Hi hi hayyy 👋
Selamat datang di karya pertamaku... semoga kalian suka yaaa
Marchello Arlando harus mendapat julukan pria buruk rupa setelah insiden yang membuatnya mengalami banyak luka bakar.
"Aku tak sudi bersamamu lagi Chello. Aku malu memiliki pasangan yang buruk rupa sepertimu."
Marah, benci dan juga dendam jelas sangat dirasakan Marchello. Namun keadaannya yang lemah hanya bisa membuat dirinya pasrah menerima semua ini.
Hingga 7 tahun berlalu, Marchello dipertemukan oleh fakta tentang keluarga kandungnya dan membuatnya menjadi penerus satu-satunya. Menjadi CEO sekaligus pemimpin mafia yang selalu menggunakan topeng, Marchello bukan lagi pria berhati malaikat seperti tahun-tahun sebelumnya.
Hingga pada suatu hari, ia diminta menikah untuk bisa memberikan penerus bagi keluarganya. Wanita yang dijodohkan untuknya justru mengalihkan posisinya dengan adik tirinya sendiri setelah tahu keadaan Marchello yang memiliki rupa misterius. Mungkinkah perjodohan akan tetap berlanjut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qaeiy Gemilang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wajah asli Marchello Arlando Vincent
Marchel bangun pagi ini dengan perasaan cemas. Hatinya menjerit saat melihat Vilme, istrinya yang terbaring lemah dengan kening yang terasa panas.
“Astaga, kau demam sayang.” Ucapnya khawatir.
Marchel berpikir kalau ini akibat dari kejadian kemarin saat Aaron hampir saja menodai Vilme. Dan sekarang, Vilme syok hingga sakit.
Marchel langsung mengompres kening Vilme dan mengusap pergelangan tangannya yang diperban dengan lembut.
Setelah itu, Marchel langsung meraih ponselnya dan menghubungi seseorang. “Aku serahkan urusan kantor padamu. Dan hari ini, aku tak akan datang ke kantor karena ada hal darurat.”
Marchel sengaja membuat keputusan untuk merawat Vilme dan meminta asistennya di kantor untuk mengurus semua urusan pekerjaannya, karena ia ingin fokus menjaga istrinya yang masih begitu terpuruk.
Marchel pun pergi mengambil makanan untuk istrinya. Sekaligus, ia juga ingin menelepon Lucas, yang dimana tak mungkin ia lakukan di dekat Vilme yang masih terlelap.
Namun ketika Marchel kembali ke kamar, ia mendapati Vilme sudah tidak ada di tempat tidur.
“Ime!” panggil Marchel seraya menatap sekeliling.
Marchel menemukan Vilme berada di kamar mandi, tepatnya di bawah shower yang dingin. Vilme duduk sembari memeluk lututnya dengan tubuh gemetar, seakan mencoba untuk menghilangkan trauma yang dialaminya.
“Sayang, apa yang kau lakukan?”
Marchel segera mematikan air shower dan menggenggam tangan istrinya
“Kau sedang demam dan kau bisa bertambah sakit kalau begini. Ayo, kita ganti pakaianmu, ya! Aku juga sudah memanggil dokter dan dia akan sampai sebentar lagi.” Ucap lembut Marchel dengan mendekap Vilme dalam pelukannya.
“Aku kotor Marchel. Aku kotor. Aku takut bertemu dia lagi. Aku tak mau.”
Marchel menenangkan istrinya yang masih terisak-isak. “Tenang sayang, aku di sini untuk melindungimu” ucap Marchel dengan lembut.
“Kau tidak kotor, sayang. Kau masih istriku yang aku cintai. Ini bukan maumu dan kita akan melalui ini bersama-sama. Jangan sedih karena aku pun akan merasakan hal yang sama.”
Vilme menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca “Kau sadar dengan yang kau katakan?” tanya Vilme.
“Tentu saja sadar. Aku khawatir kau sakit, sayang.” Jawab lembut Marchel seraya mengusap wajah Vilme.
“Kau memanggilku dengan sebutan sayang dan kau bilang kau mencintaiku? Apa aku tak salah dengar dan apa ini tulus dari hatimu?” tanya Vilme dengan tatapan haru.
“Kau tidak salah dengar dan aku benar-benar mencintaimu, istriku. Aku mencintaimu sayang.” Ucap lembut Marchel dengan langsung mencium bibirnya, meski masih terhalang oleh kain yang menutup wajah.
Marchel ingin menghapus semua rasa takut yang ada dalam diri Vilme. Dan kini, ia ingin Vilme melihat siapa sebenarnya dirinya.
Marchel perlahan mengarahkan tangan Vilme untuk membuka penutup wajahnya, memperlihatkan wajah yang selama ini disembunyikannya. “Bukalah, ini saatnya kau melihat diriku yang sebenarnya dan mari kita benar-benar menjadi suami istri seutuhnya,” ucap lembut Marchel.
“Kau tak lagi mencintai Kak Jessica?” tanya Vilme ragu.
“Kaulah istriku dan hanya kau yang aku cintai.” Jawab lembut Marchel yang membuat Vilme tersenyum kecil.
Dengan perlahan, Vilme membuka penutup wajah Marchel. Tak disangka, Marchel ternyata adalah pria tampan yang pernah bertemu dengan Vilme sebelum mereka menikah.
Wajah tampan yang tersembunyi di balik penutup wajah membuat Vilme menangis haru. Ia merasa sangat bersyukur memiliki Marchel yang selalu ada untuknya, meski ia kini masih merasa tak pantas untuk Marchel karena kejadian kemarin.
Vilme menutup mulutnya sendiri sembari menangis “Kau benar-benar pria yang bernama Tuan San. Kau nakal dan tak jujur padaku kala itu.” Ucap Vilme sembari memukul pelan dada Marchel.
Marchel tertawa kecil, Ia menggenggam tangan istrinya dan mengarahkan ke wajahnya. Ia pun mencium punggung tangan cantik itu lalu tersenyum.
“Aku nakal? Baiklah, akan kutunjukkan kenakalanku untukmu, istriku.” Ucap Marchel dengan senyuman yang membuat Vilme gugup.
“Marchel, apa yang akan kau lakukan?” tanya gagap Vilme kala Marchel makin mendekat ke wajahnya.
Dengan lembut, Marchel menempelkan bibirnya pada bibir Vilme. Dan dengan memejamkan matanya, Vilme menerima dengan senang hati gerakan bibir Marchel yang lembut.
Setelah ciuman pertama dari ungkapan cinta Marchel, Vilme spontan memalingkan wajahnya yang memerah karena malu.
Marchel kembali tersenyum karena ia mendapati pipi Vilme yang merona karena ulahnya lagi.
“Mari kita ganti pakaianmu” ucap Marchel yang membuat Vilme langsung menahan tangannya.
“Kenapa?” tanya Marchel sembari tersenyum jahil dengan kembali mendekat pada wajah Vilme.
“Aku bisa ganti sendiri. Kau keluar saja” jawab Vilme tanpa berani menatap ke arah Marchel yang tengah menahan tawa.
“Baiklah kalau kau tak mau kubantu. Aku akan menunggu diluar kalau begitu,” ucap Marchel dengan tersenyum.
Vilme langsung menutup pintu dengan cepat kala Marchel sudah keluar dari kamar mandi. Pipinya masih merona akan tindakan Marchel yang selalu berhasil membuatnya salah tingkah.