NovelToon NovelToon
Dr. Brain

Dr. Brain

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sci-Fi / Horror Thriller-Horror / Kehidupan di Kantor
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Here Line

Raisha seorang agen rahasia ditugaskan menjaga seorang pegawai kantor bernama Arya dari kemungkinan ancaman pembunuhan Dr. Brain, seorang ilmuwan gila yang terobsesi menguasai negara dan dunia menggunakan alat pengendali pikiran yang terus di upgrade menggunakan energi kecerdasan orang-orang jenius. Temukan keseruan konflik cinta, keluarga, ketegangan dan plot twist mengejutkan dalam novel ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Here Line, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 6 : Menuju Car Free Day

Raisha menatap layar handphonenya dengan alis berkerut. Ia sudah mencoba beberapa kali, berusaha meretas data Arya, tapi usahanya selalu berakhir dengan kegagalan.

Jari-jarinya kembali bergerak cepat di atas layar, mengakses beberapa kode rahasia. Biasanya kode-kode itu bisa digunakan untuk menembus lapisan keamanan komputer paling kuat. Namun ketika dicoba untuk menembus, semacam firewall canggih kembali menghalangi jalannya.

“Tidak mungkin,” gumam Raisha. Matanya menatap layar yang menunjukkan laporan kegagalan. Sebuah simbol merah besar muncul, diikuti dengan pesan:

Access Denied.

Raisha tak percaya. Dia bukan orang baru dalam urusan ini. Dia sudah berhasil meretas banyak sistem yang jauh lebih rumit dari ini, bahkan pernah menembus sistem keamanan perusahaan multi-nasional yang terkenal tidak tertembus.

Tapi sekarang, menghadapi data seorang pegawai asuransi sederhana, dia merasa seolah-olah bertemu dengan tembok tebal yang tak bisa ditembus.

Raisha berhenti sejenak, mengambil napas panjang, dan menggeser pandangannya ke sekeliling. Kantor asuransi tempat Arya bekerja memang tampak sepi. Raisha ingat, di sana hanya ada seorang satpam dan beberapa pegawai hotline yang bertugas di akhir pekan.

Tiba-tiba, pikirannya kembali ke misi. Ini bukan sekadar soal meretas data, ini soal keamanan seseorang yang harus dia lindungi. Raisha harus tahu siapa Arya. Dia harus mengerti, mengapa dia perlu melindungi sekaligus menjalin kerjasama dengan orang itu.

Raisha tidak boleh gagal. Setidaknya, ini belum berhasil.

“Aku masih punya satu opsi,” gumamnya pada dirinya sendiri.

Raisha dengan cepat mengetik di handphone-nya, menghubungkan ponselnya dengan sistem di mobilnya yang terparkir di lantai bawah gedung. Mobilnya bukanlah mobil biasa, melainkan kendaraan yang dirancang dengan teknologi canggih dan komputer super kuat yang bisa mengakses data dari jarak jauh.

Lewat jaringan internet yang terenkripsi, Raisha memberikan perintah:

Mulai proses akses data.

Di dashboard mobilnya, layar sentral menyala, menampilkan serangkaian kode yang bergerak cepat. Raisha bisa melihat dari handphone-nya bahwa sistem komputer di mobilnya sedang bekerja keras, menganalisis dan mencoba menembus keamanan data Arya. Jantung Raisha berdetak cepat saat dia menunggu hasilnya.

Beberapa menit berlalu. Tiba-tiba, layar handphone-nya berkedip. Sebuah pesan muncul di layar:

ERROR: System Unable to Access Data. Access Denied.

“Tidak mungkin!” Raisha nyaris berteriak. Mobilnya memiliki perangkat lunak yang lebih canggih daripada yang bisa dia gunakan di handphone, tetapi bahkan itu pun gagal.

Untuk pertama kalinya dalam misi ini, Raisha merasa seolah-olah sedang berada di luar kendali.

Dia mencoba berpikir cepat. Langkah terakhirnya, satu-satunya cara untuk mendapatkan informasi lebih lanjut: Greg. Dia memutuskan untuk menelepon atasannya. Dengan jantung berdegup kencang, Raisha menghubungi Greg.

“Halo, Raisha. Ada apa?” Suara Greg terdengar santai seperti biasa, tapi Raisha bisa mendeteksi sedikit ketegangan di balik nada suaranya.

"Pak, saya sudah mencoba meretas data Arya, tapi... semuanya gagal. Bahkan mobil saya pun tak mampu melakukannya,” jawab Raisha cepat, nadanya penuh tekanan.

Greg menghela napas panjang dari seberang telepon. "Sudah kuduga. Aku sendiri pun sudah mencobanya sejak tadi."

Raisha tertegun. “Apa? Bahkan Anda tidak berhasil?”

“Aku sudah mencoba menggunakan semua sumber daya yang kumiliki, Raisha. Tapi ada sesuatu yang... aneh. Komputer terkuat milik NIMBIS tak mampu menembus datanya.”

Raisha diam sejenak, mencoba mencerna apa yang baru saja dikatakan Greg. “Tunggu... bahkan NIMBIS gagal? Itu kan superkomputer paling kuat di negara kita!”

"Benar," jawab Greg. "Sepertinya data Arya dilindungi oleh sesuatu yang lebih dari sekadar firewall biasa. Aku tak tahu bagaimana ada sistem perlindungan seperti ini, ini terlalu kuat.”

Raisha menatap lantai di bawah kakinya, merasa makin bingung. "Pak, siapa sebenarnya Arya ini?"

“Aku… belum bisa katakan, dan terlalu panjang untuk diceritakan. Kukira kamu sendiri nanti akan tahu… Tapi, lihatlah bagaimana datanya tak tertembus. Di tahap ini kamu bisa melihat, mengapa orang ini istimewa, orang ini layak tercatat sebagai bagian dari aset penting negara yang patut dilindungi, dan lebih dari itu, aku rasa kita butuh orang ini untuk diajak kerjasama.”

Raisha teringat pertengkarannya dengan Arya di minimarket. Tiba-tiba rasa malu menjalar di hatinya lagi.

“Pak, kenapa tidak Anda sendiri yang membujuknya?”

Greg terdiam sejenak, kemudian menjawab, “Sudah kubilang, aku memang mengenalnya, tapi hubunganku tak terlalu baik dengannya, jadi… tolong, aku harap aku bisa mengandalkanmu dalam hal ini.”

“Tapi Pak…”

“Raisha, aku percaya padamu." Greg menghembuskan napas. "Baiklah, aku mungkin tak punya terlalu banyak informasi tentangnya. Orang ini… berhasil mengamankan seluruh data-datanya, bahkan dari incaran badan intelejen. Tapi… ada sedikit informasi lain mengenai dia yang aku tahu."

Raisha menunggu dengan cemas. Dia bisa mendengar suara napas Greg di seberang telepon.

"Arya... dia memiliki IQ hampir 180."

Raisha terkejut. “180? Anda serius, Pak?”

"Ya, aku serius," jawab Greg, suaranya makin tegas. "Dan meskipun dia hanya bekerja di kantor asuransi, sebenarnya dia, dia adalah…"

Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki mendekat. Raisha mendongak dan melihat Arya berjalan ke arahnya, wajahnya tampak santai namun mata tajamnya menatap lurus ke arah Raisha. Raisha langsung menutup telepon dengan cepat sebelum Greg sempat menyelesaikan kalimatnya. Suara Greg terputus di tengah-tengah penjelasannya.

Jantung Raisha berdegup kencang.

“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Arya, nadanya datar tapi penuh kecurigaan.

Raisha hanya bisa tersenyum kaku, menyembunyikan ketegangan. "Ya, aku baik-baik saja."

Arya menatapnya sebentar, seolah-olah mencoba membaca pikiran Raisha. Raisha menahan napas, merasa gugup sekaligus bingung. Bagaimana seseorang seperti Arya, dengan penampilan ala pegawai kantor biasa, menyimpan bakat yang begitu kuat? Siapakah dia sebenarnya?

Pertanyaan-pertanyaan itu berputar-putar di kepala Raisha, tapi sebelum dia bisa merenungkan lebih jauh, Arya mendekat, lalu berkata :

"Baiklah," kata Arya dengan nada misterius, "Kalau kamu punya sesuatu untuk disampaikan, mungkin sekarang saatnya."

Mendengar itu, Raisha merasakan kegugupan menjalar ke seluruh tubuhnya. Greg telah mempercayakan penuh soal Arya kepada dirinya. Raisha tahu dia harus bertindak. Tetapi untuk saat ini, dia memutuskan untuk mengalihkan perhatian Arya, sambil tetap fokus pada misinya untuk tetap berada di dekatnya.

"Kamu mau ke mana sekarang?" tanyanya, suaranya sedikit bergetar, meski dia berusaha terdengar tenang. "Sepertinya kamu sangat sibuk?"

Arya berhenti sejenak, menatap Raisha dengan alis yang sedikit terangkat. "Ya, kamu benar. Sebenarnya, ini hari liburku, tapi atasanku menelepon dan menyuruhku segera melakukan promosi ke acara Car Free Day. Brosur yang ada tinggal sedikit, jadi aku mengambil tambahannya ke sini,” kata Arya. “Ini hari libur, banyak orang datang ke acara itu. Ini kesempatan bagus untuk mempromosikan asuransi," jelas Arya.

“Untuk apa? Kamu butuh liburan, kan? Bukankah kamu bisa protes ke atasan?”

"Tidak! Aku akan mendapat bonus jika berhasil mendapatkan beberapa nasabah baru."

Oke, terdengar biasa untuk orang ber-IQ 180. Bukankah kamu bisa menggunakan kecerdasanmu untuk mendapatkan uang jauh lebih banyak, dari sekedar mengharap bonus promosi asuransi di hari libur? pikir Raisha

Raisha tersenyum kecil, mencoba mencerna kenyataan yang didengarnya.

“Kenapa senyum? Mengejekku?” tanya Arya.

Raisha menggeleng dengan gugup, lalu berkata untuk segera mengalihkan perhatian. "Boleh aku membantumu?" tanyanya, mencoba terdengar santai. "Sambil aku liburan juga. Aku ingin melihat suasana Car Free Day itu. Sepertinya menarik, dan... aku bisa membantumu melakukan promosi."

Tawaran ini bukan hanya untuk membantu Arya, tapi juga memberinya waktu lebih banyak untuk berpikir.

Arya memandang Raisha dari atas sampai bawah. Pandangannya jatuh pada jeans Raisha, hoodie pink yang terlihat nyaman, dan sepatu kets putih. Sejenak, Arya tampak seperti menilai Raisha, lalu menolehkan kepala, mungkin membandingkan itu semua dengan dirinya yang mengenakan kemeja rapi dengan dasi hitam dan sepatu pantofel serta ID card yang tergantung di lehernya. Penampilan dirinya jelas memperkuat citra sebagai pekerja profesional.

“Tadi aku buru-buru untuk ganti seragam ini,” ucap Arya sambil menghembuskan napas.

Raisha mengerti arti ucapan itu. Raisha juga bisa merasakan tatapan Arya yang jelas mempertanyakan apakah penampilan kasual Raisha cocok untuk acara promosi. Tapi Raisha berpura-pura tak peduli.

Arya mengerutkan kening, tampak ragu. "Baiklah," katanya akhirnya, suaranya terdengar agak enggan. "Kuharap hari ini aku beruntung," simpulnya, sambil berjalan meninggalkan Raisha menuju pintu lift.

Raisha tersenyum, meski agak tertahan. Raisha tahu Arya merasa keberadaannya hanya menambah beban, dan itu sedikit menyakitkan. Dia juga tahu, Arya mungkin di sela-sela kesibukannya merasa tidak ada pilihan lain selain menerima bantuan Raisha, setidaknya sampai Arya mendengar ada keperluan apa Raisha menemuinya.

Arya terus berjalan menuju lift, menyoren tas penuh brosur. Raisha segera mengikuti.

Namun, perkataan Arya membuat Raisha berpikir. Gadis itu ingin mengabaikannya, tapi ternyata tak bisa.

“Apa maksudmu?" akhirnya Raisha tak bisa menahan diri. "Memangnya aku tidak pantas untuk ikut melakukan promosi?”

Arya menghentikan langkahnya di depan pintu lift yang masih tertutup. Ia memandang Raisha sejenak, lalu menekan tombol lift dengan tenang, seperti sedang mempertimbangkan kata-katanya.

“Kita lihat saja,” kata Arya dengan nada datar. “Jika kamu benar-benar ingin ikut promosi, kita bisa lihat apakah keberuntunganku hari ini bertambah atau justru berkurang." Arya berhenti, tatapannya kembali menyapu pakaian Raisha dari ujung kepala hingga ujung kaki. “Oke, sejujurnya... penampilanmu tidak buruk,” tambahnya dengan nada yang samar-samar mengisyaratkan keraguan.

Raisha memutar matanya, merasa sedikit tidak dihargai. “Tentu saja ini tidak buruk!” jawabnya cepat, melipat tangan di depan dada, wajahnya menunjukkan rasa tak senang. “Aku tahu kok, pakaianku menarik.”

Sebelum Arya sempat menjawab, pintu lift terbuka dengan suara lembut. Mereka masuk ke dalam kabin lift, suasananya tiba-tiba menjadi sedikit canggung.

Raisha berusaha menjaga ketenangannya, meski dalam hati, ia masih merasa tersinggung dengan penilaian Arya yang seolah meragukan penampilannya. Di sisi lain, ia juga tahu ini bukan tentang promosi asuransi semata. Ini tentang memastikan Arya tetap berada dalam pengawasannya sekaligus memberinya banyak waktu untuk menyusun strategi.

Lift bergerak turun dengan mulus. Suasana di antara mereka terasa tegang, dengan suara mesin lift yang hampir-hampir menjadi satu-satunya suara yang terdengar. Arya berdiri di sisi yang berlawanan, menatap lurus ke depan tanpa berkata apa-apa lagi, seolah sedang mempersiapkan diri untuk tugas promosi. Sementara itu, Raisha merasa pikirannya sibuk mencari cara agar ia bisa tetap dekat dengan Arya tanpa menimbulkan kecurigaan.

Seketika, tatapan mata mereka bertemu saat lift perlahan mendekati lantai dasar. Raisha tak bisa menebak apa yang ada di pikiran Arya, tapi satu hal yang ia tahu, pria ini bukan orang sembarangan.

TBC

Dukung terus "Raisha & Arya" menghadapi kejahatan Dr. Brain di cerita ini ya teman-teman ! Jangan lupa LIKE, COMMENT, KASIH BINTANG & IKUTI Author, biar Author tambah semangat !!! Nantikan chapter berikutnya, daaah... !!!

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!