang janda. Dan jika dibiarkan maka kredibilitas Puskesmas ini---"
"Kamila adalah istri saya!"
Belum selesai Ikhsan berbicara, seseorang datang dan berkata lantang bersamaan dengan pintu yang terbuka. Sehingga membuat ketiga orang yang berada di dalam ruangan itu menoleh ke sumber suara.
"Heru ..." gumam Kamila lirih.
Dia langsung berdiri dari duduknya, sembari menatap pemuda itu. Sungguh ia tidak percaya dengan situasi yang dihadapinya saat ini. Berulang kali mengucek kedua matanya, nyatanya penglihatannya tidak salah.
"Perkenalkan saya Heru, suami Dokter Kamila. Istri saya ini pergi karena terjadi kesalahpahaman di antara kami," ucap Heru. Dia lalu menyalami Pak Damar dan Ikhsan.
"Oooh, jadi Dokter Kamila ini istri Anda?" tanya Pak Damar.
"Benar, Pak! Bolehkan saya membawanya pulang, dan ijin tidak masuk kerja?" balas Heru.
"Oh, silakan, Mas!" jawab Pak Damar.
"Ayo, sayang! Kita pulang," ajak Heru pada Kamila.
Kamila hanya diam dan menurut ketika Heru menarik lengannya untuk meninggalkan ruangan Pak Damar. Dirinya masih syok dengan kedatangan pemuda itu yang tiba-tiba. Apalagi mengatakan jika dia adalah istrinya.
Setelah kepergian Kamila dan Heru, Pak Damar menatap ke arah Ikhsan, lantas berkata dengan tegas,
"Mas Ikhsan sebaiknya minta maaf pada Dokter Kamila. Saya tahu kalau Mas Ikhsan suka sama Dokter Kamila, dan merasa kecewa karena mendapati kenyataan yang tidak sesuai harapan."
Ikhsan tertegun dan menatap ke arah Pak Damar. Ia merasa tersentil, tapi pemuda itu tidak berkata apapun, sampai akhirnya pamit dan keluar dari ruangan Pak Damar.
.
.
.
Heru membawa Kamila ke salah satu tempat wisata di kota itu, setelah tadi keluar dari Puskesmas. Dalam perjalanan Kamila hanya diam sembari meremas jemari tangannya untuk menutupi kecanggungannya. Sementara Heru fokus dengan kemudinya.
Kini keduanya duduk berhadapan di kursi meja payung yang ada di pinggir pantai sambil memandangi riak gelombang lautan biru.
"Maaf ... maafkan aku, apabila tindakanku mengejutkanmu." Heru berkata seraya menatap Kamila.
"Ya, tentu saja mengejutkanku. Apa yang mendasarimu melakukan hal itu?"
"Tidak ada. Aku hanya tidak tega melihatmu mendapatkan penghinaan seperti tadi."
"Apa maksudmu, atau jangan-jangan---" Kamila memicingkan matanya ke arah Heru.
"Ya aku melihat semuanya, saat kamu keluar dari dalam Puskesmas dan bertemu dengan pemuda itu."
.
.
.
Flashback On
Pagi itu Heru bermaksud untuk berangkat bekerja. Ketika melewati depan Puskesmas tak sengaja melihat Kamila keluar dari gedung dan terlibat perbincangan dengan seorang pemuda.
Karena dilanda rasa penasaran yang tinggi, ia pun menghentikan kendaraannya dan menyaksikan semuanya. Akan tetapi dia tidak begitu mendengar apa yang diperbincangkan oleh keduanya. Dan yang bisa ditangkap oleh penglihatannya, Kamila seperti berbicara dengan nada marah.
Heru kemudian turun dari mobil, dan ingin mendekat, ketika seorang pria paruh baya, menegur keduanya lalu mereka masuk ke dalam gedung Puskesmas. Heru lantas bertanya pada seorang wanita, yang kebetulan juga berada di sana.
"Maaf, Bu. Tadi itu ada apa, ya?" tanya Heru.
"Masnya siapa?" tanya wanita yang lain Ibu Murni
"Saya tetangga Dokter Kamila," jawab Heru asal.
"Oooh..., Sepertinya ada masalah dengan mereka. Mas Ikhsan sebenarnya suka sama Dokter Kamila, tapi mungkin tidak terima kalau ternyata Dokter Kamila hamil. Karena yang dia tahu selama ini Dokter Kamila itu janda."
"Janda?"
"Iya, Mas. Dokter Kamila janda, dan tidak tahu pada saat bercerai, beliau sedang hamil."
"Ya sudah, Bu. Terimakasih."
"Sama-sama."
Heru kembali ke mobilnya, lalu duduk termenung memikirkan cara untuk menolong Kamila. Akhirnya dia menemukan ide, dan langsung menyusul masuk ke dalam gedung Puskesmas.
Flashback Off
.
.
.
"Maaf, jika aku lancang mengambil keputusan tanpa memberitahumu terlebih dulu," ucap Heru.
Kamila terdiam dan tertunduk lesu. Kalau boleh jujur Heru emang telah menyelamatkannya dari tindakan Ikhsan yang sangat memojokkan dirinya. Tapi di satu sisi dia tidak ingin menyeret pemuda itu ke dalam masalahnya.
"Terimakasih." Hanya itu yang terucap dari bibir Kamila.
"Mil, kalau boleh tahu siapa ayah dari bayi yang ada dalam kandunganmu?"
Deggg
Kamila dilanda kebimbangan antara menjawab jujur dan tidak. Tentu dia tidak ingin mempermalukan Zando di depan temannya sendiri.
...*...
.
.
.
.
.
trus gimana dgn bayinya
pembaca ku bilang orang sabar sawahnya lebar 😂
turu mu kemiringen
mn yg bener