Sakit rasanya ketika aku menyadari bahwa aku hanyalah pelarianmu. Cinta, perhatian, kasih sayang yang aku beri setulus mungkin ternyata tak ada artinya bagimu. Kucoba tetap bertahan mengingat perlakuan baikmu selama ini. Tapi untuk apa semua itu jika tak ada cinta untukku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zheya87, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16
Seminggu berlalu, tubuhku kembali fit setelah rutin meminum obat dan vitamin dari dokter. Meski masih sering mual setiap habis makan, demam dan pusing sudah sembuh.
Morning sick selalu menggangguku. Aku masih menyembunyikan kehamilan ini dari Roy, rasa mual kutahan sebisa mungkin selagi dia belum berangkat kantor.
Belum ada tanda-tanda perubahan sikap Roy. Dia bahkan semakin sering pergi menemui Rina. Aku tak pernah menanyakan kepadanya.
Hanya saja Rina seperti sedang memanas-manasiku. Setiap pagi ada storynya makan sambil disuapi seorang pria. Hanya gambar lengannya yang terlihat, tapi aku sangat mengenal lengan itu. Itu suamiku. Kemejanya, jam tangannya juga cincin kawin dijari manisnya.
Aku yakin, Roy terburu-buru berangkat pagi ke kantor karena harus singgah dulu ke Rumah Sakit itu.
Namun aku berpura-pura tak perduli. Tak ingin sakit hati lebih lama lagi, aku menutup semua sosial media. Untung saja banyak aplikasi Novel online yang bisa mengalihkan perhatianku.
Hari ini akhir pekan. Roy tak masuk kerja. Aku perhatikan sejak bangun pagi dia tak ada tanda-tanda untuk pergi.
Roy bahkan berencana mengajak mama dan aku piknik. Tapi aku menolak, karena ada janji sama Cecil. Mama juga sama, ada janji sama kak Arini.
Hari ini aku mengenakan dress warna mocca panjang hingga mata kaki. Lengannya sampe siku. Sedikit longgar, aku padukan dengan belt kecil berwarna hitam.
Aku tak ingin terlihat mencolok dengan memakai dress pendek seperti kebiasaanku sebelumnya.
"Dara, acaranya sama Cecil sampe jam berapa? " akhirnya Roy bertanya setelah beberapa saat diam. Dia menatapku yang sedang berdandan bersiap keluar bersama Cecil.
" belum tau.... nanti aku kabari " jawabku santai sambil terus memoles wajahku dengan bedak.
" bareng siapa aja? Kalian mau kemana? "
" Berdua. Cecil mau ngajak aku ke acara pembukaan toko milik sepupu pacarnya"
" aku antar ya"
" ga usah, Cecil udah di jalan dari tadi "
" Dara, udah dong perang dinginnya. Kamu masih marah? Hmmm....? Roy berdiri sambil memeluk pinggangku dari belakang.
" ga , aku ga marah Roy. Aku memang terbiasa jalan sama Cecil. Ga seru kalo ada kamu " jawabku terkesan dingin sambil melepas rengkuhan Roy.
Aku masih membatasi diri dari Roy. Selama masih belum ada kepastian. Aku ingin membentengi diri.
" Dara, hari ini aku boleh ga ke Rumah Sakit lagi "
tadi baru aja nawarin mau ngantar aku, ternyata cuma basa-basi toh. Aku menghela nafas.
" yah udah silahkan. Kamu juga ijinin aku kan jalan-jalan hari ini. " jawabku.
"tapi ini sudah seminggu, sesuai janji aku sama kamu. Aku hanya minta waktu seminggu. "
Aku berbalik menghadap Roy
" Emangnya, kalo aku larang kamu bakal dengerin aku?"
" bukan gitu, setidaknya kamu tau aku pergi kemana seharian ini. Aku ga mau kamu curiga lagi"
" masih pagi Roy jangan mancing-mancing, kalo pengen pergi. Silahkan. Aku ga berani larang kamu " aku menyambar hp dan tas tanganku di atas meja sambil berjalan keluar kamar.
" Dara, kamu apa-apaan sih? Roy menyusulku hingga depan pintu kamar.
" kamu yang apa-apan, barusan apa? Sok-sokan ngajak aku dan mama piknik, tawarin antar jalan ternyata itu cuma basa-basi ya, ujung-ujungnya Rina. Rina lagi. Terserah kamu Roy silahkan seharian pun kamu mau nginap di Rumah Sakit aku udah ga perduli." lalu aku berlalu dari hadapannya.
Àku berjalan keluar, akan kutunggu Cecil didepan Gerbang. Tak ingin berlama-lama berhadapan dengan Roy membuat tensiku naik lagi.
Untung saja mama sudah dijemput kak Arini pagi tadi setelah sarapan. Jadi mama tak melihat pertengkaran kami pagi ini.
Roy tak mengikutiku dari belakang. Sedikit kecewa, tapi tak sesakit dulu.
Aku berjalan terus hingga keluar rumah. Lama menunggu depan gerbang Cecil tak muncul juga. Aku memutuskan berangkat naik ojek online untuk menghindari agar aku tak berpapasan dengan Roy saat dia keluar nanti. Tidak lupa kuhubungi Cecil via chat.
" Dara.... " aku menoleh ke arah sumber suara ketika aku tiba.
" Eko...., wah kebetulan banget ketemu disini"
" Bukan. Ini bukan kebetulan. Cecil udah janji ke aku katanya mau ajak kamu ke sini. "
"Loh?.... "
" Cecil ga cerita? Aku sepupunya Indra pacar Cecil.... "
" Jadi kamu yang punya toko itu? Yang openingnya hari ini? "
Eko mengangguk sambil tersenyum. Aku pun menjabat gangannya erat.
" Wah, selamat ya...aku speechless loh. Hebat. Kamu hebat. "
" Ah biasa aja kok Dar, yuk masuk. Dara tadi nelpon katanya kamu otw. Jadi aku nunggu di depan. "
" tersanjung nih aku. Disambut depan toko sama pemiliknya. Hhheheh....."
Tak berselang lama, Dara pun tiba aku yang masih ngobrol bersama Eko depan parkiran menoleh sama-sama menyambut Cecil.
" Cil, kok ga bilang-bilang kalo Eko sepupunya Indra. " protesku ketika Cecil mendekat.
" ya kan surprise Dar"
" heheh...kamu ini ada-ada aja."
Eko mengajak kami berkeliling. Banyak keluarga Indra yang datang. Mereka terlihat akrab dengan Cecil.
Keluarga Indra ramah-ramah, berasal dari keluarga religi. Beberapa diantara mereka meminta Indra dan Cecil untuk tak lama-lama berpacaran.
" segera di halalin mas Indra, Cecil udah selesai kuliah mau nunggu apalagi " kata adiknya Indra, gadis kecil yang kira-kira seumuran anak SMP. Dia mengenakan hijab juga denga style Nak muda zaman sekarang.
" Ide bagus itu dek, oke minggu depan mama mau silaturahmi ke rumahnya Cecil. Gimana nak Cecil? " wa ita paruh baya yang mengenakan hijab panjang itu adalah mamanya Indra.
" Insya Allah bu, nanti saya kabari mas Indra. kebetulan mama sama papa masih ada di kota ini menghadiri wisuda Cecil kemarin." jawab Cecil.
Aku melihat penampilan Cecil hari ini pantas saja akhir-akhir ini dia mengenakan pakaian yang agak tertutup walau belum berhijab. Alhamdulillah untungnya aku pun memilih dress panjang hari ini.
" oh ya bu, kenalin ini teman Cecil, namanya Dara."
" oh jadi ini yang namanya mba Dara ? Pacarnya Kak ..." Adiknya Indra kembali menimpali namun Indra langsung menutup mulut adiknya dan menyeretnya dari sana belum selesai berbicara.
" eh Dara ayo kita lihat-lihat nak. Itu Maya orangnya memang begitu. Suka ceplas ceplos. "
" iya bu ga apa-apa" namun dalam hati aku masih penasaran apa yg dimaksud oleh adiknya Indra.
Apakah mereka mengenalku? Bahkan hubungan Indra dan Cecil baru berjalan 4 bulan, bagaimana mereka bisa mengenalku.
Eko yang sedang sibuk menyambut para teman dan kerabat meninggalkan kami yg sedang bercengkrama bersama keluarga.
Aku sedikit terhibur berkumpul dengan keluarganya Indra. Melupakan sejenak permasalahan ku di rumah.
Menjelang siang kami pamit pulang, masih ada agenda setelah ini. Cecil mau ngajak aku ke Mall, nonton film. Namun adiknya Indra yang mendengar rencana kami pun pengen ikut. Katanya bosan d Toko, tak ada teman. Sepertinya Maya adalah anak satu-satunya perempuan diantara mereka. Aku tak melihat anak perempuan lain selain kakak iparnya Eko.
" Kak Dara, udah menikah ya? Tanya Maya setelah kami bertiga sudah berada di dalam mobilnya Cecil.
" Iya Maya, aku udah menikah. Suamiku temannya Eko. Sahabatnya semasa kuliah." jawabku
" Bukan mba, mereka bukan sahabat lagi. Dulu kak Roy masih sering main ke rumah Kak Eko, tapi sekarang ga lagi."
" Kok kamu tau?"
" Ya kan rumah kami berdampingan mba, aku aja kadang seharian di rumahnya kak Eko "
" iya Dar, Ibunya Indra sama papanya Eko bersaudara. Mereka hanya berdua. Rumahnya satu halaman. Maya justru lebih dekat ke mamanya Eko. Soalnya dia ga punya anak perempuan. Anaknya 5 cowok semua. " Cecil menambahkan.
"Ohh.." aku hanya ber Oh ria.
" Oh ya kak Dara, aku nau tanya kenapa yang menikah sama kak Roy bukan kak Rina? Apa mereka putus?" aku berbalik ke jok belakang menatap Maya. Sepertinya anak ini tau banyak tentang Roy.
"hemmm... Hmmm oh ya Dar, sebelum nonton kita makan dulu ya. " Cecil seperti mengalihkan perhatianku.